BATAM, KOMPAS — Kota Batam di Kepulauan Riau fokus membidik industri teknologi tinggi. Investasi bernilai jutaan dollar AS ditanamkan untuk memacu industri digital, teknologi informatika, dan komunikasi atau TIK.
Setelah memastikan investasi 9 juta dollar AS dari produsen ponsel, kini Batam menerima 10 juta dollar AS untuk kawasan industri digital. Kawasan yang dikembangkan di Nongsa, wilayah pesisir utara Batam, itu, antara lain, membidik perkembangan industri digital dan TIK Singapura. ”Kami juga sangat bersemangat bekerja sama dengan perusahaan rintisan bidang teknologi,” ujar CEO Infinite Group Michael Wiluan di sela peresmian Nongsa Digital Park, Kamis (8/6), di Batam.
Sebelum mengembangkan Nongsa Digital Park, Infinite sudah mengoperasikan studio film dan olah digital di kawasan Nongsa. Produksi studio dalam ruangan terbesar di Asia Tenggara itu tersebar di beberapa benua. ”Kami melihat peluang di sektor ini (industri digital dan TIK) sangat besar,” ujarnya.
Meski baru diresmikan, Nongsa Digital Park sudah dijadikan kantor sejumlah perusahaan teknologi yang berpusat di Singapura. Salah satunya perusahaan pembayaran nontunai. Selain itu Wiluan dan jajarannya sudah bernegosiasi dengan perwakilan 80 perusahaan teknologi global dan pengelola pusat data skala internasional. Mereka diajak beroperasi di Nongsa Digital Park.
Untuk tahap awal, Infinite yang terafiliasi dengan kelompok usaha Citra Mas itu menyiapkan investasi 10 juta dollar AS. Namun, kelompok usaha pimpinan Kris Wiluan itu siap menyediakan investasi hingga 100 juta dollar AS untuk pengembangan Nongsa Digital Park. ”Kami berharap ini menjadi seperti Silicon Valley (pusat industri TIK di Amerika Serikat). Mudah-mudahan salah satu perusahaan rintisan di sini bisa berkembang seperti Google,” kata Kris Wiluan.
Tidak sulit
Batam, lanjut Michael, tidak kesulitan untuk berkembang menjadi pusat perkembangan industri digital dan TIK. Infrastruktur telekomunikasi Batam termasuk yang terbaik di Indonesia. Di Batam, tersedia banyak jaringan serat kaca yang terhubung dengan jaringan internet global. Batam juga tidak terkendala dengan pasokan energi, karena tersedia cadangan listrik yang melimpah. Walau kebutuhan rata-rata 380 megawatt (MW), seluruh pembangkit Batam bisa memproduksi hingga 500 MW.
Selain itu, secara alamiah, Batam lebih mudah dilirik perusahaan-perusahaan di Singapura. Posisi geografis dan ketersediaan infrastruktur menjadi alasannya. Batam bisa dicapai dalam sejam pelayaran dari Singapura. (RAZ)