Semangat Gotong Royong Diadopsi untuk Pemulihan Pendidikan
Semangat gotong royong untuk kolaborasi pemulihan pendidikan global akibat pandemi Covid-19 mendapat dukungan delegasi G20. Pendidikan diyakini penting untuk mewujudkan kesejahteraan global.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Indonesia selaku pemimpin Kelompok Pendidikan G20 mengusulkan agar gotong royong diadopsi dalam upaya transformasi pendidikan global. Kini, negara-negara di dunia semakin menyadari pentingnya peran pendidikan untuk mewujudkan kesejahteraan global.
Dalam pertemuan kedua kelompok kerja pendidikan atau education working group (EdWG), G20 berhasil menyatukan suara tentang pentingnya transformasi berbasis gotong royong untuk pemulihan pendidikan. Pertemuan diikuti delegasi negara anggota EdWG G20, delegasi dari negara undangan dan organisasi internasional, seperti UNESCO, Unicef, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), dan Bank Dunia serta Kelompok Pelibatan Bisnis dan Pemuda G20.
Pertemuan kedua EdWG G20 yang berlangsung secara daring dari Kota Bandung, Jawa Barat, telah membahas empat hal, yaitu inisiatif Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk memperbarui komitmen dunia di bidang pendidikan, agenda prioritas EdWG G20, yakni pendidikan berkualitas untuk semua dan teknologi digital dalam pendidikan, penyusunan laporan EdWG G20, dan draf deklarasi tingkat menteri pendidikan.
Chair EdWG Iwan Syahril di Bandung, Jumat (20/5/2022), memaparkan, inisiatif Kemendikbudristek untuk membawa laporan hasil EdWG G20 ke Konferensi Transformasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memiliki makna, suara kepemimpinan Indonesia akan mendapatkan perhatian dunia dan lebih banyak negara. Sejak adanya Kelompok Pendidikan di Presidensi G20 Argentina tahun 2018, negara-negara G20 semakin menyadari peran pendidikan penting untuk mewujudkan kesejahteraan global.
Inisiatif dan kemauan politik guna memenuhi hak dasar pendidikan berkualitas semakin meningkat. Ditambah dengan perubahan zaman menuntut perubahan pendidikan, termasuk munculnya banyak inisiatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengoptimalkan peran teknologi digital.
Iwan menambahkan, Indonesia patut berbangga karena mendapatkan dukungan untuk membawa semangat gotong royong dalam kolaborasi pemulihan pendidikan. ”Draf laporan EdWG G20 yang akan kita bawa ke tingkat dunia mendapatkan apresiasi yang sangat positif, bahkan kerangka kerja pemulihan pendidikan berdasarkan prinsip gotong royong mendapatkan porsi khusus di dalamnya,” kata Iwan yang juga Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek.
Head of Delegation dari Jerman Vera Kammann menilai agenda yang dibawa dalam EdWG G20 mengesankan dan penuh ambisi. ”Kami bersemangat untuk bisa mendukung tujuan Indonesia dalam kepemimpinannya di G20,” kata Vera.
Hal senada juga disampaikan oleh Francois Parain, ketua delegasi Perancis. Inisiatif yang dihadirkan dalam draf laporan presidensi G20 dari EdWG 2022 didukung untuk dibawa ke tingkat pertemuan yang lebih tinggi. ”Sistem pendidikan memainkan peran mendasar dalam vitalitas ekonomi dan korelasi sosial. Kita bisa memiliki sesuatu yang menyuarakan solusi dalam menghadapi tantangan global di masa depan,” ujar Francois.
Dalam diskusi G20, diyakini teknologi tidak akan menggantikan peran dari manusia. Tetap manusianya yang utama, bukan teknologi. Teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk mengakselerasi akses dan pemerataan pendidikan berkualitas.
Pertemuan EdWG G20 masih akan terus berlanjut untuk penajaman pembahasan. Pertemuan kedua akan dilaksanakan pada 22-23 Juni 2022 dan pertemuan keempat serta pertemuan tingkat menteri pendidikan akan diselenggarakan pada 25-27 Juli 2022.
”Kami berharap penyelenggaraan pertemuan tingkat menteri pendidikan akan berjalan lancar dan Kemendikbudristek dapat membawa nama baik Indonesia,” ujar Iwan.
Intervensi teknologi
Teknologi digital dalam pendidikan menjadi isu prioritas, juga untuk menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang dalam memberi berbagai perspektif. Negara-negara maju masih mengalami tantangan untuk mengakselerasi pemanfaatan digital dalam pendidikan karena belum semuanya siap.
”Dalam diskusi G20, diyakini teknologi tidak akan menggantikan peran dari manusia. Tetap manusianya yang utama, bukan teknologi. Teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk mengakselerasi akses dan pemerataan pendidikan berkualitas,” kata Iwan.
Bahkan, Bank Dunia menyampaikan usulan kerangka melihat peran teknologi digital dalam pemulihan pendidikan. Negara-negara perlu berkomitmen dalam meningkatkan infrastruktur, tetapi yang penting kapasitas sumber daya manusia untuk menggunakan teknologi yang baik dan produktif, serta membuat sistem yang dapat memanfaatkan teknologi dengan baik. Jika tidak ada teknologi, intervensi pemulihan pendidikan juga tetap harus dapat dilakukan.