JAKARTA, KOMPAS — Investasi dan ekspor RI kalah dibandingkan dengan sejumlah negara di Asia Tenggara. Perkembangan teknologi dan globalisasi akan membuat pihak yang cepat mengalahkan pihak yang lambat.
”Ekspor kita, investasi kita, sudah kalah dari negara-negara tetangga, (yaitu) Malaysia, Thailand, dan Vietnam, karena mereka lari cepat,” kata Presiden Joko Widodo pada pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Rencana Kerja Pemerintah 2019 di Jakarta, Senin (30/4/2018).
Dalam kesempatan terpisah, menanggapi pernyataan Presiden, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, ada sejumlah hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan investasi dan ekspor. Saat ini, investor mempunyai banyak pilihan sebelum memutuskan untuk berinvestasi ke suatu negara.
Terkait hal itu, Indonesia harus berupaya menampilkan daya tarik agar dilirik calon investor. Apalagi, negara-negara lain juga berlomba-lomba melakukan hal yang sama.
”Bukan hanya Indonesia, negara-negara lain di kawasan ASEAN juga berusaha menarik investasi. Oleh karena itu, Indonesia harus terus-menerus membuat perbaikan, baik di sisi peraturan, perizinan, maupun insentif fiskal,” kata Rosan ketika dimintai tanggapan, Selasa (1/5/2018).
Rosan berpendapat, Indonesia masih bergantung pada komoditas. Di sisi lain, negara-negara tetangga mempunyai industri berorientasi ekspor dengan ketergantungan yang lebih rendah terhadap komoditas.
”Jadi, penguatan industri pengolahan yang bernilai tambah harus terus dilakukan,” katanya.
Rosan menilai, perjanjian perdagangan bebas turut berperan penting dalam menunjang kinerja ekspor suatu negara. ”Kinerja ekspor tekstil Vietnam, misalnya, bisa mengalahkan Indonesia karena mereka lebih dulu memiliki perjanjian dagang dengan negara-negara tujuan ekspor sehingga mendapat bea masuk lebih rendah dibanding kita,” ujarnya.
Saat membuka Musrenbangnas, Presiden mengingatkan agar Indonesia berhati-hati karena bisa kalah dari Laos dan Kamboja. Kekalahan bisa terjadi jika RI terjebak pada rutinitas dan tidak berani melakukan lompatan apa pun. ”Oleh sebab itu, kalau mau mengadakan investasi, buka lebar-lebar, apalagi kalau orientasinya ekspor,” ujar Presiden.
Presiden mengatakan, Indonesia akan ditinggal jika masih ada birokrasi dan gaya kerja yang bertele-tele serta rantai perizinan yang ruwet dan lama. ”Saya sampaikan, kenapa lama? Karena masih ada yang hitungannya tahun, bulan, dan minggu untuk mengurus izin. Mestinya yang namanya mengurus izin itu hitungannya dalam jam,” kata Presiden.
Investasi
Secara terpisah, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyampaikan, RI harus mengatasi ketertinggalan dari beberapa negara tetangga.
”Seperti disampaikan Bapak Presiden, kita kalah di sisi penanaman modal langsung dan ekspor dari negara tetangga, seperti Thailand, Vietnam, bahkan Malaysia yang populasinya hanya seperdelapan populasi kita,” ujar Lembong. Keharusan mengatasi ketertinggalan di sisi investasi dan ekspor tersebut merupakan tantangan sekaligus potensi.
Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) periode Januari-Maret 2018 sebesar Rp 185,3 triliun. Realisasi tersebut meningkat 11,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017 yang sebesar Rp 165,8 triliun. Pada triwulan I-2018, sebanyak 201.239 tenaga kerja diserap berbagai proyek investasi.
”Apabila dibandingkan secara tahunan dengan triwulan I-2017 yang sebanyak 194.134 orang, ada kenaikan 3,7 persen,” kata Deputi Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis.