Digitalisasi naskah Nusantara memudahkan masyarakat mengakses naskah tersebut. Naskah pun jadi membumi dan dapat dimanfaatkan publik untuk berbagai kepentingan.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Digitalisasi yang dilakukan beberapa tahun terakhir membuat manuskrip kuno Nusantara mudah diakses oleh masyarakat. Manuskrip pun dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, seperti penelitian dan inspirasi seni.
Hal ini mengemuka pada diskusi berjudul ”Peran Naskah Nusantara dalam Dunia Pernaskahan dan Ilmu Pengetahuan” yang disiarkan secara daring di kanal Youtube WBS Radio Perpusnas, Jumat (27/5/2022).
Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) Munawar Holil mengatakan, ada sekitar 15 situs penyedia manuskrip digital saat ini. Laman Khastara (Khasanah Pustaka Nusantara) yang dikelola Perpustakaan Nasional, misalnya, menyediakan lebih dari 3.000 judul manuskrip yang bisa diakses masyarakat. Kemudahan akses itu dimanfaatkan sejumlah pihak untuk melakukan penelitian atau kajian, salah satunya perguruan tinggi.
”Dalam catatan saya, dari katalog penelitian manuskrip Nusantara, UNS (Universitas Sebelas Maret) bisa menghasilkan 16 penelitian per tahun,” kata Munawar.
Digitalisasi naskah juga mendorong munculnya diskusi publik di dunia maya. Sejumlah diskusi daring dalam format webinar (web seminar), pembicaraan di media sosial, hingga komunitas pernaskahan pun turut muncul.
Pustakawan Perpustakaan Nasional, Aditia Gunawan, mengatakan, digitalisasi membuka kesempatan eksplorasi berbagai penelitian. Pihaknya kini terlibat dalam proyek penelitian dengan sejumlah peneliti lintas disiplin ilmu dan lintas negara. Proyek bernama DHARMA (Domestication of Hindu Asceticism and the Religious of South and Southeast Asia) itu meneliti agama Hindu di Asia Tenggara dan Asia Selatan.
Penelitian itu masih berlangsung dan diperkirakan selesai pada 2025. Hasil penelitian, antara lain, berupa pusat data daring yang bisa diakses publik, buku, artikel, dan jurnal.
Hikayat Raja Babi kemudian dibuat menjadi buku anak-anak dalam bahasa Inggris. Dengan cara-cara seperti ini, naskah atau cerita lama bisa hidup kembali, tidak hanya menjadi naskah yang disimpan di perpustakaan.
Kepala Bagian Asia Tenggara British Library Annabel Teh Gallop mengatakan, pihaknya menyimpan dan melakukan digitalisasi sejumlah naskah Nusantara yang menjadi koleksi mereka. Salah satu yang didigitalisasi adalah naskah berjudul Hikayat Raja Babi.
Naskah yang berasal dari tahun 1775 itu ditulis dalam aksara Jawa. Naskah ini ditulis seorang pedagang keturunan India dari Semarang saat ia pergi ke Palembang. Naskah ini bercerita tentang petualangan seorang pangeran yang lahir di dunia dalam wujud seekor babi.
”Hikayat Raja Babi kemudian dibuat menjadi buku anak-anak dalam bahasa Inggris. Dengan cara-cara seperti ini, naskah atau cerita lama bisa hidup kembali, tidak hanya menjadi naskah yang disimpan di perpustakaan,” kata Gallop. ”Salah satu manfaat digitalisasi adalah memasyarakatkan naskah melalui penerbitan teks yang lebih populer,” tambahnya.
Ia mengatakan, digitalisasi membuka akses pengetahuan kepada masyarakat. Beberapa pihak pun memanfaatkan hal ini untuk berkesenian. Pentas tari Jebeng di Yogyakarta pada 2019, misalnya, digelar berdasarkan manuskrip Beksan Jebeng yang ada di British Library.
British Library menyimpan sekitar 500 manuskrip Nusantara. Manuskrip tersebut ada yang ditulis dalam bahasa Jawa, Jawa Kuno, Arab, Batak, Bali, Bugis, Lampung, Melayu, dan Makassar.
Pada 2017-2019, ada 75 naskah Jawa yang didigitalisasi. Kini, British Library sedang mengerjakan proyek digitalisasi 120 manuskrip Jawa. ”Proyek ini baru mulai dan ada sekitar 18 naskah yang sudah bisa diakses secara daring,” katanya.