JAKARTA, KOMPAS — Perum Bulog di bawah kepemimpinan Budi Waseso akan fokus pada tiga hal, yaitu meningkatkan serapan, menjaga ketersediaan pasokan pangan secara merata, dan meningkatkan kualitas beras. Langkah pertama yang akan dilakukan adalah memperkuat jaringan pengadaan beras melalui kemitraan dengan gabungan kelompok petani, koperasi unit desa, dan sejumlah badan usaha milik negara.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso dalam audiensi dengan wartawan di Jakarta, Senin (14/5/2018), mengatakan, Bulog kerap kalah bersaing menyerap beras dan gabah petani dengan jaringan pengijon. Mereka mengikat petani agar menjual gabah hanya kepada mereka dengan cara memberikan pinjaman modal tanam.
Kalaupun dapat menyerap gabah atau beras, Bulog kerap kali mendapatkan dari pihak kedua atau pihak ketiga. Jaringan pengadaan Bulog inilah yang akan diperkuat untuk mengoptimalkan serapan gabah dan beras.
”Kami akan bekerja sama dengan gabungan kelompok tani, koperasi unit desa, dan tenaga pertanian Kementerian Pertanian di desa-desa untuk meningkatkan serapan. Serapan juga tidak hanya fokus pada beras, tetapi juga meningkatkan serapan gabah karena penyimpanannya bisa lebih tahan lama,” katanya.
Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Bulog Imam Subowo menambahkan, skema bentuk kerja sama memperkuat jaringan pengadaan sudah ada. Salah satunya adalah melalui kerja sama dengan PT Mitra BUMDes Nusantara.
Perusahan gabungan sejumlah BUMN itu memberikan modal tanam bagi kelompok tani dan membantu akses serapan gabah petani ke Bulog. Program itu sudah berkembang di sejumlah kecamatan di Jawa Barat dan masing-masing diuji coba di lahan seluas 4.000 hektar.
Bantuan modal tanam itu bertujuan untuk memutus rantai jaringan pengijon secara bertahap.
Sementara itu, Direktur Pengadaan Bulog Andrianto Wahyu Adi menyatakan, komposisi serapan gabah Bulog pada tahun ini akan diubah dari 10 persen total serapan menjadi 25 persen. Untuk itu, Bulog bekerja sama dengan gabungan kelompok tani dan Kementerian Pertanian akan berupaya menambah alat pengering gabah.
”Kami juga akan menambah tenaga-tenaga pembeli gabah di tingkat petani melalui jasa tenaga alih daya. Kami juga akan menggandeng petani penyedia jasa penebas padi untuk memotong rantai penebas padi,” ujarnya.
Kualitas beras
Selain memperkuat jaringan pengadaan, Bulog akan memastikan ketersediaan bahan pangan pokok yang merata bagi masyarakat. Upaya itu ditempuh melalui kerja sama dengan kepolisian sektor dan tentara dalam pendistribusian beras serta membuat beras dalam kemasan saset seharga Rp 2.000 per saset.
Adapun untuk meningkatkan kualitas beras yang didistribusikan, Budi Waseso mengemukakan, Bulog ke depan akan mendistribusikan beras dalam bentuk kemasan kiloan, tidak lagi dalam bentuk curah. Distribusi juga akan dilakukan melalui jaringan Bulog, tidak lagi melibatkan pihak ketiga.
”Kami tidak ingin lagi melibatkan pihak ketiga. Dengan melibatkan pihak ketiga, rantai distribusi beras justru lebih panjang dan harga beras di tingkat konsumen jatuhnya lebih tinggi,” katanya.
Hingga 14 Mei 2018, stok beras Bulog sebanyak 1.262.782 ton. Dari jumlah itu, stok beras yang berasal dari impor sebanyak 453.787 ton dan stok komersial sebanyak 106.186 ton. Bulog meyakini stok tersebut lebih dari cukup untuk mengamankan kebutuhan pangan masyarakat pada saat Ramadhan dan Lebaran.