Perubahan besar sedang terjadi di Arab Saudi. Sejumlah rencana perbaikan ekonomi pasca-ekonomi minyak terus dilakukan oleh negeri itu. Putra Mahkota, Pangeran Mohammad bin Salman, memimpin langsung perubahan ini. Adakah peluang bisnis bagi pengusaha Indonesia untuk memasuki pasar negeri itu?
Penurunan harga minyak di pasar dunia sejak 2014 telah menyadarkan negeri itu dari kenikmatan ekonomi minyak. Setahun setelah penurunan harga minyak, cadangan devisa Arab Saudi terkuras hingga 73 miliar dollar AS. Mereka terpaksa menarik sejumlah investasi di luar negeri untuk menstabilkan defisit anggaran dan memperbaiki cadangan devisa.
Tak banyak pilihan. Arab Saudi harus segera memperbaiki perekonomiannya. Sejumlah langkah diambil. Seorang diplomat Indonesia di Uni Emirat Arab (UEA) mengatakan, pada tahun lalu, setidaknya sudah tiga kali pejabat dan pebisnis Arab Saudi berkunjung ke UEA.Mereka ingin mempelajari perubahan ekonomi UEA. Salah satu yang perlu dipelajari adalah bagaimana membuka ekonomi, tetapi tidak melanggar hukum syariah. Ada yang menarik dari kunjungan itu, mereka belajar tentang pengelolaan pariwisata dan hiburan dari UEA.
Informasi itu ternyata tidak meleset. Pariwisata adalah salah satu sektor yang akan dikembangkan oleh negeri itu untuk memperbaiki ekonominya. Arab Saudi menganggarkan 64 miliar dollar AS untuk mengembangkan bisnis seni, pariwisata, dan hiburan pada masa depan.
Pekan ini, Pangeran Mohammad bin Salman, seperti dilaporkan koran The New York Times, berkunjung ke beberapa kota di Amerika Serikat untuk mencari investor. Mereka menyebutkan kunjungan itu sebagai upaya reorientasi ekonomi yang selama ini bergantung pada minyak ke sektor yang lebih banyak membuat warga Arab Saudi bergembira dan bahagia. Selama ini, warga negeri itu lebih banyak menghabiskan miliaran dollar AS untuk menikmati hiburan dan pariwisata di luar negeri.
Arab Saudi ingin agar warganya tak perlu lagi pergi ke luar negeri untuk menikmati hiburan. Caranya, dengan membangun bisnis hiburan di negeri itu. Dampak lainnya adalah mereka bisa mengkreasi sejumlah pekerjaan baru. Warga negeri itu selama ini sangat bergantung pada pekerjaan di birokrasi.
Tak mengherankan bila tahun ini telah dijadwalkan 28 acara hiburan besar di Arab Saudi, seperti peragaan busana, sirkus, festival jazz, dan opera. Izin untuk pertunjukan juga semakin dipermudah. Semua itu untuk menahan warga Arab Saudi pergi keluar dari negeri itu, hanya untuk menikmati hiburan semata.
Apakah ada peluang bagi Indonesia untuk memasuki pasar mereka? Selama ini, beberapa perusahaan Indonesia telah masuk di bisnis konstruksi dan pangan. Adapun nilai ekspor Indonesia ke Arab Saudi sekitar 1 miliar dollar AS hingga 2 miliar dollar AS per tahun. Beberapa komoditas yang diekspor antara lain kertas, minyak nabati, karet, daging olahan, dan peralatan elektronik.
Akan tetapi, melihat fokus perubahan di Arab Saudi, maka pelaku bisnis Indonesia perlu juga melihat peluang di industri seni, pariwisata, dan hiburan. Peluang bisnis tersebut mulai dari masuk ke investasi langsung hingga memasok produk-produk kebutuhan yang menunjang ketiga industri tersebut. Kita perlu mencermati secara detail kebutuhan mereka.
Bagaimana pebisnis bisa memulai? Mereka bisa belajar dari beberapa perusahaan yang telah lebih dulu masuk pasar bisnis Arab Saudi. Kedutaan besar mungkin bisa memasok informasi sebanyak mungkin. Belajar dari beberapa perusahaan yang sukses berbisnis dengan Arab Saudi, ternyata ada beberapa sosok Indonesia yang cukup dikenal di negeri itu dan kerap menjadi penghubung di antara mereka. Saatnya kita menangkap peluang yang tampak di depan mata. (ANDREAS MARYOTO)