Penjualan Daring Lebih Tinggi daripada Penjualan di Toko Fisik
Oleh
DD02
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meskipun membuka toko fisik di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, sejumlah pedagang daring lebih mengandalkan penjualan daring mereka sebagai sumber pendapatan. Jumlah penjualan di toko fisik belum dapat menutupi modal produksi mereka.
Salah satu pedagang daring yang membuka toko fisik itu adalah Samy (35), pedagang di toko Kang’s Batheeq. Awalnya, Samy membuka toko daring di Tokopedia tahun 2015. Penjual baju-baju batik ini baru membuka toko di Tanah Abang mulai awal tahun ini. ”Harapan awalnya baik toko daring dan fisik sama-sama laku, tetapi ternyata yang membeli di daring lebih banyak, lima banding satu. Jadi nanti dipertimbangkan akan diteruskan atau tidak selama setahun ini,” kata Samy, Jumat (25/8). Hal itu menjadi pertimbangan Samy terutama karena harga sewa tokonya di Pasar Tanah Abang mencapai Rp 50 juta per tahun.
Pedagang yang memproduksi sendiri barang-barang dagangannya ini lebih berhasil sebagai pedagang daring karena sudah memiliki reputasi di toko belanja daring. Untuk meningkatkan keberhasilan berjualan daring, Samy lebih menekankan pada berapa lama berjualan. Dia berusaha membangun reputasi di toko-toko daring dengan secepat mungkin memenuhi permintaan pembeli. Semakin banyak yang membeli, toko itu akan semakin dipercaya sehingga lebih banyak lagi orang yang tertarik membeli di toko mereka. ”Rating toko itu paling penting. Kalau rating tokonya tinggi, walau foto barangnya biasa saja, pembeli akan lebih percaya,” ujarnya.
Samy mengandalkan pengecer (reseller) sebagai konsumen utama. Pengecer dari Jabodetabek biasa mengambil barang langsung di tokonya di Tanah Abang untuk menghindari biaya pengepakan dan pengiriman. Harga barang yang ditawarkan Samy di toko daringnya rata-rata lebih mahal Rp 5.000 daripada barang yang dipajang di toko fisiknya karena ada tambahan biaya pengepakan.
Samy juga memamerkan baju dagangannya di tokonya, tetapi tidak banyak yang membeli eceran langsung. ”Berat kalau hanya mengandalkan yang datang langsung ke toko. Hari ini saja baru terjual dua potong,” kata Samy.
Abet (22), karyawan di toko sablon Nomor Punggung.com, mengutarakan, lebih banyak orang yang memesan kaus buatan mereka secara daring daripada langsung datang ke toko mereka. Kebanyakan pelanggan mereka adalah toko-toko daring lain. Mereka memesan kostum atau seragam olahraga klub sepak bola internasional.
Menurut Abet, setiap bulan ada sekitar dua puluh orang yang memesan secara daring. Mereka membeli selusin sampai dua lusin baju untuk dijual kembali. ”Kalau di luar pesanan daring, mungkin hanya dari yang ingin bikin seragam tim futsal. Pembeli seperti itu rata-rata ada delapan setiap bulan,” ujar Abet.
Ada juga pedagang daring yang menggunakan los-los di Pasar Tanah Abang khusus sebagai tempat penyimpanan barang. Toko-toko itu tidak mereka tempati untuk memamerkan barang. Tampilan toko mereka yang sebagian besar berada di Blok B lantai 3 dan 3A terlihat hanya menumpuk stok pakaian di lemari di belakang meja kerja mereka. Mereka tidak menggunakan penggantung pakaian agar pembeli dapat melihat koleksi mereka.
Para pedagang daring itu memiliki aplikasi ponsel yang mereka buat khusus bagi para pelanggan mereka. Ada yang berjualan di situs-situs belanja sebagai tambahan dan ada juga yang hanya mengandalkan aplikasi itu.
Jumlah besar
John (28), pemilik toko Decorus Collection, mengatakan, dirinya lebih nyaman berjualan secara daring dengan aplikasi itu karena target konsumennya adalah para pengecer. Dia adalah salah satu pedagang yang hanya berjualan dari aplikasi. Menurut John, karena membeli dalam jumlah besar, para pengecer merasa lebih praktis untuk membeli dengan aplikasi. Penyebabnya, dalam aplikasi itu terdapat katalog barang dan jumlah stoknya sehingga mereka tidak perlu repot menanyakan langsung. Pada bulan-bulan ini, John dapat menjual sekitar 5.000 baju per bulan.
Pedagang lain yang berjualan dengan aplikasi adalah Eddy Susanto (36), pemilik toko Liken. Seperti John, dia mengandalkan pembelian dalam jumlah besar dari para pengecer. Namun, Eddy juga menjual barangnya di situs belanja Shopee sebagai katalog walau masih lebih banyak yang membeli lewat aplikasi tokonya.
Eddy awalnya berjualan di toko fisik di ITC Cempaka Mas mulai 2010. Kemudian, dia tertarik menggunakan Blackberry Messenger untuk menjual dagangannya. Ternyata penjualan dari aplikasi itu justru lebih banyak daripada di toko fisik tempat dia memamerkan dagangan.
Akhirnya, Eddy khusus berjualan secara daring dan berpindah toko di Tanah Abang mulai 2015. ”Toko fisik seperti ini lebih sebagai tempat berkumpul pedagang-pedagang daring dan tempat pembeli mengambil langsung barang pesanan mereka, untuk memudahkan transaksi antarpedagang atau dengan pembeli,” ujar Eddy. (DD02)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.