JAKARTA, KOMPAS — Keputusan pemerintah untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor pertumbuhan ekonomi utama harus didukung dengan kemampuan menarik investor di bidang pariwisata. Kemampuan ini termasuk memetakan keunggulan pariwisata yang dimiliki, jenis investasi yang dibutuhkan, dan juga dari mana investor berasal.
Demikian benang merah dalam diskusi Forum Pariwisata Investasi Bisnis Pariwisata yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dengan Kompas di Jakarta, Senin (30/10).
Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, pertumbuhan pariwisata Indonesia sangat signifikan. Bahkan, Indonesia sudah termasuk 20 besar negara yang pertumbuhan pariwisatanya sangat tinggi, menurut The Telegraph, 2017.
”Namun, kita masih kalah dengan Vietnam dan Jepang. Oleh karena itu, banyak yang harus kita benahi. Yang utama adalah deregulasi. Vietnam dan Jepang bisa meningkatkan jumlah wisatawan mancanegaranya dengan deregulasi,” kata Arief.
Deregulasi itu, kata Arief, tidak hanya untuk memudahkan wisatawan mudah masuk ke Indonesia, tetapi juga memudahkan investasi masuk.
Komisaris PT Jababeka Tbk SD Darmono mengatakan, investor pariwisata juga membutuhkan insentif dari pemerintah. ”Semakin sulit lokasinya, makin besar insentif yang harus diberikan,” kata Darmono yang juga pendiri Tidar Heritage Foundation yang mengelola kawasan Candi Borobudur ini.