JAKARTA, KOMPAS — Investasi dalam bentuk tabungan emas semakin meningkat, sedangkan kegiatan jual beli di toko emas masih standar atau cenderung lesu. Segmen masyarakat menengah ke bawah mendominasi jumlah nasabah tabungan emas tersebut.
Jumlah nasabah tabungan emas di Pegadaian terus bertambah dari tahun ke tahun sejak dimulai tahun 2015. Jumlah tahun 2015 45.0000 orang, lalu melonjak tahun 2015 792.000 orang, dan 2016 950.000 orang.
Menurut Humas PT Pegadaian (Persero), Basuki Tri Andayani, bertambahnya nasabah itu disebabkan banyak masyarakat kelas bawah yang ingin memiliki emas dengan cara mudah dan sudah ada kebiasaan di masyarakat untuk menyimpan investasi dalam bentuk emas. “Kami juga memberi edukasi ke masyarakat, seperti seminar, pameran, dan iklan, bahwa emas adalah bentuk investasi yang tidak terpengaruh inflasi. Itu membuat mereka tertarik,” kata Basuki pada Rabu (9/8).
Usaha lain yang mengembangkan sistem tabungan emas sejak tahun 2007 adalah Goldgram di Cikini, Jakarta Pusat. Seperti tabungan emas di Pegadaian, nasabah Goldgram menabung uang yang dikonversikan dalam bentuk gramasi emas. Emas dalam bentuk fisik kemudian dapat dicetak atau diambil dan dijual oleh nasabah jika dibutuhkan.
“Emas lebih menarik sebagai investasi jangka panjang. Selisih jual-beli baru terasa setelah lima sampai sepuluh tahun. Kalau jangka waktunya baru sebentar tidak banyak bedanya,” ucap Soleh, Bagian TI Goldgram.
Soleh menjelaskan, banyak yang tertarik menjadi nasabah Goldgram karena tidak dikenai biaya administrasi, bunga kredit, dan bebas biaya safe deposit box. Selain itu, simpanan emas juga lebih aman karena emas batangan itu baru akan dicetak jika ada permintaan.
Saat ini lebih banyak orang yang menjual emasnya daripada membeli. Menurut Soleh, hal itu terjadi karena produksi dari PT Aneka Tambang (Antam) sendiri dibatasi. Stok logam mulia itu lebih banyak pada tahun 2012. “Sekarang saingannya lebih banyak. Jadi ada kuota,” ujar Soleh.
Rata-rata total berat emas dalam kegiatan jual beli setiap hari sebesar 1 kilogram. “Jumlah itu bisa naik dua kali lipat pada waktu-waktu tertentu, contohnya menjelang Lebaran dan akhir tahun,” kata Soleh. Jumlah orang yang menjual emasnya pada bulan Juni lalu di Goldgram meningkat dua kali lipat dari bulan-bulan sebelumnya.
Emas digunakan sebagai simpanan yang sewaktu-waktu dapat dijual jika memerlukan uang cepat. Karena itu, menurut Soleh, kebanyakan nasabah yang tercatat di Goldgram adalah wiraswasta dan disusul pegawai negeri.
Sementara itu, kegiatan transaksi di toko emas kini cenderung berkurang. Jony (24), pedagang emas di toko Beruang di Cikini Gold Center, mengatakan, harga emas tahun ini terus naik secara bertahap. Dari bulan Januari sampai sekarang, harga emas naik sekitar Rp 30.000. Menurutnya, itu membuat lebih banyak orang yang menjual emas di tokonya daripada membeli. “Lebaran kemarin lumayan banyak yang jual beli, tetapi masih ramai tahun lalu, ucap Jony. (DD02)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.