Tidak hanya karyawan yang diukur kinerjanya pada akhir tahun. Kinerja investasi yang sudah kita lakukan pun harus diukur. Apakah investasi itu berkembang dengan baik sesuai dengan harapan, atau sebaliknya.
Kinerja investasi sangat bergantung pada keadaan di pasar. Naik turunnya harga emas bergantung pada kondisi pasar komoditas. Pada kurun 2008-2010, rata-rata kenaikan harga emas sebesar 20 persen per tahun. Namun, pada 2011-2012, kenaikannya hanya 10 persen per tahun. Pada tahun berikutnya, kenaikan harga emas semakin tipis. Harga emas pada awal tahun 2017 sebesar Rp 586.000 per gram dan pada Rabu (6/12) lalu harga emas Rp 616.000 per gram sehingga kenaikan harga hanya Rp 30.000 per gram atau 5 persen saja setahun.
Adapun investasi pada saham dan reksa dana saham bergantung pada keadaan di pasar saham. Sejak Januari, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 13,95 persen. Harga beberapa saham naik di atas kenaikan IHSG, seperti saham PT Bank Central Asia Tbk yang naik 37,42 persen sejak awal tahun atau saham PT Unilever Tbk yang naik 27,96 persen. Sebaliknya, ada saham yang kinerjanya di bawah IHSG, seperti saham PT Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk yang turun 11,20 persen. Kinerja reksa dana saham juga beragam. Ada yang menguat 37 persen, tetapi ada juga yang minus hingga 29 persen. Reksa dana obligasi ada yang naik 22 persen, tetapi ada pula yang turun hingga 4 persen.
Salah satu ukuran untuk menentukan apakah investasi berkinerja baik adalah membandingkan dengan inflasi. Salah satu tujuan investasi adalah menjaga daya beli agar nilai aset tidak tergerus inflasi. Sejak awal tahun hingga akhir November, inflasi tercatat 2,87 persen, lebih rendah daripada tahun lalu 3,3 persen. Jadi, jika investasi kita lebih tinggi dari 2,87 atau 3,3 persen, daya beli kita sudah terjaga.
Tujuan lain investasi adalah menambah aset atau membuat aset menjadi lebih berkembang. Jika investasi lebih tinggi dari inflasi, itu berarti ada keuntungan. Selisih IHSG dan inflasi sekitar 10 persen sehingga menguntungkan. Demikian pula dengan investasi emas. Jika tahun ini harga emas naik 5 persen dan inflasi sebesar 3 persen, ada selisih 2 persen.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tujuan investasi. Misalnya, investasi untuk kebutuhan pendidikan anak. Inflasi pendidikan bisa 12 persen per tahun. Jika kinerja investasi ternyata berada di bawah 12 persen, itu berarti kinerja investasi kita masih berada di bawah harapan. Investasi yang terus-menerus berada di bawah ekspektasi akan membuat jangka waktu mencapai tujuan investasi lebih panjang, bahkan tidak tercapai.
Mengubah strategi atau mengganti sarana investasi dapat dilakukan jika kinerja investasi tidak seperti harapan. Misalnya saja, kinerja reksa dana yang kita miliki tidak bagus, dapat diganti dengan mencari reksa dana lain. Demikian pula dengan saham. Jika performa saham buruk, dapat diganti dengan saham lain yang berkinerja lebih baik. (JOICE TAURIS SANTI)