logo Kompas.id
EkonomiPeternak Unggas Tagih...
Iklan

Peternak Unggas Tagih Realisasi Harga Acuan

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Para peternak unggas rakyat meminta pemerintah merealisasikan ketentuan harga acuan pembelian di tingkat produsen. Harga berulang kali jatuh di bawah acuan dan ongkos produksi setahun terakhir, tetapi upaya mendongkraknya dinilai minim.Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen, harga acuan pembelian daging dan telur ayam ras di tingkat peternak ditetapkan Rp 18.000 per kilogram. Namun, harga berulang turun, bahkan lebih rendah dari Rp 16.000 per kg. Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia Singgih Januratmoko mengatakan, harga jual ayam ras di sentra produksi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat kini hanya Rp 15.000-Rp 16.000 per kg. Harga telur ayam ras Rp 16.000-Rp 17.000 per kg.Situasi dinilai tak adil bagi peternak. Sebab, harga penjualan daging ayam ras di tingkat konsumen di pasar-pasar tradisional berkisar Rp 30.000-Rp 33.000 per kg, tak jauh dari acuan Rp 32.000 per kg. Harga telur ayam ras relatif sama dengan harga acuan, yakni Rp 22.000 per kg."Ketika harga di pasar melonjak, kami melihat pemerintah sangat tanggap, Namun, ketika harga di peternak jatuh, sepertinya tak ada reaksi," ujar Singgih di Jakarta, Rabu (25/10).Sekretaris Jenderal Dewan Peternak Rakyat Nasional Ade M Zulkarnain mengatakan, biaya produksi daging ayam ras sekitar Rp 16.500-Rp17.000 per kg. Biaya produksi telur ayam ras Rp 15.000-Rp 16.000 per kg. "Kami menduga ada problem di rantai distribusi, sebab harga di pasar relatif stabil, sementara di tingkat peternak sering turun di bawah harga acuan," ujarnya.Singgih dan Ade berpendapat, turunnya harga di tingkat peternak awalnya diduga akibat kelebihan pasokan. Namun, setelah melalui program pengurangan, harga jual di peternak tak segera terangkat. Karena itu, peternak menilai situasi harga di hulu turut dipengaruhi oleh pelaku di rantai distribusi.Program penguranganMelalui Keputusan Menteri Pertanian No 6073/2017, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian mengatur pengurangan populasi ayam sekitar 6 juta ekor per minggu secara bertahap, yakni dengan mengurangi produksi indukan hingga 3 juta ekor pada Juni-Juli 2017. Tujuannya mendongkrak harga jual ayam yang jatuh di bawah ongkos produksi.Namun, ketentuan itu belum optimal mendongkrak harga di peternak. Menurut Singgih, pengurangan tidak optimal sesuai target karena kekhawatiran bakal mendongkrak harga di pasar. Namun, upaya menjamin keuntungan bagi peternak juga kurang. Dampaknya, usaha peternakan rakyat lesu. Sekitar 60 persen dari 61.000 peternak unggas rakyat diperkirakan sekarat karena pukulan masalah yang berulang."Kami minta Kementerian Perdagangan tak hanya melihat harga di pasar saja, tetapi juga di tingkat peternak yang setiap hari menghadapi ketidakpastian harga," ujar Ade.Sebelumnya, Kepala Subdirektorat Unggas dan Aneka Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan SV Primadona menilai faktor pelaku di rantai distribusi turut menekan harga jual ayam di tingkat peternak. Apalagi, berdasarkan laporan dari perusahaan pembibit, produksi bibit hanya sekitar 51 juta ekor per minggu dari total potensi produksi 55 juta ekor per minggu. (MKN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000