JAKARTA, KOMPAS — Revolusi industri 4.0 dapat meningkatkan produktivitas dan profit. Namun, jika tidak beradaptasi dari sekarang, Indonesia terancam kehilangan kesempatan memperoleh tambahan lebih dari Rp 1.000 triliun pada produk domestik bruto nasional.
Indonesia diprediksi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan ekstra 120 miliar dollar Amerika Serikat atau setara dengan Rp 1.675 triliun pada PDB 2025. Prediksi ini disampaikan oleh Partner and Co-Leader of Operations Practice in Southeast Asia McKinsey Company Vishal Agarwal di Jakarta, Kamis (3/5/2018).
Tambahan PDB tersebut tertinggi berasal dari sektor manufaktur (34 miliar dollar AS atau Rp 474 triliun) dan ritel (25 miliar dollar AS atau Rp 349 triliun). Sektor lain yang turut berkontribusi berasal dari transportasi (16 miliar dollar AS atau Rp 223 triliun) dan pertambangan (15 miliar dollar AS atau Rp 209 triliun).
Potensi tambahan PDB yang dapat diperoleh Indonesia dari revolusi industri 4.0 berasal dari transformasi digital yang meningkatkan produktivitas dan profit. Sebelumnya, PT International Data Corporation Indonesia memaparkan hasil riset terkait hal itu pada Februari 2018.
Dari riset tersebut, peningkatan produktivitas perusahaan yang sejak 2017 sudah bertransformasi diprediksi lebih besar 2,1 kali lipat dibandingkan perusahaan yang belum bertransformasi pada 2020. Akibatnya, pada 2020, perusahaan yang sudah bertransformasi itu mendapatkan profit 2,5 kali lipat lebih besar.
Selain terancam kehilangan ekstra PDB itu, daya saing Indonesia juga diprediksi akan turun jika tidak beradaptasi dengan revolusi industri 4.0. Saat ini, peringkat indeks daya saing Indonesia ke-36 dari 137 negara. ”Semua negara sedang menghadapi revolusi industri 4.0. Kalau Indonesia tidak beradaptasi, tingkat persaingannya dengan negara lain akan menurun secara signifikan,” ujar Vishal.
Meningkatkan kapasitas
Selain infrastruktur teknologi, perusahaan juga perlu menanamkan modal pada sumber daya manusianya. Partner and Co-Leader of Operations Practice in Southeast Asia McKinsey Company Matteo Manchini mencontohkan, rata-rata investasi untuk meningkatkan kapasitas tenaga kerja dalam rangka revolusi industri 4.0 di Singapura sebesar 800 dollar Singapura atau sekitar Rp 8,3 juta per orang.
Karena revolusi industri 4.0 berpusat pada sumber daya manusia, Vishal mengatakan, Indonesia perlu meningkatkan kapasitas tenaga kerjanya, terutama yang berada di sektor manufaktur. Peningkatan itu dilakukan dengan pelatihan yang diadakan oleh perusahaan.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Eksekutif Indonesia Competitiveness Economic Development Ervin A P Widodo mengatakan, pelatihan pekerja di pabrik merupakan tanggung jawab perusahaan. Adapun bentuk pelatihannya berupa pengetahuan tentang elektronik, rekayasa, dan mekanik.
Kehadiran tenaga kerja asing (TKA) ahli dalam perusahaan juga dapat mempercepat transfer teknologi dan pengetahuan untuk meningkatkan kompetensi pekerja dalam negeri. Menurut Vishal, alih teknologi dan pengetahuan itu dapat berlangsung selama 6 bulan hingga 5 tahun.