JAKARTA, KOMPAS — Produk teknologi yang dikembangkan menyesuaikan kebutuhan masyarakat. Setiap inovasinya dipikirkan agar mudah dipakai.
Vice President of Serious Game Agate Studio Shieny Aprilia, di sela-sela Dunamis Study Awarding Event (kegiatan diskusi seputar isu pembinaan sumber daya manusia perusahaan), Rabu (27/9), di Jakarta, mengatakan, solusi teknologi bisa berasal dari masalah sederhana.
Gim, misalnya. Mulanya, gim hanya dipakai oleh anak-anak untuk bermain. Dalam perkembangannya, gim bisa dimanfaatkan untuk mengukur kecerdasan seseorang.
”Kedelapan belas pendiri Agate memiliki pemikiran seperti itu. Di Amerika Serikat, popularitas gim edukasi dan bisnis berkembang mulai tahun 2002. Ketika kami berdiri tahun 2009, kami merasa sudah saatnya berkecimpung dalam gim digital yang berdampak pada masyarakat,” tuturnya.
Beberapa gim buatan Agate Studio adalah hasil permintaan perusahaan tertentu. Misalnya, Astra International. Jenis gim yang dibuat pengembangan diri. Hasil permainan dipakai divisi sumber daya manusia untuk menilai kepribadian.
”Unsur utama gim adalah menyenangkan. Jadi, sebisa mungkin gim edukasi harus tetap menyenangkan dan santai meskipun tujuan permainan serius,” kata Shieny.
Semangat inovasi serupa terjadi dalam tubuh perusahaan penyedia aplikasi Kios untuk Dagang Online atau KUDO. Aplikasi ini lahir dari kebutuhan memfasilitasi warga yang belum terakses perbankan.
Chief Technology Officer KUDO Sukan Makmuri menjelaskan, sekitar tiga perempat penduduk Indonesia belum terakses layanan bank. Mereka utamanya tinggal di kota-kota kecil dan pedesaan. Mereka juga kerap mengalami kesulitan membeli barang kebutuhan sehari-hari di daerah asalnya sendiri.
Di tempat tinggal mereka umumnya terdapat warung. Pemilik warung biasanya mengenal dekat warga. Segala transaksi barang kebutuhan sehari-hari terjadi di sana.
”Semua transaksi berupa uang kas. Warga, kan, belum mengenal nontunai karena belum terakses fasilitas layanan perbankan,” ujar Sukan.
Berangkat dari kondisi itu, KUDO mengembangkan aplikasi KUDO yang memungkinkan segala bentuk transaksi kebutuhan sehari-hari dapat diakses dengan mudah. Pembayarannya melalui pemilik warung dan berupa uang kas.
Warga bisa membeli kebutuhan sehari-hari yang tidak ada di daerahnya. Caranya, melalui aplikasi KUDO. Di dalam aplikasi telah dilengkapi toko-toko daring dengan total jenis barang mencapai 4 juta.
Pemilik warung yang mau bergabung sebagai agen KUDO bertambah. Tahun lalu, jumlah agen baru sekitar 120.000. Kini, jumlahnya telah mencapai 500.000.
”Semuanya bermula dari kebutuhan sederhana. Kini, para agen KUDO tidak hanya melayani pembayaran transaksi barang di toko daring, tetapi juga pembayaran tagihan apa pun. Misalnya, listrik,” kata Sukan.