JAKARTA, KOMPAS--Industri dalam negeri mesti lebih efisien agar lebih berdaya saing, sehingga bisa mendorong kinerja ekspor. Namun, upaya ini mesti dibarengi negosiasi penurunan tarif bea masuk untuk mendorong ekspor.
Selama ini sudah ada fasilitas seperti kemudahan impor untuk tujuan ekspor, keberadaan kawasan berikat, serta pusat logistik berikat.
"Akan tetapi, belum tersosialisasi dengan baik dan merata bagi industri sehingga persentase penerima fasilitas relatif masih sedikit," kata Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Abdul Sobur ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (12/6/2018).
Menurut Abdul Sobur, Indonesia tetap harus memperjuangkan perjanjian perdagangan bebas. Dengan cara itu, produk industri tidak dipersulit untuk masuk ke negara tujuan utama ekspor nasional berpasar besar.
"Malaysia, Singapura, bahkan Vietnam dan Yordania sudah punya perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat dan Eropa," katanya.
Senada dengan Abdul Sobur, Sekretaris Eksekutif Badan Pengurus Nasional Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ernovian G Ismy menyebutkan, negosiasi bilateral agar mendapat tarif bea masuk yang lebih rendah merupakan langkah penting. Negosiasi ini khususnya dilakukan dengan negara tujuan ekspor utama seperti AS dan Uni Eropa.
"Bea masuk produk kita ke sana masih 12 persen atau lebih. Sementara, Vietnam bisa lebih rendah," ujarnya.
Kompetitif
Ketua Pengembangan Sport Shoes dan Hubungan Luar Negeri Dewan Pengurus Nasional Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Budiarto Tjandra beberapa waktu lalu menyampaikan, perjanjian perdagangan bisa berujung pada bea masuk yang lebih kompetitif.
"Industri sepatu itu sensitif terhadap harga. Beda 20 sen dollar AS sampai 30 sen dollar AS akan sangat berarti bagi pembeli bila volumenya mencapai ratusan juta pasang sepatu," katanya.
Berdasarkan data Aprisindo, produksi alas kaki Indonesia pada 2017 mencapai 900 juta pasang. Sekitar 350 juta pasang di antaranya diekspor.
Budiarto mengatakan, peningkatan ekspor sepatu Indonesia kalah jika dibandingkan dengan kompetitor seperti Vietnam. "Ekspor sepatu Vietnam pada 2010 belum sampai 4 miliar euro, tetapi sekarang hampir mendekati 17 miliar euro," katanya.