Fasilitas Ramah Muslim Jadi Pertimbangan Wisatawan
Oleh
RINI KUSTIASIH
·4 menit baca
DUBAI, KOMPAS – Penyediaan fasilitas pariwisata yang akomodatif terhadap kebutuhan wistawan muslim asal mancanegara menjadi perhatian Kementerian Pariwisata. Prospek untuk menggaet wisman muslim itu masih terbuka lebar mengingat Indonesia saat ini menempati ranking kedua dalam Global Moslem Travel Index tahun 2018.
Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal Kemenpar, Riyanto Sofyan, di sela-sela penyelenggaraan Arabian Travel Market (ATM) Dubai, Uni Emirat Arab, Selasa (24/4) mengatakan, fasilitas yang ramah bagi wisatawan muslim amat penting untuk menggaet mereka datang ke Indonesia. Sejumlah hal, seperti keberadaan toilet basah yang bisa dijadikan tempat berwudlu, menjadi perhitungan mereka. Hal-hal detil dalam fasilitas pariwisata semacam itu perlu diperhatikan karena turis muslim memiliki kebutuhan khusus yang tidak dimiliki oleh turis lainnya.
“Malaysia lebih dulu menggerakkan wisata halal, yakni sejak tahun 2006, dan Indonesia baru tahun 2012. Sejumlah hal harus kita kejar, seperti dengan memberi perhatian pada hal-hal kecil yang kerap kita anggap biasa. Di Jakarta, misalnya, belum semua hotel memiliki toilet basah yang ramah untuk wisman muslim. Tidak semua hotel memiliki shower yang bisa digunakan untuk berwudlu,” kata Riyanto.
Hal lainnya yang terus berupaya ditingkatkan adalah sertifikasi halal untuk makanan, restoran, dan hotel. Sertifikasi halal itu sekaligus menjadi penjamin kualitas (quality assurance) bagi turis muslim yang ingin berkunjung ke Indonesia. Wisman muslim menaruh perhatian cukup besar pada makanan halal.
“Dalam beberapa kasus, sampai ada wisman muslim, khususnya dari Timur Tengah, yang ingin memastikan makanan yang dikonsumsinya halal. Mereka sampai bertanya apakah bisa menyembelih kambingnya sendiri. Jadi Timteng ini merupakan pasar pariwisata yang high demanding, sangat menuntut akomodasi bagus dan mahal, sekaligus sangat memerhatikan soal makanan halal,” kata Nia Niscaya, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kemenpar.
Riyanto mengatakan, pihaknya mendorong hotel dan restoran agar bersertifikat halal. Saat ini, baru sekitar 400 restoran dan 75 hotel di Indonesia yang bersertifikat halal. "Soal restoran, misalnya, kita masih kalah dari Singapura yang memiliki 2.690 restoran dengan sertifikasi halal,” urainya.
Tren Indonesia dalam pengembangan pariwisata halal pun positif, karena terus naik dalam empat tahun terakhir.
Dalam catatan Global Moslem Travel Index (GMTI) tahun 2015, Indonesia masih berada di posisi ke-lima, tahun 2016 naik ke posisi empat, dan tahun 2017 kembali naik menempati posisi ke-tiga. Pada tahun 2018, Indonesia menempati posisi ke-dua, hanya tertinggal dari Malaysia.
Pasar luas
Kontribusi wisman muslim juga signifikan dalam total wisman yang masuk ke Indonesia. Pada tahun 2017. Wisman muslim yang berkunjung ke Indonesia sebanyak 2,6 juta orang, dari total 14 juta wisman ke Indonesia, atau sekitar 18-20 persen dari total wisman. Jumlah itu berupaya dinaikkan menjadi 3,8 juta wisman muslim tahun ini.
Riyanto mengatakan, pasar wisman muslim pun tidak hanya terbatas pada kawasan Timteng, karena terdapat negara-negara lain yang juga memiliki populasi muslim, seperti India, China, Rusia, dan Eropa. Negara-negara Eropa yang memiliki populasi muslim yang bisa menjadi target pasar, antara lain Ingris, Jerman, dan Perancis. Adapun dari negara Timteng, terdapat empat negara asal wisman terbesar, yakni Arab Saudi, Kuwait, Mesir, dan UEA. Pasar-pasar wisman muslim lainnya juga terbuka lebar di Timteng, seperti di Oman dan Iran.
Masih dalam upaya promosi pariwisata Indonesia ke Timteng, setelah dari ATM di Dubai, sejumlah rombongan Kemenpar akan meneruskan misi promosi ke Oman selama empat hari.
Nia mengatakan, keikutsertaan Indonesia dalam ATM Dubai diharapkan bisa menjadi momentum mengundang wisman muslim asal Timteng. Bulan Ramadhan yang diperkirakan jatuh pada bulan Mei diperkirakan akan menjadi muslim paceklik kunjungan wisman Timteng. Namun, setelahnya, yakni pada saat perayaan Idul Fitri, wisman dari Timteng akan membanjiri destinasi wisata dari berbagai negara.
“Kami ingin menangkap momentum itu. Oleh karenanya kami serius menggarap pasar Timteng melalui ATM Dubai ini. Dalam event ini, ribuan seller (penyedia jasa) bisa bertemu langsung dengan travel agent bahkan consumer,” kata Nia.
Lima daerah di Indonesia menjadi daerah andalan wisata halal, yakni Lombok (Nusa Tenggara Barat), Sumatera Barat, Aceh, Jawa Barat, dan Jakarta. Tahun 2015, Lombok meraih Best Halal Tourism Award. Kemenangan Lombok itu menyumbang penambahan signifikan wisman ke Indonesia.
"Sebelum tahun 2015, ada 1 juta wisman ke Lombok. Namun, setelah penghargaan itu diterima Lombok tahun 2015, jumlah wisman ke Lombok naik menjadi 1,5 juta orang," kata Riyanto.
Daerah lain, seperti Bali, juga masih menarik bagi turis muslim. Mohammad Madani, Manajer Pemasaran Bali Ceria Tours and Travel untuk wilayah Timteng mengatakan, pariwisata Bali menarik bagi wisman Timteng karena udaranya yang tidak terlalu panas, dan banyak kawasan hijau, seperti persawahan, pedesaan, hingga pantai-pantai yang cantik. Kedatangan Raja Salman dari Arab Saudi ke Bali, tahun 2017, diakui menjadi salah satu pengungkit pariwisata Bali asal Timteng.
"Tahun 2015, hanya ada 15.000 orang Iran yang datang berwisata ke Bali, sekarang jumlah itu menjadi 45.000 orang. Bali masih sangat menarik bagi orang Timteng," kata Madani yang asli Iran.