JAKARTA, KOMPAS — Morgan Stanley menyebut ada tiga pilar penyokong ekonomi digital di Indonesia, yakni perdagangan secara elektronik atau e-dagang, e-konektivitas, dan e-pembayaran.
Dalam riset Morgan Stanley, ”Disruption Decoded: Digital Disruption in Indonesia” (April 2018), proyeksi penetrasi e-dagang akan meningkat dari 3 persen pada 2018 menjadi 19 persen tahun 2027.
ASEAN Equity Strategist and Head of ASEAN Equity Research Morgan Stanley Sean Gardiner dalam pertemuan terbatas sejumlah media nasional, Senin (7/5/2018), di Jakarta, mengatakan, e-dagang di Indonesia berada dalam fase awal pertumbuhan. Sebagian warga telah nyaman bertransaksi di laman pemasaran (electronic marketplace) ataupun laman toko ritel daring. Di luar itu, banyak pula warga yang berbelanja melalui media sosial.
”Masih kecilnya penetrasi e-dagang di Indonesia dipengaruhi oleh mahalnya ongkos logistik, terutama pengiriman sampai ke titik akhir (last mile) atau konsumen langsung. Namun, beberapa tahun terakhir muncul angkutan umum berbasis aplikasi yang menawarkan jasa pengiriman sampai ke titik akhir,” ujarnya.
Untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis dan penetrasi e-dagang, upaya pemerintah sejauh ini maksimal, misalnya pembangunan infrastruktur jalan tol dan peluncuran peta jalan e-dagang.
Pilar e-konektivitas digerakkan oleh pesatnya monetisasi data internet akibat tingginya penetrasi pengguna ponsel pintar dan jaringan pita lebar. Hasil riset Morgan Stanley menyebut penetrasi ponsel pintar naik dari 50 persen tahun 2018 menjadi 95 persen pada 2027. Adapun penetrasi jaringan pita lebar naik dari saat ini 9 persen menjadi lebih dari 29 persen pada 2027.
Pilar e-pembayaran digerakkan salah satunya oleh uang elektronik. Hasil riset Morgan Stanley menunjukkan adanya kenaikan penetrasi uang elektronik dari 2 persen pada 2018 menjadi 24 persen tahun 2027.
Di samping uang elektronik, Sean mengungkapkan adanya teknologi finansial berbentuk sarana pembayaran nontradisional yang memengaruhi kemajuan pilar e-pembayaran.
Nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan tumbuh hingga menjadi 2,7 triliun dollar AS pada akhir 2027 dengan nilai kapitalisasi pasar 1,5 triliun dollar AS. Teknologi digital menjadi kunci akselerasi bisnis semua sektor industri. Pada periode jangka pendek, disrupsi digital masih akan dilihat sebagai ancaman bagi pelaku usaha konvensional.