JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan dari berbagai sektor industri mulai menggunakan pemantauan media sosial. Langkah ini dilakukan untuk menjaga hubungan perusahaan dengan konsumen.
Dengan hubungan yang terjaga, produk atau layanan yang disediakan industri relevan dengan kebutuhan konsumen.
Salah satu penerapan pantauan media sosial adalah menciptakan konten acara hingga produk yang dibutuhkan pada bulan Ramadhan dan Lebaran.
”Tantangan menciptakan konten adalah harus tahu segmen yang dituju, latar belakang demografi, geografis, dan bagaimana mengemas agar selalu relevan dengan kebutuhan konsumen,” ujar Associate Insight Manager Isentia Indonesia Rendi Manggara, dalam temu media, Kamis (31/5/2018) di Jakarta.
Isentia Indonesia memantau tema Ramadhan dan Lebaran 2018 di Facebook, Twitter, Instagram, dan forum dalam jaringan, seperti Kaskus, pada periode 1 Januari-16 Mei 2018. Secara keseluruhan, terkumpul 91.614 buzz atau percakapan.
Rendi menyebutkan, ada kenaikan jumlah buzz. Pada Januari 2018, ada sekitar 10.725 buzz bertema Ramadhan dan Lebaran. Adapun pada 1-16 Mei 2018 ada sekitar 39.600 buzz. Dari berbagai tema yang diambil, terjaring sejumlah topik terkait, misalnya, libur Lebaran, harga bahan pokok, cuti bersama, mudik gratis, takjil, dan kereta tambahan.
Hasil pantauan buzz itu antara lain digunakan untuk menyusun kampanye atau promosi produk atau layanan. Rendi mencontohkan, kata ”maaf” digunakan salah satu merek barang kebutuhan sehari-hari sebagai kampanye konten #MaafAlaGue. Kampanye ini diciptakan untuk mendukung atlet Indonesia yang tidak dapat bersama keluarga mereka pada saat Ramadhan.
Melengkapi
Business Development Isentia Indonesia, Desy Fitriani, menceritakan, pantauan media sosial mulai dilakukan Isentia sejak 2011. Mekanisme ini melengkapi pantauan yang sebelumnya menyasar media massa konvensional dan daring.
Pemantauan media sosial menggunakan perangkat mesin pembelajaran dan teknologi kecerdasan buatan. Selanjutnya, tim Isentia akan memasukkan kata penunjuk untuk memudahkan pencarian. Hasilnya digunakan sebagai rekomendasi untuk menyusun bahan program dan mengelola persepsi publik.
Saat ini, sejumlah perusahaan besar memiliki anggaran khusus untuk pemantauan media sosial. Biasanya perusahaan mengalihdayakan pekerjaan ini kepada perusahaan media intelligence.
Corporate Communication Officer PT Angkasa Pura I (Persero), Denoan Rinaldi, berpendapat, hasil pemantauan percakapan atau tren di media sosial berfungsi sebagai ikhtisar awal untuk membuat konten program layanan dan pemasaran produk. Perusahaan tetap perlu terjun langsung untuk menggali data pengalaman konsumen.
Denoan mencontohkan, selama bulan Ramadhan, hasil pemantauan media sosial menunjukkan, transportasi darat banyak dibicarakan sebagai kendaraan mudik. Namun, pada saat berdiskusi langsung dengan masyarakat, hasilnya, masyarakat memilih mudik menggunakan pesawat terbang berbiaya murah.
”Tren di lapangan menunjukkan, LCC semakin digemari untuk bepergian, termasuk mudik. Selain murah, orang juga mengejar kenyamanan,” ujarnya.
Berbekal informasi itu, dilakukan berbagai aksi di bandara-bandara yang dikelola Angkasa Pura I, di antaranya membagikan takjil gratis dan membangun posko terpadu.