JAKARTA, KOMPAS – Angola berpeluang besar menjadi pasar baru bagi produk-produk Indonesia. Negara di benua Afrika ini membuka kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan volume perdagangan pada sejumlah produk dalam negeri. Sejumlah peluang kerja sama ini menjadi pembicaraan Menteri Luar Negeri Angola Georges Rebelo Pinto Chikoti saat bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Rabu (12/4).
Seusai bertemu Wapres, Menlu Georges Rebelo Pinto Chikoti menyampaikan ketertarikan negaranya meningkatkan kerja sama dengan Indonesia di sejumlah sektor. Kerja sama yang dimaksud di antaranya ada di sektor pertanian, pengembangan industri strategis, dan sektor perdagangan. Pemerintah Angola mengundang delegasi bisnis Indonesia berkunjung ke Angola untuk melihat sejumlah peluang ekonomi di sana.
“Angola saat ini sedang tertarik dengan sejumlah produk industri Indonesia, terutama industri kereta api dan pesawat terbang. Angola sedang membutuhkan produk industri seperti itu sehingga besar kemungkinan bisa terjalin kerja sama yang lebih erat dengan Indonesia,” kata Georges Rebelo Pinto Chikoti kemarin.
Menurut Chikoti, negaranya banyak belajar dari perkembangan Indonesia saat ini, terutama di sektor pertanian dan industri strategis. Pemerintah Angola akan mengirimkan sejumlah pelajarnya ke Indonesia untuk mempelajari pengembangan industri strategis. Diharapkan, melalui program ini ada transfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi kedua negara.
Mengutip dari situs www.kemlu.go.id, kedua negara telah membuka hubungan diplomatik sejak 2001. Angola merupakan mitra dagang RI terbesar ke-3 di kawasan Afrika sub-Sahara setelah Afrika Selatan dan Nigeria. Nilai perdagangan Indonesia dan Angola pada tahun 2016 berkisar pada angka 292,8 juta dolar Amerika Serikat (AS), terutama dari sektor migas. Angka perdagangan ini mengalami penurunan 62 persen dari 777 juta dolar AS pada tahun 2015. Kedua negara sepakat untuk mengembangkan kerja sama tidak hanya di sektor minyak dan gas.
Pertemuan Menlu Chikoti dengan Wapres Jusuf Kalla berlangsung sekitar satu jam 30 menit. Chikoti menyampaikan kesan mendalamnya setelah beberapa hari berada di Indonesia. Sebelum bertemu Kalla, Chikoti bertemu dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, serta sejumlah pengusaha Indonesia.
Daniel TS Simanjuntak, Direktur Afrika Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri, mengakui Angola merupakan pasar baru yang dibidik Indonesia. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk membuka mitra ekonomi baru sehingga kerja sama ekonomi Indonesia tidak hanya terjalin di negara-negara tertentu saja.
Sejumlah produk Indonesia yang berpotensi dapat dipasarkan di Angola di antaranya tekstil, sepatu, makanan, kereta api, pesawat terbang, dan industri peralatan militer. Pasar ini sangat terbuka lebar sesuai dengan respons positif pemerintah Angola. Di sisi lain hubungan kedua negara mengarah semakin positif. Hal ini ditandai dengan kesediaan Menlu Angola mengunjungi Indonesia memenuhi undangan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Di bidang politik, Angola menyatakan dukungannya kepada Indonesia untuk menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) periode 2019-2020. Dukungan lisan ini akan ditindaklanjuti dengan dukungan tertulis kepada Indonesia. “Secara politis, dukungan ini sangat strategis di mana ada negara Afrika yang memberi dukungan kepada Indonesia,” kata Tumpal.
Menurut Tumpal, dalam waktu dekat Indonesia berencana membuka kantor keduataan di Angola. Kedutaan RI di negeri itu untuk sementara dirangkap oleh Duta Besar RI di Namibia. Begitu juga Angola berencana membuka kantor kedutaan di Indonesia. Sementara ini, kedutaan Angola di Indonesia dirangkap duta besar negeri itu di Singapura.