BADUNG, KOMPAS – Hubungan antara Indonesia dan Jepang yang berlangsung selama 60 tahun memberi peluang bagi pengusaha Indonesia, khususnya pengusaha Bali, untuk membuka kerja sama lebih luas dalam bidang bisnis dan alih teknologi dengan pengusaha Jepang. Potensi Bali dari sektor agrobisnis dan perikanan serta kerajinan berpeluang lebih dikembangkan dan diekspor ke Jepang.
Demikianlah tanggapan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Provinsi Bali Anak Agung Ngurah Alit Wiraputra serangkaian simposium bisnis dan teknologi Indonesia – Jepang di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Jumat (13/7/2018).
Wiraputra menambahkan, pengusaha-pengusaha Bali dapat memanfaatkan kemajuan teknologi dari Jepang untuk mengembangkan usaha kreatif yang berdaya saing dan berpotensi ekspor.
“Hubungan kerja sama yang sudah terjalin baik ini yang harus dimanfaatkan pengusaha lokal agar mampu menangkap peluang usaha, terutama untuk tujuan ekspor,” kata Wiraputra di sela-sela simposium dengan tema “Kolaborasi Menuju Kemakmuran Bersama”.
Presiden Direktur Organisasi Perdagangan Luar Negeri Jepang (Japan External Trade Organization/Jetro) Jakarta Daiki Kasugahara mengatakan, Bali memiliki peluang di sektor perikanan dan agrobisnis selain dari sektor pariwisata.
“Bali memiliki kopi yang sudah dikenal luas namun belum terlalu dikenal di Jepang,” kata Daiki. “Kalau perikanan, Bali menjadi simpul ekspor tuna Indonesia ke Jepang,” ujarnya.
Daiki menambahkan, banyak perusahaan Jepang sudah meningkatkan teknologi dan membuat produk yang ramah lingkungan. Kemajuan teknologi dan produk dari Jepang itu, menurut Daiki, dapat digunakan dan diterapkan perusahaan Indonesia dalam upaya menjaga lingkungan di Indonesia.
Dalam simposium di BNDCC Nusa Dua, hadir empat perwakilan perusahaan Jepang yang berbisnis di Indonesia, yakni PT Fujifilm Indonesia, PT Panasonic Gobel Indonesia, dan FTI Japan Co.,Ltd. serta PT Super Wahana Tehno. Mereka memaparkan profil dan produk serta kegiatan perusahaannya.
CEO FTI Japan Kentaro Narumi menyatakan, Jepang menyerap produk perikanan dari Indonesia, terutama tuna. FTI Japan adalah perusahaan pemasaran produk perikanan dan pengembang industri perikanan internasional. FTI Japan bersama mitranya di Indonesia mengekspor produk perikanan dari Indonesia ke Jepang.
Bali, menurut Kentaro, menjadi akses dan simpul ekspor tuna dari Indonesia ke Jepang.
“Masyarakat Jepang menggemari sashimi. Untuk sashimi itu dibutuhkan ikan dengan kualitas yang bagus,” kata Kentaro. “Kami bersama mitra Indonesia menerapkan manajemen rantai suplai untuk meningkatkan dan menjaga kualitas produk perikanan yang kami ekspor ke Jepang,” ujarnya.
Konsul Jenderal Jepang di Denpasar Hirohisa Chiba mengatakan, perusahaan Jepang di Indonesia turut berkontribusi terhadap perekonomian dan pembangunan Indonesia. Hirohisa menyebutkan, terdapat sekitar 1.800 perusahaan Jepang yang berbisnis di Indonesia dan sekitar 5 juta tenaga kerja Indonesia yang bekerja di perusahaan-perusahaan Jepang di Indonesia tersebut.
“Di Bali ada perusahaan Jepang yang berbisnis di sektor pariwisata,” kata Hirohisa. “Melalui simposium Indonesia-Jepang ini saya berharap akan lebih banyak kerja sama di bidang-bidang lainnya. Bali memiliki potensi di sektor agrobisnis dan perikanan serta industri kerajinan yang diminati Jepang,” ujarnya.