JAKARTA, KOMPAS --- Pengembangan pembangkit listrik dari energi terbarukan di Indonesia masih menghadapi kendala yang sama dari waktu ke waktu, yaitu penguasaan teknologi dan kesulitan mendapat dukungan pendanaan. Oleh karena itu, perlu sejumlah terobosan agar kendala dan tantangan di sektor energi terbarukan dapat diselesaikan.
Saat ini, industri energi terbarukan di Indonesia terus tumbuh dan berkembang meskipun tidak sebaik industri lainnya.
Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, pengembangan energi terbarukan di Indonesia menghadapi banyak tantangan. Ia menyebutkan, industri pengembangan energi terbarukan di Indonesia tak sebaik industri lainnya. Namun, menurut dia, industri energi terbarukan terus tumbuh dan berkembang.
"Tahun ini pun penuh tantangan. Soal pendanaan, misalnya. Pengembangan energi terbarukan itu butuh dana besar. Perlu terobosan agar mendapat dukungan pendanaan dari perbankan," kata Surya dalam pidato pembukaan peluncuran Konvensi dan Pameran Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) ke-7, Rabu (25/4/2018), di Jakarta.
Selain persoalan pendanaan, lanjut Surya, energi terbarukan adalah industri yang menuntut penerapan dan penguasaan teknologi mutakhir. Indonesia belum sepenuhnya terbebas dari ketergantungan teknologi negara lain. Padahal, penguasaan teknologi maju dapat membuat energi terbarukan lebih efisien dan berkelanjutan ketimbang sumber energi lain, seperti energi fosil.
"Faktor lainnya adalah bisnis di sektor energi terbarukan sangat ketat diatur oleh berbagai jenis peraturan yang diterbitkan pemerintah. Jadi, pola-pola regulasi sangat memengaruhi bisnis ini," ujar Surya.
Direkur Jenderal EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rida Mulyana, menambahkan, pemerintah tetap berkomitmen mendukung pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Target bauran energi pada 2025, yakni porsi energi terbarukan sebesar 23 persen dari total energi atau setara daya terpasang listrik 45 gigawatt, akan tetap diwujudkan. Pemerintah juga terus memperbaiki regulasi sektor energi terbarukan agar semakin memudahkan bisnis.
"Saya cukup mengerti bahwa persoalan dan tantangan yang dihadapi masih seputar ini-ini saja (pendanaan dan teknologi). Sudah jelas masalahnya. Yang penting adalah kemauan dan konsistensi mewujudkan pengembangan energi terbarukan sembari melakukan perbaikan-perbaikan regulasi," kata Rida.
Sebelumnya, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menyebutkan, ada 46 kontrak dari 70 kontrak jual beli tenaga listrik energi terbarukan yang kesulitan memperoleh pendanaan. Seluruh 70 kontrak tersebut ditandatangani pada 2017 dengan kapasitas terpasang 1.214,16 megawatt. PLN menyebutkan, apabila sampai tenggat waktu yang ditentukan belum juga mendapat pendanaan, kontrak akan diputus secara sepihak.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Pembangkit Listrik Tenaga Air (APPLTA) Riza Husni mengatakan, penyebab sejumlah pengembang sulit mendapat pendanaan dari perbankan adalah dampak dari kebijakan yang dibuat pemerintah. Namun, ia tak menjelaskan secara detail aturan yang dimaksud. Ia berharap pemerintah bersedia menerima masukan pelaku usaha sektor energi terbarukan dalam penyusunan kebijakan.
Konvensi dan Pameran EBTKE yang ke-7 tahun ini akan diselenggarakan pada akhir Agustus 2018 di Jakarta. Tema yang diambil adalah "Investment Breakthrough to Achieve Renewable Energy Target". Acara tersebut diselenggarakan METI dengan dukungan Direktorat EBTKE Kementerian ESDM. Kegiatan utama selama penyelenggaraan berlangsung adalah seminar, pameran, dan pelatihan terkait energi terbarukan.
Ketua Penyelenggara Konvensi dan Pameran EBTKE ke-7, Herutama Trikoranto, mengatakan, peserta konferensi selama penyelenggaraan berlangsung diperkirakaan diikuti sebanyak 600 orang. Adapun target pengunjung selama acara berlangsung adalah 1.500 orang. Akan ada sekitar 40 perusahaan yang ikut pameran pada acara ini.
"Salah satu tema penting dalam acara ini adalah bagaimana memanfaatkan teknologi tepat guna untuk pengembangan energi terbarukan. Sebab, teknologi yang kian canggih membuat energi terbarukan semakin ekonomis dan terjangkau," tambah Herutama.