Ilmuwan Indonesia di dalam dan luar negeri punya potensi berkiprah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dukungan pengembangan iptek semakin dibutuhkan untuk Indonesia maju.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ilmuwan Indonesia di dalam dan luar negeri terus berkontribusi untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknlogi bagi Indonesia dan dunia. Prestasi para ilmuwan Indonesia juga diperhitungkan di kancah internasional dan menjadi inspirasi bangsa.
Ilmuwan sains halal dunia asal Indonesia, Irwandi Jaswir, diundang secara resmi sebagai salah satu peserta pertemuan bergengsi sejagat, Hegra Conference of Nobel Laureates and Friends 2022, yang akan berlangsung awal Juni ini di Hegra, Arab Saudi. Konferensi ini terbatas, hanya mengundang 100 orang untuk para pemenang/penerima berbagai penghargaan internasional bergengsi, seperti penerima hadiah Nobel (Nobel Laureates), King Faisal International Prize Laureates, dan berbagai penghargaan lain di belahan dunia.
Irwandi, yang kini menjadi profesor di International Islamic University Malaysia, diundang dalam kapasitasnya sebagai ilmuwan pertama yang menerima King Faisal International Prize untuk kategori Service to Islam. Irwandi menerima penghargaan tersebut pada 2018.
”Saya merasa tersanjung ikut diundang karena ini event yang sangat luar biasa prestisenya. Dua tahun lalu, sekitar 20 penerima Nobel hadir. Para peserta akan duduk bersama dan berembuk untuk mencari penyelesaian berbagai permasalahan dunia saat ini, seperti keamanan, kedaulatan pangan, energi berkelanjutan, hingga teknologi masa depan,” tutur Irwandi yang dihubungi dari Jakarta, Senin (23/5/2022).
Irwandi dikenal sebagai pionir dalam pengembangan riset sains halal, cabang ilmu baru yang melihat aspek halal dan haram dari perspektif Ilmu pengetahuan. Dia merupakan pakar bioteknologi pangan yang mendedikasikan hidupnya untuk mendalami aspek kimia dan biokimia komponen-komponen halal, mengembangkan berbagai metode pendeteksian bahan tidak halal, hingga mengembangkan berbagai standar halal dalam pelbagai industri.
Irwandi merupakan ilmuwan Indonesia dengan berbagai penghargaan internasional. Selain menerima King Faisal International Prize, ia juga menerima Habibie Award, penghargaan LIPI, Asia Pacific Young Scientist Award oleh SCOPUS, Halal Innovation Awards, serta pelbagai medali emas pada berbagai ajang inovasi di Jerman, Inggris, dan Taiwan. Total sudah lebih 50 penghargaan internasional diperolehnya. Pemilik delapan paten internasional ini juga sudah menghasilkan 200-an publikasi ilmiah di jurnal internasional bergengsi, menulis 40 buku dan bab buku, serta diundang sebagai pembicara di hampir 300 konferensi internasional.
Undangan resmi panitia yang berbasis di Perancis ini, ujar Irwandi, disampaikan langsung oleh Direktur Program Hegra Conference 2022, Tina Schneiderman, dalam sebuah pertemuan daring baru-baru ini. ”Saya diminta membahas tentang industri halal, food security, hingga isu-isu dunia terkini,” ujar Irwandi.
Meskipun membawa nama institusi perguruan tinggi Malaysia, Irwandi yang memendam cita-cita besar untuk ikut membangun riset dan inovasi di Indonesia juga akan membawa nama Indonesia. Kesempatan bertemu dengan para penerima nobel dan penghargaan bergengsi lainnya akan menjadi kesempatan untuk memberikan sedikit masukan tentang penyelesaian permasalahan dunia.
Majukan teknologi genomik
Dukungan untuk kemajuan teknologi dan pengetahuan genomik serta kesehatan di Indonesia direalisasikan Yayasan Satria Budi Dharma Setia yang mendapat dukungan donasi dari Panin Bank senilai Rp 300 miliar.
”Dalam lima tahun ke depan, Yayasan Satriabudi Dharma Setia akan terus melakukan pengumpulan dana untuk inisiatif pengembangan data bank genomik lebih lanjut untuk tujuan penelitian. Pengembangan ini akan membutuhkan dana yang cukup besar, tetapi manfaat yang dapat diperoleh dapat jauh lebih tinggi lagi, terutama untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia,” tutur Ketua Yayasan Satriabudi Dharma Setia Vincentius S Budhyanto.
Kerja sama akselerasi pengembangan teknologi dan pengetahuan genomik serta kesehatan tersebut difasilitasi Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi serta Kementerian Kesehatan. Donasi dari Panin Bank antara lain digunakan untuk pembangunan Bank Data Genomik Manusia Indonesia (Indonesian Human Genomic Data Bank) pertama di Indonesia melalui peralatan pengurutan gen kapasitas tinggi (high tghroughput genome sequencing).
Presiden Direktur Panin Bank Herwidayatmo mengatakan, pihaknya ingin turut berpartisipasi mendukung pemerintah menghadapi tugas berat di bidang kesehatan. ”Kami berharap dana tersebut dapat digunakan untuk melakukan berbagai penelitian dan kolaborasi antarpeneliti di Indonesia untuk dapat menurunkan risiko terhadap penyakit-penyakit yang menjadi beban kesehatan masyarakat Indonesia,” kata Herwidayanto.
Saya merasa tersanjung ikut diundang karena ini eventyang sangat luar biasa prestisenya. Dua tahun lalu, sekitar 20 penerima Nobel hadir. Para peserta akan duduk bersama dan berembuk untuk mencari penyelesaian berbagai permasalahan dunia saat ini, seperti keamanan, kedaulatan pangan, energi berkelanjutan, dan teknologi masa depan.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, sumbangan yang secara khusus untuk mempercepat teknologi dan pengetahuan genomik di Indonesia merupakan langkah maju dan hebat. ”Pengembangan teknologi dan pengetahuan berbasis genomik tentunya berdampak besar pada pelayanan kesehatan, tidak hanya terbatas pada penyakit infeksi seperti Covid-19 nantinya,” kata Luhut.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, penerapan teknologi genomik di Indonesia tidak dapat dilakukan hanya dari sisi pemerintah, tetapi juga diperlukan upaya bersama dan partisipasi aktif dari setiap pemangku kepentingan terkait, termasuk di dalamnya rumah sakit, perguruan tinggi, lembaga penelitian, industri, dan lembaga penelitian kebijakan publik. ”Dukungan untuk akselerasi teknologi dan pengetahuan genomik serta kesehatan di Indonesia diharapkan dapat berkontribusi positif terhadap kemajuan dan pengembangan penelitian serta pelayanan kesehatan,” ujar Budi.
Bawa manfaat
Di London, Inggris, mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan doktoral atau strata tiga (S-3) membentuk sebuah organisasi independen bernama Doctoral Epistemic of Indonesian in the United Kingdom (Doctrine-UK). Organisasi ini diresmikan bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2022.
Peresmian Doctrine-UK dilakukan oleh Wakil Duta Besar Indonesia untuk Inggris Raya Khasan Ashari dan Pelaksana Tugas Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian Masyarakat Kemendikbudristek Teuku Faisal. Jumlah anggota aktif pada saat peluncuran organisasi ini sebanyak 159 orang. Para mahasiswa ini melakukan riset di berbagai bidang, antara lain ekonomi, sosial, teknik, dan seni.
”Jadikan organisasi ini sebagai media untuk saling belajar, berkolaborasi, dan saling membantu agar seluruh mahasiswa doktoral Indonesia di Inggris dapat menyelesaikan studi dengan baik dan berkontribusi sebesar-besarnya untuk Indonesia,” ujar Khasan.
Faisal mengatakan, pemerintah telah memetakan potensi riset di Indonesia ke dalam sejumlah bidang, antara lain teknologi digital, ekonomi hijau, dan kesehatan. Karena itu, riset yang diambil para mahasiswa harus diarahkan untuk mencapai potensi tersebut.
”Carilah topik riset yang sesuai dengan agenda pemerintah, kebutuhan masyarakat, dan kebutuhan industri,” kata Faisal.
Ketua Doctrine-UK Gatot Subroto mengatakan, organisasi ini didirikan untuk membantu para mahasiswa doktoral. Selama ini banyak mahasiswa doktoral yang tidak saling kenal karena terlalu sibuk dengan risetnya. Padahal, banyak mahasiswa yang topik risetnya sejenis.
”Doctrine-UK didirikan agar kita bisa saling terhubung, berkolaborasi, dan berkontribusi untuk Indonesia melalui riset yang kita kerjakan. Kalau kita saling bekerja sama, hasil riset kita lebih efisien, efektif, dan memiliki dampak lebih besar,” kata Gatot, mahasiswa doktoral di University College London.
Doctrine-UK memiliki beragam rencana program bagi mahasiswa doktoral Indonesia di Inggris, antara lain program peningkatan kapasitas, seperti pelatihan riset, manajemen waktu, menulis akademik, dan mengelola stres selama studi. Doctrine-UK juga siap memberikan pembekalan bagi para mahasiswa Indonesia yang bertekad menempuh pendidikan doktoral di Inggris.