JAKARTA, KOMPAS — Kondisi perekonomian Indonesia tahun ini diperkirakan akan terus membaik sehingga memicu arus modal asing masuk dan memperbaiki konsumsi masyarakat. Namun, pemerintah harus tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, antara lain dengan mengomunikasikan kebijakan ekonomi secara baik.
Dengan cara itu, investor akan merasa nyaman dan lebih yakin terhadap perekonomian Indonesia.
Hal itu mengemuka dalam acara temu media bertema ”Macro Economic Outlook and Investment Strategy 2018” yang diselenggarakan PT Bank Commonwealth Indonesia di Jakarta, Rabu (10/1). Dalam acara itu, Head of Intermediary Business of Schroders Indonesia Teddy Oetomo dan Head of Wealth Management and Retail Digital Business Bank Commonwealth Ivan Jaya hadir sebagai narasumber.
”Secara fundamental, pertumbuhan ekonomi akan terus membaik dan ada potensi perbaikan daya beli,” kata Teddy.
Perbaikan daya beli masyarakat tersebut didorong perbaikan harga komoditas dan momentum pemilihan kepala daerah. Sejumlah kegiatan internasional, seperti pertemuan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia dan kegiatan olahraga Asian Games, juga dapat memacu daya beli masyarakat.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang terus membaik, lanjut Teddy, investor tetap berminat berinvestasi dan memasukkan dana mereka ke Indonesia melalui investasi portofolio. Meskipun, sampai dengan akhir 2017, ada dana yang keluar sekitar Rp 40 triliun.
Akan tetapi, menurut Teddy, fenomena dana asing yang keluar itu merupakan hal yang wajar. Sebab, investor menarik sebagian keuntungan yang telah diperoleh.
Ia menggambarkan, kepemilikan dana asing dalam investasi portofolio mencapai Rp 1.691 triliun per Desember 2016, yang meningkat menjadi Rp 1.858 triliun per November 2017.
Selama periode itu, lanjut Teddy, investor diperkirakan mendapat keuntungan Rp 202 triliun. Oleh karena itu, jika ada dana keluar sebesar Rp 35,5 triliun per November 2017, merupakan hal yang wajar karena investor membawa keluar sebagian keuntungan yang diperoleh.
Teddy menambahkan untuk terus meyakinkan investor, pemerintah perlu mengomunikasikan berbagai kebijakan dengan baik. Semakin sering dan baik investor mendapatkan informasi, investor semakin merasa nyaman.
Minat
Ivan Jaya menambahkan, jika investor asing mampu mendapatkan keuntungan dari investasi portofolio dan berminat berinvestasi di Indonesia, masyarakat Indonesia pun sebaiknya memiliki minat yang sama untuk berinvestasi di berbagai instrumen investasi, seperti reksa dana.
Jumlah pemegang reksa dana di Indonesia, menurut Ivan, masih kecil dibandingkan dengan negara-negara lain, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Jumlah pemegang reksa dana di Indonesia sekitar 570.000 nasabah.
Menurut Ivan, instrumen investasi seperti reksa dana memberi pilihan investasi bagi masyarakat di tengah tren penurunan suku bunga perbankan untuk simpanan dan deposito. (FER)