BATAM, KOMPAS — Direktur Promosi Investasi (BP) Batam Purnomo Andi Antono menuturkan, industri teknologi tinggi sangat berpeluang berkembang di Batam. Sejumlah kawasan industri siap menjadi lokasi investasi jenis itu. ”Industri Batam harus berevolusi agar terus mampu bersaing,” ujarnya.
Investor bisa memanfaatkan fasilitas izin investasi tiga jam. Dengan fasilitas itu, calon investor bisa mendapatkan sejumlah izin dalam waktu tiga jam. Untuk bisa memanfaatkan fasilitas itu, calon investor harus memilih lokasi usaha di dalam salah satu dari 28 kawasan industri atau kawasan berikat di Batam. Di sana, sudah tersedia lahan hingga gedung untuk pabrik. Dengan demikian, investor bisa segera memulai tahapan usahanya.
Selain fasilitas tersebut, sejumlah kawasan industri di Batam juga mendapat tambahan dari pusat. Fasilitas itu disebut Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi.
Tinggalkan upah murah
BP Batam, kata Purnomo, mendorong perubahan arah dan insentif industri di kota itu. Perubahan itu dibutuhkan agar daya saing Batam sebagai daerah industri terus membaik. Batam tidak bisa mempertahankan pola lama, seperti upah murah, sebagai penarik calon investor. Selain sulit meningkatkan kesejahteraan pekerja, industri yang tertarik upah murah dikhawatirkan umurnya tidak panjang lagi.
”Kami ingin mendorong industri dengan rentang hidup produknya paling tidak hingga 20 tahun ke depan. Untuk apa mengundang industri yang setelah lima tahun tidak laku lagi produknya lalu tutup dan akhirnya memicu pengangguran baru,” ujarnya.
Industri dengan rentang hidup panjang masa kini lazimnya mengikuti tren industri hijau dan padat teknologi. Tipe industri itu dinyatakan akan menarik pekerja dengan keterampilan tinggi. Industri itu juga menawarkan upah tinggi. ”Kami mendorong industri bisa mengupah Rp 7 juta atau Rp 8 juta per bulan,” katanya.
Dengan gaji melebihi dua kali upah minimum kota Batam 2017 itu, pekerja diharapkan lebih sejahtera. Dengan demikian, tidak ada ada lagi aksi unjuk rasa menuntut kenaikan upah setiap tahun. ”Kasihan juga pekerja harus unjuk rasa demi kenaikan beberapa ratus ribu rupiah. Kalau dinaikkan sekalian, pikirannya akan kerja saja, tidak unjuk rasa lagi,” katanya. (RAZ)