JAKARTA, KOMPAS--Kehadiran Toko Tani Indonesia di pasar-pasar tradisional menuai pertanyaan dari asosiasi pedagang. Mereka menganggap toko itu menimbulkan persaingan tak sehat.
Harga di Toko Tani Indonesia (TTI) milik Kementerian Pertanian dijaga agar tidak melampaui harga eceran tertinggi sesuai aturan. Berdasarkan laman infopasartani.com yang berisi harga di TTI, Minggu (24/6/2018), harga beras Rp 8.800 per kilogram (kg), bawang merah Rp 27.000 per kg, bawang putih Rp 15.000 per kg, telur ayam ras Rp 24.000 per kg, daging sapi beku Rp 75.000 per kg, dan daging ayam Rp 32.000 per ekor.
Sebagai perbandingan, berdasarkan laman infopangan.jakarta.go.id, harga beras medium saat ini Rp 9.516 per kg, bawang merah Rp 37.040 per kg, dan bawang putih Rp 31.120 per kg. Sementara, harga telur ayam ras Rp 24.040 per kg, daging sapi segar Rp 118.478-Rp 125.416 per kg, dan daging ayam Rp 35.173 per ekor.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran menilai, harga yang murah di TTI menciptakan persaingan tidak sehat.
“Berkompetisi dengan pasar modern sudah cukup berat, sekarang ditambah lagi bersaing dengan TTI. Seharusnya cabang TTI berada di pasar modern. Sulit bagi kami bersaing dengan harga jual TTI yang merupakan program pemerintah,” kata Ngadiran saat dihubungi dari Jakarta, Minggu.
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri melihat TTI dapat menggeser pasar di sektor pangan. Menurutnya, Kementan tidak perlu ikut berdagang dan sebaiknya fokus pada produksi sehingga stabilitas suplai terjaga.
Ada 4,5 juta pedagang pasar yang tergabung dalam IKAPPI dan 2 juta pedagang anggota APPSI. Menurut Ngadiran dan Mansuri, jika TTI terus berekspansi, pedagang berpotensi gulung tikar. Sebab, harga-harga di TTI cenderung lebih murah dibandingkan dengan pasar tradisional.
Hingga kini, TTI telah membuka 3.000 cabang di 20 provinsi, termasuk 20 pusat TTI di ibu kota masing-masing provinsi.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi menargetkan, akhir tahun ini jumlah TTI bertambah 1.000 cabang. Cabang-cabang itu berlokasi di pasar tradisional.
Agung menyatakan, TTI hadir untuk memberikan alternatif harga bagi konsumen. Harga-harga di TTI cenderung lebih murah karena rantai pasok dipotong. TTI memperoleh suplai langsung dari gabungan kelompok tani di tiap daerah.
Agung berharap pola ini bisa diterapkan di pedagang pasar.
Pembeli di Pusat TTI, Pasar Minggu, Jakarta, Ika Kartika dan Ika Susanti, memilih berbelanja di Pusat TTI karena lebih murah dan lebih bersih. Adapun Wieke Windyarti memilih membeli daging di TTI karena harganya yang jauh lebih murah dari pasar tradisional.