TIFLET, KOMPAS — Salim Wazaran Maghreb Manufacturing, pabrik mi instan merek Indomie di Maroko, berencana mengekspor mi instan ke Tunisia dan Republik Mali mulai bulan depan. Upaya ini bagian dari memperluas pangsa pasar di Afrika.
Factory Manager Salim Wazaran Maghreb Manufacturing Siswoto Kadelan Denan, Selasa (26/6/2018) di Tiflet, Khemisset (Maroko), mengatakan, ekspor sudah dilakukan ke Qatar. Hal ini disebabkan buruknya hubungan Arab Saudi dan Qatar sehingga pabrik Indomie di Arab Saudi tidak bisa memenuhi permintaan mi dari pasar Qatar. Akibatnya, pabrik Maroko menggantikan pemenuhan permintaan dari Qatar.
Dia menceritakan, pabrik Maroko berdiri dan melayani komersial tahun 2016. Rata-rata volume produksi baru mencapai 60.000 karton per bulan. Volume sebesar ini sebenarnya baru menggarap 40 persen terhadap kinerja keseluruhan pabrik.
”Ekspor ke Tunisia dan Republik Mali juga bagian dari meningkatkan utilisasi pabrik,” ujar Siswoto.
Menurut dia, tantangan mengembangkan pabrik Indomie di Maroko ada beberapa faktor. Pertama, budaya orang di Maroko yang belum terlalu terbiasa dengan makanan instan. Kedua, custom duty dan bea masuk impor beberapa item bahan baku yang tinggi, 20-40 persen.
Di kawasan Timur Tengah, Afrika, dan Eropa, sudah ada 11 pabrik Indomie. Selain Maroko, lokasi juga mencakup antara lain Arab Saudi, Serbia, Turki, dan Mesir.
”Kami selalu berusaha menyesuaikan selera rasa konsumen di setiap negara, misalnya di Maroko. Kami tidak menyertakan minyak dalam produk mi instan,” kata Siswoto.
Mengutip laporan keuangan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), laba bersih perusahaan meningkat 11 persen atau menjadi Rp 1,21 triliun pada triwulan I-2018 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp 1,09 triliun.
Faktor pendorong kenaikan laba bersih adalah pendapatan penjualan perseroan yang meningkat 4,5 persen atau menjadi Rp 9,88 triliun pada triwulan I-2018 dibandingkan triwulan sama tahun 2017. Divisi mi instan berkontribusi 65 persen terhadap penjualan ICBP. Kontribusi ini dianggap terbesar dibandingkan yang lain.
Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita, yang ditemui saat berkunjung ke pabrik Indomie di Tiflet, mengatakan, Pemerintah Indonesia baru memulai perundingan Perjanjian Perdagangan Preferensial (PTA) dengan Tunisia. PTA diyakini akan mengurangi hambatan tarif sehingga dapat mendorong peningkatan hubungan perdagangan. Hal serupa akan dilakukan dengan Pemerintah Maroko.