JAKARTA, KOMPAS — Banyaknya perusahaan tambang minyak dan gas yang berakhir masa konsesinya dalam waktu dekat menarik minat perusahaan konstruksi PT Adhi Karya (Persero) Tbk (kode emiten: ADHI) untuk terjun ke bidang pengolahan limbah. Diharapkan bisnis ini bisa menjadi generator pendapatan baru bagi perusahaan pelat merah ini.
Direktur Operasi I PT Adhi Karya (Persero) Tbk Budi Saddewa Soediro mengatakan, pengolahan limbah akan menjadi bisnis yang menjanjikan karena kebutuhannya akan tinggi dalam waktu dekat.
”Ada banyak perusahaan migas yang sudah habis atau mendekati habis masa konsesinya. Menjadi kewajiban perusahaan itu untuk mengolah limbah dan menjadikan lingkungan sekitar tambang menjadi hijau kembali,” ujar Budi.
Dia mencontohkan konsesi Chevron akan berakhir 2018, Total EP sudah habis pada 2017, lalu ada juga perusahaan migas yang akan habis tahun 2023, dan seterusnya. ”Potensinya berdasarkan luas ada 800 titik area dengan luas 170 kilometer persegi dan volume 8 juta meter kubik. Untuk nilainya mencapai Rp 176 triliun. Untuk yang jatuh tempo saat ini nilainya mencapai Rp 8,26 triliun,” kata Budi.
Dalam rapat umum pemegang saham yang digelar Jumat (13/4/2018), sudah disetujui gagasan perseroan untuk mengerjakan bisnis pengolahan limbah.
Dalam kesempatan RUPS itu, sebenarnya juga akan diputuskan mengenai pemisahaan (spin off) anak usaha bidang TOD dan hotel. Namun, karena jumlah peserta yang hadir tidak memenuhi persyaratan, hanya 70,5 persen, keputusan spin off tidak jadi diambil.
”Mungkin di RUPS berikutnya. Ketika peserta sudah memenuhi kuorum sebesar 75 persen,” kata Direktur Utama PT Adhi Karya Budi Harto.
Sepanjang tahun 2017, pendapatan ADHI dari sektor properti dan real estat melesat 95 persen dari Rp 671,3 miliar menjadi Rp 1,3 triliun. Sementara pendapatan dari jasa konstruksi sebesar Rp 12,9 triliun dan memberikan kontribusi 85 persen terhadap keseluruhan pendapatan.
Dalam RUPS itu, perseroan disetujui untuk membagikan dividen Rp 29,45 per lembar saham. Perusahaan akan membagikan dividen dengan total Rp 103,083 miliar atau setara dengan 20 persen dari perolehan laba bersih pada 2017. ”Jika dibagi 3,5 miliar lembar saham, menjadi Rp 29,45 per saham,” katanya.
Mengenai kontrak baru, Budi Harto mengatakan, ADHI telah memperoleh pekerjaan senilai Rp 3 triliun hingga Maret 2018. Nilai kontrak baru ini meningkat 78,6 persen dibandingkan perolehan kontrak baru pada bulan sebelumnya (Februari) yang baru mencapai Rp 1,3 triliun.
”Kami mendapatkan pekerjaan membangun Trans-Park Bekasi senilai Rp 845,8 miliar, pekerjaan gelagar gerbang tol-fasilitas penunjang jalan tol lainnya di Tol Bakauheni senilai Rp 186,8 miliar, dan lanjutan penataan kawasan Kompleks Gelora Bung Karno sebesar Rp 134,2 miliar,” kata Budi Harto.