JAKARTA, KOMPAS — Industri pariwisata berbasis kapal pesiar semakin bergairah. Situasi ini ditandai dengan kian maraknya minat pengelola kapal pesiar asing untuk membawa wisatawan mendatangi destinasi wisata nasional. Salah satunya adalah Princess Cruises, operator internasional kapal pesiar bintang lima.
Direktur Princess Cruises untuk Wilayah Asia Tenggara Farriek Tawfik, Kamis (20/7), di Jakarta, menyebutkan, pihaknya berkomitmen untuk mendatangkan lebih dari 60.000 wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada 2017-2018. Menurut rencana, wisman sebanyak itu akan diangkut dengan lima tipe kapal pesiar, antara lain Saphire Princess dan Diamond Princess.
Selama kurun waktu tersebut akan terdapat 26 pelayaran. Wisman dibawa mengunjungi tujuan wisata nasional, seperti Bali, Lombok, dan Pulau Komodo.
Dia mengatakan, setiap kapal akan tinggal sekitar empat bulan. Dalam jangka waktu tersebut, potensi pemasukan bagi Indonesia diproyeksikan bisa mencapai 50 miliar dollar AS.
Mengutip data Cruise Line International Association, Farriek mengemukakan, potensi wisman kapal pesiar di Asia terus meningkat setiap tahun. Pada 2012, misalnya, jumlah turis asing yang berlayar mencapai 774.536 orang. Jumlahnya meningkat menjadi 2.080.958 orang pada 2015. Kenaikan ini dipicu oleh bertambahnya kelas menengah dan milenial yang menyukai kegiatan pelayaran.
Wisman kapal pesiar dari Asia masih didominasi oleh warga China, Taiwan, Malaysia, dan Singapura. ”Beberapa destinasi nasional Indonesia, terutama Bali dan Pulau Komodo, sudah dikenal dunia. Oleh sebab itu, kami siap mendatangkan wisman kapal pesiar ke tempat itu. Meskipun demikian, kami menyadari kegiatan pelayaran masih terhambat oleh persoalan kurangnya sarana prasarana yang memadai,” tutur Farriek.
Sikap pemerintah
Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari Kementerian Pariwisata Indroyono dalam keterangan pers menyebutkan, pemerintah telah memberikan potongan biaya pelabuhan bagi kapal pesiar dan perahu pesiar (yacht). Kebijakan ini untuk mengatasi permasalahan beban biaya operasional selama kapal atau perahu pesiar bersandar. Selama ini, biaya sandar di pelabuhan Indonesia lebih mahal 10-15 persen daripada Singapura, Malaysia, dan Hongkong.
Dia mengatakan, Bali masih menjadi tujuan unggulan wisman kapal ataupun perahu pesiar. Hal itu bisa dilihat bahwa di Pelabuhan Benoa sampai sekarang mencatat jumlah kunjungan terbanyak, diikuti Pelabuhan Lembar (Nusa Tenggara Barat), dan Pelabuhan Tanjung Mas (Semarang, Jawa Tengah).
Sepanjang semester I-2017, jumlah kunjungan kapal pesiar ke Pelabuhan Benoa meningkat sebesar 34 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016. Total kapal pesiar yang bersandar sebanyak 38 unit, sedangkan pada periode yang sama tahun lalu sejumlah 25 unit. Kunjungan kapal pesiar terbanyak terjadi pada Februari dan Maret. Masing-masing terdapat 10 kapal pesiar.
Situasi tersebut berdampak positif terhadap peningkatan penumpang. Sebanyak 32.200 wisman menggunakan kapal pesiar di Pelabuhan Benoa dan 32.052 orang di antaranya turun. Jumlah penumpang yang turun ini meningkat 28 persen dibandingkan dengan semester I-2016, yakni 23.056 orang yang turun ke darat.