Kapitalisasi pasar saham pada hari terakhir perdagangan di BEI 2017 mencapai Rp 7.052 triliun. Adapun rata-rata perdagangan harian Rp 7,603 triliun.
Presiden Joko Widodo yang menutup perdagangan saham 2017 kemarin mengapresiasi kinerja BEI dan seluruh otoritas pasar modal dalam menghadapi risiko investasi dalam 12 bulan terakhir. Untuk mempertahankan capaian ini, Presiden berharap tahun depan suara-suara pesimistis yang meragukan prospek pasar saham bisa tereduksi.
Dalam acara penutupan perdagangan di BEI, Presiden didampingi antara lain Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo, Direktur Utama BEI Tito Sulistio, dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso.
Di awal 2017, lanjut Presiden, banyak pihak khawatir terhadap langkah Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, dalam menaikkan suku bunga acuan. Ada kekhawatiran banyak arus modal yang seharusnya diinvestasikan di Indonesia akan ditarik kembali ke AS. ”Kenyataannya, tahun ini indeks saham naik hampir 20 persen. Bayangkan kalau kita khawatir dengan risiko-risiko yang ada kemudian menjual semua saham yang kita punya, akan banyak keuntungan kita yang hilang. Risiko akan selalu ada, tetapi di situ ada peluang,” ujar Jokowi.
Menurut Presiden, capaian positif BEI tahun ini menunjukkan, prediksi negatif dari sebuah analisis belum tentu terjadi. Terkadang kabar buruk lebih menarik untuk diberitakan, tetapi kabar positif tetap perlu dipublikasikan untuk menumbuhkan optimisme.
”Investor enggak perlu takut dengan prediksi-prediksi buruk. Jangan keseringan membaca analisis ekonomi di media sosial yang kadang enggak ngerti sumbernya dari mana,” ujarnya.
Kinerja
Sri Mulyani mengatakan, capaian positif IHSG pada 2017 menggambarkan performa perusahaan terbuka yang solid. Hal ini dapat menjadi modal yang baik untuk meningkatkan kinerja pasar saham pada 2018.
Dia mengatakan, perusahaan-perusahaan yang tercatat di bursa telah mempunyai neraca maupun keuntungan yang bagus sepanjang 2017. Diharapkan perusahaan-perusahaan tersebut mau berekspansi agar pertumbuhan investasi dalam jangka panjang dapat lebih optimal.
”Kita melihat fundamen perusahaan yang terdaftar di bursa cukup baik sehingga bisa menjaga optimisme di 2018. Jika kinerja mereka terus ditingkatkan, dalam jangka panjang akan dapat berkontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Sri Mulyani.
Tahun ini, sebanyak 37 perusahaan mendaftar untuk mencari dana di pasar saham dengan perolehan dana Rp 9,4 triliun. Jumlah ini merupakan angka tertinggi dalam 23 tahun terakhir. Bergabungnya 37 perusahaan itu menggenapi jumlah emiten yang melantai di bursa menjadi 566 perusahaan.
Tito Sulistio memprediksi perusahaan yang tercatat di lantai bursa berpeluang meraih kenaikan laba bersih 13-14 persen pada tahun depan. Potensi ini dipicu penambahan jumlah emiten yang tahun depan diprediksi sebanyak 35 perusahaan, serta penggalangan dana di bursa saham yang kian masif.
Per triwulan III-2017, laba bersih seluruh emiten di BEI tumbuh 19,48 persen dalam setahun dibandingkan triwulan III-2016 yang sebesar Rp 212,2 triliun. ”Dengan laba yang meningkat, tentu dividen yang dibagikan emiten kepada pemegang saham akan ikut meningkat,” ujar Tito. (DIM)