”Ticket War” demi ImersifA
Ruang ImersifA di Museum Nasional disambut antusias oleh publik. Memesan tiket ke sana sama sulitnya dengan membeli tiket konser K-pop.

Suasana Ruang ImersifA di Museum Nasional, Jakarta, Minggu (15/5/2022). Ruang ImersifA adalah wahana pameran yang menggunakan teknologi video mapping atau pemetaan video. Teknologi tersebut digunakan untuk menampilkan berbagai narasi tentang Indonesia, misalnya kondisi alam Indonesia dari masa ke mana, manusia purba, kekayaan budaya, sejarah, dan koleksi museum.
Ticket war tidak melulu untuk beli tiket konser Justin Bieber atau grup K-pop. Belakangan, orang berlomba-lomba memesan tiket ke Ruang ImersifA, wahana pameran baru di Museum Nasional. Publik penasaran dengan ruang instalasi video mapping tersebut. Ribuan tiket pun habis dalam waktu singkat demi melihatnya.
Beberapa waktu lalu, Museum Nasional membuka slot pemesanan tiket Ruang ImersifA untuk tanggal 20-29 Mei 2022. Tiket habis dipesan dalam waktu dua jam. Siapa cepat, dia dapat.
Kepala Kelompok Kerja Kehumasan, Promosi, dan Publikasi Museum Nasional Dyah Sulistiyani mengatakan, pada periode 20-29 Mei 2022, Ruang ImersifA tutup selama dua hari. Artinya, wahana itu efektif dikunjungi publik selama delapan hari.

Suasana Ruang ImersifA di Museum Nasional, Jakarta, Minggu (15/5/2022). Ruang ImersifA adalah wahana pameran yang menggunakan teknologi video mapping atau pemetaan video. Teknologi tersebut digunakan untuk menampilkan berbagai narasi tentang Indonesia, misalnya kondisi alam Indonesia dari masa ke masa, manusia purba, kekayaan budaya, sejarah, dan koleksi museum.
Jika wahana tersebut membuka delapan sesi kunjungan dalam sehari (kuota per sesi 35 orang), maka setidaknya ada 280 pengunjung Ruang ImersifA dalam sehari. Jika angka itu dikali delapan hari, ada 2.240 tiket yang tersedia untuk periode 20-29 Mei 2022. Semua tiket itu habis dipesan dalam 120 menit.
Ruang ImersifA dibuka sejak 31 Maret 2022, tetapi baru dibuka untuk publik pada 2 April 2022. Sejak dibuka ke publik hingga 21 Mei 2022, Ruang ImersifA telah menerima 7.278 pengunjung.
”Kami buka (pemesanan tiket) per minggu. Kami pernah buka (pemesanan tiket untuk periode) sebulan, tapi sistem kami langsung error saking banyaknya yang berebut tiket. Sudah seperti ticket war konser,” kata Dyah saat dihubungi, Sabtu (21/5/2022).

Suasana Ruang ImersifA di Museum Nasional, Jakarta, Minggu (15/5/2022). Ruang ImersifA adalah wahana pameran yang menggunakan teknologi video mapping atau pemetaan video. Teknologi tersebut digunakan untuk menampilkan berbagai narasi tentang Indonesia, misalnya kondisi alam Indonesia dari masa ke masa, manusia purba, kekayaan budaya, sejarah, dan koleksi museum.
Baca juga: Berpaling ke Museum
Selain tiketnya cepat habis, perputaran pengunjung pun begitu cepat. Setelah pengunjung di satu sesi selesai bertandang, pengunjung di sesi berikutnya sudah bersiap di pintu masuk. Siklus tersebut terus berulang hingga sesi kunjungan selesai.
Pemilik tiket hanya bisa datang di sesi yang sudah ditentukan. Jika terlambat atau batal datang, dia tidak bisa menjadwalkan ulang kunjungannya dan mesti memesan tiket baru (jika masih ada).
Barangkali itu yang membuat puluhan orang mengantre sejak 15 menit sebelum sesi dimulai. ”Budaya ngaret” tidak berlaku di sini. Sayang jika perjuangan ticket war sia-sia hanya karena terlambat datang.
Pengunjung yang sudah mengantre tidak boleh langsung masuk. Mereka mesti mengenakan sarung penutup sepatu terlebih dulu agar lantai tetap bersih. Pasalnya, lantai dan seluruh dinding dijadikan layar penangkap gambar yang ditembakkan proyektor. Lebih kurang ada 20 proyektor di dalam ruangan.

Suasana Ruang ImersifA di Museum Nasional, Jakarta, Minggu (15/5/2022). Ruang ImersifA adalah wahana pameran yang menggunakan teknologi video mapping atau pemetaan video. Teknologi tersebut digunakan untuk menampilkan berbagai narasi tentang Indonesia, misalnya kondisi alam Indonesia dari masa ke masa, manusia purba, kekayaan budaya, sejarah, dan koleksi museum.
Dunia lain
Begitu masuk ruangan, pengunjung seakan meninggalkan museum dan masuk dunia lain. Dunia itu gelap, tetapi berpendar dengan cahaya warna-warni. Teknologi video mapping atau pemetaan video membuat pengunjung seolah-olah masuk ke dalam video.
Ada beberapa video yang ditayangkan, antara lain video tentang manusia purba, alam Indonesia dari masa ke masa, kekayaan budaya, sejarah kedatangan bangsa asing, hingga koleksi museum. Video tersebut diputar selama lebih kurang 25 menit.
Baca juga: Nyala Obsesi Yayoi Kusama

Suasana Ruang ImersifA di Museum Nasional, Jakarta, Minggu (15/5/2022). Ruang ImersifA adalah wahana pameran yang menggunakan teknologi video mapping atau pemetaan video. Teknologi tersebut digunakan untuk menampilkan berbagai narasi tentang Indonesia, misalnya kondisi alam Indonesia dari masa ke masa, manusia purba, kekayaan budaya, sejarah, dan koleksi museum.
Direktur Jenderal Hilmar Farid sebelumnya mengatakan, perkembangan teknologi telah menciptakan banyak terobosan, termasuk membuat sejarah hadir dalam bentuk audio visual. Ia berharap Ruang ImersifA mampu mendorong kunjungan ulang dari publik, kemudian membentuk budaya berkunjung ke museum. Hilmar juga berharap agar literasi permuseuman masyarakat meningkat.
”Sebagai lembaga yang berfungsi memanfaatkan peninggalan sejarah untuk pendidikan, Museum Nasional menyediakan ruang untuk mengalami kembali sejarah dan menimba inspirasi dari pengalaman itu,” tutur Hilmar.
Adapun Ruang ImersifA akan menjadi wahana pameran tetap di Museum Nasional. Konten-kontennya akan diperbarui secara berkala. Dyah mengatakan, materi video selanjutnya sedang digarap.
Kami buka (pemesanan tiket) per minggu. Kami pernah buka (pemesanan tiket untuk periode) sebulan, tapi sistem kami langsung error saking banyaknya yang berebut tiket. Sudah seperti ticket war konser.
Wahana foto
Selain wahana belajar sejarah, Ruang ImersifA juga menjadi wahana berfoto bagi publik yang haus akan ruang estetik. Pengunjung diberi waktu lima menit untuk berfoto setelah video selesai diputar. Kesempatan itu tak disia-siakan pengunjung. Mereka berfoto dan merekam gambar sampai waktu habis.
Dyah mengatakan, Ruang ImersifA bertujuan untuk menarik minat masyarakat, utamanya generasi muda. Narasi sejarah dan budaya dikemas ke media audio visual yang sesuai dengan preferensi anak muda zaman sekarang.
Hal ini mendorong museum untuk berbenah. Narasi sejarah dan budaya tidak bisa lagi disampaikan dengan cara lama; memajang benda mati dengan label informasi. Jika museum tidak berinovasi, museum bisa ditinggalkan kaum muda. Proses transfer pengetahuan pun terancam putus.
”Kami jadi berupaya mendekati generasi muda. Kami mencari tahu apa yang mereka suka dan apa yang jadi tren dengan teknologi, tapi tidak meninggalkan edukasi sejarah dan budaya,” ujar Dyah.

Anak-anak muda berfoto di Ruang ImersifA di Museum Nasional, Jakarta, Minggu (15/5/2022). Ruang ImersifA adalah wahana pameran yang menggunakan teknologi video mapping atau pemetaan video. Teknologi tersebut digunakan untuk menampilkan berbagai narasi tentang Indonesia, misalnya kondisi alam Indonesia dari masa ke masa, manusia purba, kekayaan budaya, sejarah, dan koleksi museum.
Baca juga: Piknikin Jakarta Jalan-jalan Sambil Belajar Sejarah
Menurut Pelaksana Tugas Kepala Museum Kebangkitan Nasional Pustanto, museum perlu belajar membaca perkembangan zaman. Museum juga mesti pintar-pintar melihat tren, belajar karakter anak muda, hingga belajar menggunakan teknologi agar tetap relevan dengan zaman.
Menurut dia, museum adalah jembatan pengetahuan buat publik. Tugas museum tidak hanya menyampaikan pengetahuan, tapi juga membuka ruang agar masyarakat bisa mengembangkan diri dari pengetahuan tersebut.
Di sisi lain, museum menghadapi tantangan di bidang sumber daya manusia. Selain jumlah SDM yang belum mencukupi, kompetensi pun jadi isu. Salah satu kompetensi yang dibutuhkan oleh SDM permuseuman saat ini adalah penguasaan teknologi.