JAKARTA, KOMPAS--Maskapai berbiaya murah AirAsia Indonesia membuka penerbangan langsung dari Jakarta ke Tokyo mulai 1 Mei 2018. Penerbangan langsung ini dibuka karena penumpang tujuan Jepang terus meningkat.
"Pertumbuhan penumpang menuju Jepang sangat tinggi. Jumlahnya mencapai 20 persen setiap tahun. Namun, selama ini penerbangan harus transit di Kuala Lumpur lebih dulu. Untuk menambah kenyamanan, kami membuka penerbangan langsung Jakarta-Tokyo," kata Direktur Niaga AirAsia Indonesia Rifai Taberi di Jakarta, Rabu (4/4/2018).
Penumpang AirAsia tujuan Jepang berasal dari 14 kota di Indonesia. Selama ini mereka lebih dikumpulkan lebih dulu di Kuala Lumpur, kemudian berangkat ke Jepang.
Tahun lalu AirAsia Indonesia juga sudah membuka penerbangan langsung dari Bali ke Narita. "Kalau ke Bali, AirAsia mengakomodasi turis Jepang, sedangkan kalau dari Jakarta, kami mengakomodasi turis Indonesia dan pebisnis Jepang," ujarnya.
Manager Japan National Tourism Organization (JNTO) Kristiana Susanti mengatakan, berdasarkan temuan JNTO, pertumbuhan jumlah wisatawan Indonesia ke Jepang pada 2017 meningkat hingga 30 persen dalam setahun. "Tidak sekadar menjadi ibu kota, Tokyo juga merupakan salah satu gerbang utama bagi wisatawan Indonesia untuk berlibur ke destinasi terbaik Jepang di semua musim," kata Kristiana.
Selain itu, tambah dia, kemudahan memperoleh visa dengan paspor elektronik membuat turis asing mudah datang ke Jepang.
Kehadiran rute langsung Jakarta-Tokyo (Bandara Narita) diharapkan akan semakin mendorong minat pengunjung. baik dari Indonesia ke Jepang maupun dari Jepang ke Indonesia. Selain itu, dengan biaya penerbangan yang lebih hemat, penumpang dapat mengeksplorasi destinasi wisata dengan lebih leluasa, namun tetap mendapatkan pelayanan dan pengalaman terbang yang berkualitas.
Sebelumnya, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, salah satu pendukung utama peningkatan pariwisata adalah aksesibilitas. Keberadaan penerbangan berbiaya murah membuat berbagai destinasi wisata semakin terjangkau.
"Bisnis TTT (tourism, transportation, and telecommunication) punya DNA yang mirip dengan maskapai berbiaya murah, yaitu sama-sama bergantung pada musim, musim puncak dan musim sepi. Selain itu, keduanya juga sama-sama bergantung jarak, sehingga ada zonasi," ujar dia.
Arief Yahya menambahkan, maskapai berbiaya murah serta bisnis pariwisata, transportasi, dan telekomunikasi sama-sama sensitif terhadap harga. Semakin murah harganya, maka lalu lintasnya semakin meledak.
Harga penerbangan yang murah membuat semakin banyak masyarakat yang dapat menjangkau. Masyarakat semakin terbiasa bepergian menggunakan pesawat.