JAKARTA, KOMPAS — Indonesia dan Jepang terus memperkuat kerja sama di berbagai bidang. Masalah yang dihadapi masing-masing pihak dinilai justru memberi peluang bagi Indonesia dan Jepang untuk saling mengisi dan menjalin kerja sama di antara kedua negara.
”Untuk merespons tantangan ekonomi global dan teknologi, misalnya, Jepang dan Indonesia perlu membangun kerja sama baru di bidang teknologi informasi, pendidikan vokasi, dan kewirausahaan,” kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro di Jakarta, Senin (14/5/2018).
Bambang mengatakan hal tersebut pada Simposium Kerja Sama Pembangunan Indonesia-Jepang. Simposium yang digelar Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) dan Bappenas tersebut mengangkat tema ”Membangun Masa Depan Berbasiskan Kepercayaan”.
Di sisi sumber daya manusia, menurut Bambang, Indonesia dan Jepang memiliki keunikan masing-masing. Problem di tiap negara dinilai menjadi peluang bagi kedua negara untuk saling membantu.
Indonesia, yang diuntungkan bonus demografi, membutuhkan penciptaan lapangan kerja bagi generasi muda. Sementara itu, Jepang, dengan masyarakat menua, memerlukan tenaga kerja terampil untuk memenuhi kebutuhan industri manufaktur dan sektor jasa.
Terkait hal tersebut, Bambang mengatakan, program pelatihan bagi generasi muda Indonesia menjadi penting untuk dikembangkan lebih lanjut.
Executive Senior Vice President JICA Kazuhiko Koshikawa mengatakan, hubungan Indonesia dan Jepang terjalin sejak tahun 1958.
”Secara historis kemitraan, kerja sama, dan proyek yang tengah berjalan dicirikan dengan frase ringan sama dijinjing, berat sama dipikul,” kata Koshikawa.
Dia menyatakan tiga pilar yang melandasi kerja sama Indonesia dan Jepang. Pilar dimaksud mencakup pengembangan ekonomi berkelanjutan, upaya menjembatani kesenjangan sosial, dan penyikapan terhadap agenda global serta regional, seperti perubahan iklim.
Menteri Keuangan Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999) Bambang Subianto mengatakan, dukungan Jepang melalui proyek bantuan pemerintah (official development assistance) di tahun-tahun krisis adalah indikasi kuat kepercayaan Jepang kepada Indonesia. Dia mengutip ungkapan a friend in need is a friend indeed. Teman yang hadir membantu saat kita kesusahan adalah teman sejati.
Secara historis kemitraan, kerja sama, dan proyek yang tengah berjalan dicirikan dengan frase ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.
Pada simposium tersebut, Menteri Pertambangan dan Energi Kabinet Reformasi Pembangunan Kuntoro Mangkusubroto mengatakan, Jepang hadir untuk membantu penanganan bencana di Indonesia.
Kuntoro yang juga pernah menjadi Kepala Badan Pelaksana Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh dan Nias menyatakan, Jepang membantu ketika terjadi tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam dan erupsi Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii mengatakan, kehadiran sebagai teman saat dibutuhkan menjadikan hubungan kedua negara, Indonesia dan Jepang, yang terjalin dalam 60 tahun terakhir menjadi istimewa.
Chief Representative Indonesia Office JICA Naoki Ando pada simposium tersebut mempresentasikan secara sekilas kerja sama pembangunan dalam 60 tahun terakhir. Dalam buklet yang merangkum Tinjauan Pembangunan Indonesia dan Kerja Sama Jepang: Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan disebutkan, akumulasi bantuan Jepang hingga tahun 2016 sebesar 5,5 triliun yen lebih atau sekitar Rp 668 triliun.