Usulan Prinsip Gotong Royong Indonesia Diajukan ke Konferensi Transformasi Pendidikan PBB
Delegasi Pertemuan Kedua Kelompok Kerja Pendidikan (EdWG) G20 menyatukan suara mengenai pentingnya transformasi berbasis gotong royong untuk pemulihan pendidikan dalam pertemuan Pokja Pendidikan G20 di Bandung.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi akan membawa laporan hasil pertemuan Kelompok Kerja Pendidikan (Education Working Group/EdWG) G20 ke pertemuan puncak Konferensi Transformasi Pendidikan di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada September 2022.
Dalam pertemuan kedua Pokja Pendidikan (EdWG) G20 di Bandung, Jawa Barat, Rabu (18/5/2022) sampai Kamis (19/5/2022), delegasi pertemuan Pokja Pendidikan (EdWG) G20 menyamakan suara akan pentingnya transformasi berbasis gotong royong untuk pemulihan pendidikan secara global.
Pertemuan Pokja Pendidikan G20 dijadwalkan dilanjutkan dengan pertemuan ketiga Pokja Pendidikan G20 pada 22-23 Juni 2022 dan pertemuan keempat serta pertemuan tingkat menteri pendidikan pada 25-27 Juli 2022.
Kemendikbudristek memimpin sejumlah sesi pembahasan lebih mendalam dalam pertemuan Pokja Pendidikan G20 mengenai agenda prioritas pendidikan berkualitas untuk semua dan teknologi digital dalam pendidikan.
Perihal itu disampaikan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek Iwan Syahril selaku Ketua Pertemuan Kedua Pokja Pendidikan (EdWG) G20 dalam jumpa pers yang diikuti secara di dalam jaringan (daring), Jumat (20/5/2022).
Dalam jumpa pers tersebut, Iwan juga menyampaikan apresiasi kepada para delegasi negara anggota EdWG G20, delegasi dari negara undangan, dan organisasi internasional, di antaranya, UNESCO, Unicef, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), dan Bank Dunia serta Kelompok Pelibatan Bisnis dan Pemuda G20.
Para delegasi dinyatakan berhasil menyatukan suara mengenai pentingnya transformasi berbasis gotong royong untuk pemulihan pendidikan dalam pertemuan Pokja Pendidikan G20 tersebut.
Tangkapan layar dari tayangan Kemendikbudristek dalam jumpa pers terkait pertemuan kedua Kelompok Kerja Pendidikan (Education Working Group/EdWG) G20 yang dihadiri Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek Iwan Syahril selaku Ketua Pertemuan Kedua Pokja Pendidikan (EdWG) G20.
Iwan juga menyatakan, dalam sambutannya, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim juga menekankan komitmen Indonesia melihat masa depan pendidikan, yakni akan melakukan lompatan ke arah masa depan, dan bukan hanya mengatasi ketertinggalan. Mendikbudristek menegaskan pentingnya gotong royong dalam kolaborasi untuk pemulihan bersama.
”Dalam filosofi Sunda dikenal sabilulungan. Kearifan lokal yang memiliki relasi kuat,” katanya dalam jumpa pers pertemuan kedua Pokja Pendidikan (EdWG) G20, Jumat.
Gotong royong
Baca juga:
Merdeka Belajar Kampus Merdeka, ISI Denpasar Gandeng Pelaku Seni Budaya
Dalam siaran pers Kemendikbudristek, pada pembukaan pertemuan kedua Pokja Pendidikan G20, Rabu, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim menjelaskan peran gotong royong sebagai landasan transformasi pendidikan Indonesia melalui program Merdeka Belajar yang sekaligus menjadi dasar agenda prioritas bidang pendidikan G20.
Nadiem menyatakan, prinsip gotong royong menjadi nilai yang dipegang teguh bangsa Indonesia. Nilai gotong royong diyakini dapat menginspirasi dan menjadi kunci dalam berkolaborasi menuju masa depan pendidikan yang lebih baik, inklusi, berkualitas, dan lebih berkelanjutan bagi semua.
Dia menyebutkan, terobosan Merdeka Belajar dalam upaya pemulihan pembelajaran menghadirkan sejumlah program, antara lain Kurikulum Merdeka, Asesmen Nasional, dan Guru Penggerak. Platform Merdeka Belajar yang dirancang Kemendikbudristek, menurut Nadiem, berfokus pada pemberdayaan dan dukungan kepada kepala sekolah dan guru-guru untuk mengoptimalkan potensi mereka.
Lebih lanjut Iwan menerangkan, pertemuan kedua Pokja Pendidikan (EdWG) G20 dilangsungkan secara daring dari Kota Bandung mulai Rabu sampai Kamis. Kota Bandung memiliki sejarah, yakni menjadi tempat penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika pada 1955. Semangat dari KTT Asia Afrika 1955 tersebut, menurut Iwan, juga menjadi spirit dalam pertemuan Pokja Pendidikan (EdWG) G20 tahun ini.
Dalam pertemuan kedua Pokja Pendidikan G20 itu dibahas empat hal, antara lain inisiatif Kemendikbudristek untuk memperbarui komitmen dunia di bidang pendidikan. Adapun agenda prioritas pertemuan Pokja Pendidikan G20 di antaranya pendidikan berkualitas untuk semua, teknologi digital dalam pendidikan, dan penyusunan laporan EdWG G20 serta draf deklarasi pertemuan tingkat menteri pendidikan.
Dalam filosofi Sunda dikenal sabilulungan. Kearifan lokal yang memiliki relasi kuat. (Iwan Syahril)
Dalam siaran pers Kemendikbudristek disebutkan, draf laporan dari pertemuan Pokja Pendidikan G20 bersama UNESCO mendapat dukungan dari delegasi EdWG G20. UNESCO juga mendorong prinsip gotong royong sebagai kerangka kerja dalam laporan Pokja Pendidikan G20 yang akan disampaikan dalam pertemuan puncak Konferensi Transformasi Pendidikan (Transforming Education Summit/TES) di Sidang Umum PBB pada September 2022.
Pertemuan TES mendatang menjadi wadah memobilisasi semangat, komitmen, dan kemauan politik negara-negara untuk memulihkan upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang keempat dengan menata kembali pendidikan dan mempercepat kemajuan pendidikan yang terdampak pandemi Covid-19.