JAKARTA, KOMPAS — Citibank NA Indonesia mencatat laba bersih Rp 584 miliar pada triwulan I-2018 atau turun 14,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp 686 miliar. Penurunan laba terjadi akibat kebutuhan biaya kredit awal tahun ini lebih besar dibandingkan tahun lalu.
Chief Executive Officer Citibank NA Indonesia Batara Sianturi di Jakarta, Senin (7/5/2018), mengatakan, laba tahun lalu tinggi ditopang peningkatan di sisi kredit komersial. Sementara pada triwulan-I 2018 terjadi peningkatan pada biaya kredit akibat meningkatnya penggunaan kredit ritel, khusunya kartu kredit.
”Meskipun turun, tingkat permodalan Citibank tetap kokoh dengan rasio KPMM (kewajiban penyediaan modal minimum) berada di level 25,95 persen per 31 Maret 2018. Bank berhasil mempertahankan tingkat permodalan untuk menopang pertumbuhan kredit,” kata Batara.
Pada triwulan-I 2018, cadangan kerugian juga mengalami kenaikan dengan rasio cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) mencapai 120 persen atau lebih tinggi dari periode sama 2017, yakni 89 persen.
Secara umum, lanjut Batara, pendapatan bank mengalami kenaikan 3 persen dan biaya operasional relatif flat. Pendapatan Citibank Indonesia mengalami kenaikan ditopang oleh pendapatan bunga sebesar Rp 1,05 triliun dan fee based income sebesar Rp 540 miliar.
Dari laba yang dihasilkan, kontribusi institutional banking mencapai 55 persen, sedangkan kontribusi consumer banking sebesar 45 persen. ”Citibank berkomitmen mendukung pertumbuhan perekonomian Indonesia. Tecermin dengan pertumbuhan kredit year on year mencapai double digit,” kata Batara.
Di lini institutional banking, Citibank Indonesia ditunjuk sebagai joint lead bookrunners untuk penerbitan obligasi Republik Indonesia senilai Rp 3 miliar dollar AS. Sementara di lini bisnis consumer banking, Citibank merelokasi kantor cabang serta mendorong digitalisasi dalam penggunaan produk.
Pada akhir triwulan I-2018, portofolio kredit meningkat 11 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, didorong oleh pertumbuhan kredit pada lini bisnis institutional banking. Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 4 persen di mana 70 persen dari DPK berupa giro dan tabungan. Citibank terus mempertahankan rasio loan-to-funding (LFR) yang memadai dan optimal di level 75 persen.
Rasio non-performing loan (NPL) bruto dan neto Citibank di triwulan I-2018 mengalami perbaikan menjadi masing-masing 1,78 persen dan 0,47 persen. Rasio ini menurun dibandingkan triwulan I-2017 yang sebesar 2,58 persen dan 1,06 persen.
”Selain fokus pada pertumbuhan, Citibank senantiasa berpedoman pada prinsip kehati-hatian dalam pemberian pinjaman sehingga mendukung perbaikan kualitas kredit,” ujar Batara.
Laba otomotif
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), PT Bintraco Dharma Tbk mencatatkan laba bersih Rp 201,82 miliar sepanjang 2017. Sementara pendapatan Bintraco pada triwulan I-2018 adalah Rp 1,9 triliun atau tumbuh 14 persen dari Rp 1,6 triliun pada periode yang sama tahun 2017.
Direktur Utama Bintraco Sebastianus Harno Budi menyatakan, pendapatan perseroan pada kuartal I-2018 mengalami peningkatan karena penjualan Calya dan New Rush yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan tahun lalu.
”Selain itu, penjualan Rush mendongkrak laba kotor perseroan pada kuartal I-2018 dibandingkan dengan kuartal I-2017,” kata Harno.
Hingga Maret 2018, penjualan LCGC dan Low & Medium MPV berkontribusi 42 persen pada penjualan di area Jawa Tengah dan Yogyakarta, dengan Toyota yang masih unggul dengan pangsa pasar 29,8 persen. ”Kami optimistis dapat memberikan nilai lebih bagi pemegang saham meskipun situasi industri yang masih dibayangi intensitas persaingan yang diperkirakan kembali tumbuh relatif stagnan,” katanya.
Dalam RUPTS, pemegang saham menyetujui sebagian laba bersih perusahaan, sebanyak Rp 60 miliar, digunakan sebagai dividen tunai atau senilai Rp 40 per saham. Menurut rencana, dividen tersebut akan dibagikan pada 8 Juni 2018 kepada pemegang saham perusahaan yang namanya tercatat pada 18 Mei 2018. Adapun sisanya sebesar Rp 141,83 miliar dibukukan sebagai laba ditahan perusahaan.