Pendidikan yang Memerdekakan Sudah Dimiliki Bangsa
Indonesia sebenarnya sudah memiliki wawasan pendidikan yang memerdekakan dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Semangat Merdeka Belajar diharapkan merealisasikan pendidikan holistik yang berpusat pada siswa.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pendidikan yang memerdekakan yang kini dikuatkan kembali lewat Merdeka Belajar sebenarnya sudah dikembangkan Ki Hadjar Dewantara sejak 1920-an. Karena itu, pemikiran fundamental dalam pendidikan yang sebenarnya sudah lama dimiliki bangsa ini harus terus digali, dibahas, dan diadaptasikan untuk mewujudkan pendidikan berkualitas bagi semua.
Indonesia harus bisa menemukan keunikan sistem pendidikan nasionalnya agar mampu membentuk sumber daya manusia Indonesia yang cerdas dan berkarakter sesuai nilai-nilai Pancasila. Sebab, pendidikan berkualitas yang holistik dan multidisiplin akan menyiapkan anak-anak bangsa mampu menyongsong zamannya.
Wakil Menteri Pendidikan Nasional periode 2010-2011 yang juga Rektor Universitas YARSI Jakarta Fasli Jalal mengatakan, wawasan Merdeka Belajar sejak 1920-an dikembangkan Ki Hadjar Dewantara dengan semangat memerdekakan siswa. Para siswa diberi kesempatan luas untuk berkembang sesuai potensi dan kodratnya. Para siswa dibimbing guru dan orangtua, tetapi harus cakap untuk mengatur diri sendiri.
Dengan semangat ingin tahu yang tinggi, kita tetap bisa belajar mendalami hal-hal yang baru sehingga bisa tetap bisa berkembang sesuai perkembangan zaman. (Ananda Setiyo Ivannanto)
Ia pun mengingatkan, Ki Hadjar Dewantara telah memberikan wawasan pemikiran tentang pendidikan untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti/batin, karakter, pikiran/intelektualitas, dan fisik. ”Pendekatan Ki Hadjar Dewantara tidak monolitik. Pendidikan harus luas, heterogen dalam pendekatan, dengan siswa yang menjadi pusat. Jadi, pikiran, rencana, dan anggaran pendidikan untuk kepentingan terbaik anak. Wujudnya dengan pembelajaran yang berorientasi pada anak,” kata Fasli, Senin (23/5/2022), dalam webinar memperingati Hari Pendidikan Nasional 2022 bertajuk ”Pemulihan Pembelajaran Melalui Aktualisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Semangat Kolaborasi untuk Merdeka Belajar Guna Menghadapi Tantangan Global” yang digelar Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
Menurut Fasli, sebenarnya dasar-dasar penyelenggaraan pendidikan dan dasar operasional yang dibutuhkan untuk pendidikan yang memerdekakan dari Ki Hadjar Dewantara sudah cukup lengkap. Kecakapan abad ke-21, pendidikan yang menghargai kemampuan dan kecepatan belajar anak yang berbeda, hingga pendidikan yang berhubungan dengan alam dan budaya, serta pendidikan untuk kebahagian dan kemajuan individu dan masyarakat, tinggal dijalankan dengan komitmen tinggi untuk transformasi pendidikan berkualitas yang berkelanjutan.
Pelaksana Tugas Pusat Penguatan Karakter, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hendarman mengatakan, kebijakan Merdeka Belajar searah dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Belajar bermakna dan sesuai konteks serta pembelajaran sesuai kemampuan siswa semakin dikuatkan agar sungguh-sungguh nyata terimplementasi sehari-hari di kelas/sekolah.
Pendidikan di masa depan membutuhkan ekosistem sekolah yang menyenangkan, aman, dan nyaman. Selain itu, pimpinan di pendidikan memberikan pelayanan, bukan malah dilayani. Manajemen sekolah harus kolaboratif dan kompeten serta ada keselarasan pendidikan di rumah dan keluarga.
”Terkait guru, mereka sebagai pemilik dan pembuat kurikulum, fasilitator, pelatihan dengan praktik. Untuk guru PAUD diperkuat pedagogi dan sosio-emosional. Intinya, guru dengan pembelajaran yang berpusat pada anak yang dikembangkan. Selama ini belum jadi komitmen,” kata Hendarman.
Belajar dari Finlandia
Peneliti Senior University of Western Finlandia Anssi Salonen memaparkan, setiap negara perlu mengembangkan sistem pendidikan yang relevan dengan kebutuhan bangsa dan unik sesuai keyakinan yang dibangun bersama. Finlandia meyakini pendidikan yang berpusat pada anak, multidisiplin, serta didukung profesi guru yang dihargai tinggi dan profesional membuat sistem pendidikan Finlandia diperhitungkan di internasional. Pendidikan Finlandia menjadi salah satu yang terbaik dan masuk dalam negara yang paling berbahagia di dunia.
Pendidikan di Finlandia kuat dalam mendukung anak usia dini. Di pendidikan dasar mulai SD, pembelajaran bukan berfokus pada mata pelajaran. Sejak dini, siswa dipekenalkan dengan pendekatan multidisiplin. Di sinilah kolaborasi dari berbagai mata pelajaran diperkuat untuk memberikan kompetensi yang dibutuhkan siswa.
”Kurikulum pendidikannya tidak fokus ke subyek mata pelajaran, tetapi multidisiplin. Ada berbagai multidisiplin, seperti di SD ada kompetensi teknologi informasi dan komunikasi, kecakapan hidup, kewirausahaan, dan kewarganegaraan,” kata Anssi.
Kuatnya pembelajaran dengan multidisiplin ini menekankan pada kompetensi. Para siswa pun jadi terbiasa untuk berkolaborasi dan membuat proyek dengan pendekatan multidisiplin. Para guru membimbing siswa untuk menentukan proyek yang diminati, dengan masalah terbuka yang mereka amati atau temukan di lingkungan sekitar.
”Para siswa tertarik dengan keadaan di sekitar mereka. Pembelajaran dikembangkan dengan ide-ide atau masalah yang ditemukan siswa di sekitar mereka. Jadi, tidak terpaku dengan yang ada di buku,” kata Anssi.
Kualitas pendidikan juga ditentukan salah satu faktor kunci, yakni guru yang berkualitas. Untuk itu, sistem pendidikan guru di Finlandia juga menjadi hal yang penting. Untuk bisa menjadi guru, setelah dari S-1 pendidikan lalu ke master (S-2) pendidikan.
”Para guru butuh lima tahun menjalani pendidikan. Para guru menjadi ahli khusus pendidikan karena lulusan master pendidikan. Jadi, para guru terdidik tinggi. Mereka pun dikuatkan untuk mampu melaksanakan pembelajaran multidisiplin. Meskipun tetap ada penguasaan mata pelajaran, harus bisa interkoneksi dengan subyek ilmu yang lain,” ucap Anssi.
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana mengatakan, pendidikan sebagai eskalator individu dan masyarakat untuk naik kelas sosial. Karena itu, pendidikan berkualitas harus dapat diakses semua orang. Pendidikan berkualitas yang kini harus diwujudkan yakni pendidikan yang memerdekakan agar individu lebih siap menghadapi tantangan masa depan.
”Perkembangan pendidikan untuk menghadapi tantangan zaman ke depan harus disiapkan. Jakarta harus punya daya saing tinggi dan menyiapkan SDM yang punya kompetensi, kapasitas, dan nilai tawar di global,” ujar Nahdiana.
Sementara itu, Ananda Setiyo Ivannanto, salah satu diaspora Indonesia di Jepang yang juga Co-Founder dan CEO PT Awina Sinegri Internasional, mengatakan, Indonesia punya keunikan dengan keragaman manusia, alam, dan budaya. ”Ini sangat penting untuk jadi pemahaman ke depan. Dunia mengalami perubahan sangat fundamental. Kita bersyukur sudah punya keberagaman,” kata Ananda.
Dengan kesempatan menjadi Presidensi G20 dan Chairmanship ASEAN 2023, Indonesia akan dilirik dunia. Karena itu, Indonesia harus punya keunikan yang dapat ditawarkan kepada dunia. ”Jadi, kita harus membangun kompetensi supaya nyambung dengan relevansi dan positioning dunia,” kata Ananda.
Ananda mengingatkan, dalam berkarier ke depan, kemampuan untuk belajar dan belajar dengan agile/fleksibel dan punya kehausan untuk belajar banyak hal menjadi penting. ”Perubahan dunia sangat cepat. Namun, dengan semangat ingin tahu yang tinggi, kita tetap bisa belajar mendalami hal-hal yang baru sehingga bisa tetap bisa berkembang sesuai perkembangan zaman,” kata Ananda.