Menteri Pertanian: Terus Produksi Teknologi Pertanian
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Menteri pertanian Andi Amran Sulaiman mengajak akademisi kampus memproduksi teknologi yang bisa digunakan untuk memajukan pertanian Indonesia. Hanya dengan teknologi pertanian, cita-cita Indonesia menjadi lumbung pangan dunia tahun 2045 dinilai bisa tercapai.
Hal itu dikatakan saat Menteri Pertanian memberikan kuliah umum Membangun Pertanian Mandiri dan Berkelanjutan di Era Industri 4.0, Jumat (25/5/2018) di Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur. ”Akademisi kampus yang bisa mengubah pertanian Indonesia ke depannya karena teknologi baru akan terus dihasilkan dari kampus,” kata Amran.
Menurut Amran, Indonesia tidak akan bisa bersaing dengan negara lain tanpa teknologi. Oleh karena itu, ia berharap terus muncul teknologi-teknologi pertanian tepat guna baru dari kampus.
Andi mengatakan, pemanfaatan teknologi dan inovasi di bidang pertanian membuat potensi pendapatan sektor pertanian meningkat Rp 316 triliun per tahun. Inovasi dan teknologi tersebut membuat kenaikan produksi padi, kecepatan menyiangi lahan, naik tiga kali lipat dibandingkan sistem manual, serta naiknya rendemen. ”Produksi naik, kecepatan panen naik, rendemen naik, ini membuat pendapatan dari sektor pertanian naik hingga Rp 316 triliun,” katanya.
Selain itu, Amran berharap semua pihak bersinergi membangun sektor pertanian. Pemerintah, menurut Andi, sudah memudahkan proses pengadaan barang dan jasa bidang pertanian dengan merevisi Peraturan Presiden Nomor 172 Tahun 2014 tentang pengadaan barang dan jasa.
Pengadaan barang dan jasa dimungkinkan dengan penunjukan langsung.
”Itu akan membuat kebutuhan pertanian bisa diperoleh dengan cepat. Butuh traktor hari ini, hari ini bisa dipenuhi. Butuh benih segera bisa dipenuhi. Pemerintah, akademisi, dan pengusaha harus bersinergi sehingga petaninya makmur,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Amran mengapresiasi temuan akademisi UB tentang pupuk hayati, di mana bisa digunakan menaikkan produktivitas padi hingga 40 persen. Saat itu, Amran langsung meminta Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur untuk mencoba temuan itu di lahan 100 hektar (ha) milik BPTP. ”Jika berhasil, akan kita kontrak lagi untuk 200 ha, 1000 ha, dan 2000 ha,” kata Amran.
Dekan Fakultas Pertanian UB Nuhfil Hanani mengaku siap bekerja sama dengan kementerian untuk memajukan pertanian. ”Selain terus mendorong munculnya temuan-temuan bidang teknologi pertanian, kami juga mengajak anak-anak muda menyukai pertanian dengan program wirausaha muda pertanian,” katanya.
Kepala BPTP Jawa Timur Chendy Tafa Kresnanto mengatakan bahwa kerja sama kampus dengan BPTP sangat dimungkinkan sebab keduanya bisa bersinergi menghasilkan teknologi tepat guna demi bangsa.
”Jawa Timur merupakan salah satu lumbung pangan nasional sehingga upaya peningkatan produksi harus terus dilakukan. Ada tiga cara peningkatan produksi, yaitu dengan meningkatkan produktivitas per hektar lahan, meningkatkan indeks pertanaman, dan memperluas lahan. Yang bisa dilakukan di Jawa Timur adalah meningkatkan produktivitas lahan,” kata Chendy.
Saat ini, menurut Chendy, produktivitas lahan di Jatim terus naik sejak tahun 2016. ”Sebelumnya produktivitas padi 4,9 ton per ha, lalu naik menjadi 5,2 ton per ha, dan kini menjadi 6,5 ton per ha. Produktivitas padi Jawa Timur saat ini lebih tinggi dari produktivitas padi nasional, yaitu 5,1 ton per hektar,” katanya.
Dengan naiknya produktivitas lahan, Chendy menargetkan produksi padi Jatim akan naik menjadi 10 ton per ha. Saat ini rata-rata produksi padi masih 7-8 ton per ha. Lahan persawahan di Jawa Timur sebesar 1,1 juta ha.
Dengan sinergi semua pihak, dan pencapaian target tahunan dengan baik, Andi mengatakan, Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045. Hal itu, menurut Andi, bisa terealisasi sebab Indonesia sudah berhasil mengekspor bawang merah ke enam negara 7.750 ton (2017), ekspor jagung Gorontalo sebesar 57.650 ton ke Filipina pada Februari 2018, ekspor telur ayam tetas ke Myanmar, dan ekspor daging ayam olahan ke Papua Niugini serta Jepang.
Menteri membuat roadmap (peta jalan) Indonesia menuju lumbung pangan dunia pada tahun 2045. Di mana intinya, setiap tahun Indonesia harus bisa swasembada padi, bawang merah, cabai (tahun 2016), jagung (2017), gula konsumsi (2019), bawang putih dan kedelai (2020), gula industri (2024), daging sapi (2026), dan menjadi lumbung pangan dunia pada 2045.