Target Pertumbuhan Ekonomi Meleset, IHSG Berakhir di Zona Merah
Oleh
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indeks Harga Saham Gabungan ditutup melemah 0,59 persen pada penutupan sesi perdagangan, Senin (5/2) sore.
Sepanjang hari IHSG selalu berada di zona merah. Kekhawatiran akan kenaikan suhu bunga The Fed serta target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meleset menekan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Pada pembukaan perdagangan hari ini, indeks dibuka dengan pelemahan 1,09 persen atau 72,14 poin di level 6.556,68.
Sepanjang sesi perdagangan, indeks bergerak di level 6.522.54-6.612,45. Pada sesi akhir perdagangan, indeks ditutup turun 39,14 poin atau setara 0,59 persen ke level 6.589,67.
Sebanyak 254 saham melemah, 123 saham menguat, dan 92 saham stagnan. Sepanjang perdagangan dibuka, investor mentransaksikan 12,40 miliar saham dengan nilai perdagangan mencapai Rp 7,03 triliun.
Sejumlah emiten mencatatkan perdagangan positif, yakni PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang naik 50 poin, PT Miyrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) naik 75 poin, dan PT Intikeramik Alamasri Inds Tbk (IKAI) yang tumbuh 42 poin.
Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto menjelaskan, di dalam negeri, pengumuman mengenai produk domestik bruto (PDB) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) turut memengaruhi perdagangan saham hari ini.
BPS melansir pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2017 meleset dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar 5,2 persen. BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2017 hanya 5,07 persen.
Pun demikian, David memprediksi pelemahan IHSG tak akan berlarut-larut. Rilis data keuangan pada bulan ini diharapkan dapat mendongkrak IHSG.
”Koreksi IHSG masih sehat, sampai turun ke level 6.500 pun masih aman asalkan tidak turun di bawah level 6.000,” kata David dihubungi dari Jakarta.
Pelemahan IHSG diprediksi tak akan berlarut-larut. Rilis data keuangan pada bulan ini diharapkan dapat mendongkrak IHSG.
David menambahkan, faktor penurunan IHSG lainnya adalah data tenaga kerja di Amerika Serikat yang sedang bagus-bagusnya.
Hal tersebut menyebabkan timbul kekhawatiran akan kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed. Kenaikan suku bunga bank sentral menyebabkan pasar saham di negara berkembang kurang menarik bagi investor.
”Perekonomian AS sedang bagus. Indeks Dow Jones juga mulai mencapai rekor seperti IHSG,” kata David.
Sejalan dengan IHSG, Indeks KOMPAS100 juga turut melemah 0,59 persen atau 8,30 poin ke level 1,395. Dalam indeks KOMPAS100, emiten yang tumbuh tertinggi pada Senin ini adalah PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD).
Di posisi berikutnya menyusul PT Mas Murni Indonesia Tbk (MAMI), PT Sentul City Tbk (BKSL), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), serta PT Link Net Tbk (LINK). (DD10)