Pemulihan Pendidikan untuk Masa Depan Berkelanjutan
Indonesia mendorong gotong royong atau kolaborasi antarnegara-negara G20 untuk memulihkan pendidikan dunia. Ini penting untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kelompok Kerja Pendidikan atau Education Working Group G20 menggelar pertemuan kedua untuk memperkuat komitmen pulih bersama menuju masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan. Upaya pulih bersama lewat pendidikan ini juga untuk mendukung kemajuan pendidikan berkualitas bagi semua sebagai komitmen agenda tujuan pembangunan berkelanjutan 2030.
Pertemuan Education Working Group(EdWG) G20 kedua yang dipimpin Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dilaksanakan secara daring dari Bandung pada 18-19 Mei 2022. Pertemuan kedua EdWG G20 ini diikuti delegasi negara-negara G20, negara undangan khusus, organisasi internasional, serta kelompok kerja, dan kelompok pelibatan G20.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek yang juga ChairG20 EdWG Iwan Syahril, Kamis (19/5/2022), memaparkan, pertemuan kedua ini sebagai tindak lanjut dari pertemuan perdana yang dilaksanakan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret lalu. Para delegasi fokus pada dua agenda prioritas G20 EdWG, yaitu pendidikan berkualitas untuk semua dan teknologi digital dalam pendidikan. Adapun dua topik lainnya, yakni solidaritas dan kemitraan serta masa depan dunia kerja pasca-Covid-19 akan jadi fokus pertemuan ketiga. Hasilnya dipakai sebagai penyusunan laporan G20 EdWG dan rancangan deklarasi tingkat menteri pendidikan G20.
“Dalam pertemuan G20 EdWG kali ini, kami akan memperkuat komitmen untuk pulih bersama. Mendikbudristek pun akan menyampaikan berbagai terobosan Merdeka Belajar sebagai inspirasi negara-negara maju dan berkembang untuk mentransformasi sektor pendidikan,” tutur Iwan.
Dalam pertemuan tersebut, Kemendikbudristek juga akan menginisiasi pembahasan untuk memperbarui komitmen dunia di bidang pendidikan dalam pertemuan Konferensi Transformasi Pendidikan (Transforming Education Summit/TES) Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations/UN). TES menjadi wadah untuk memobilisasi semangat, komitmen, dan kemauan politik yang lebih besar guna membalikkan kemunduran Agenda Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang keempat, menata kembali pendidikan (reimajinasi), dan mempercepat kemajuan pendidikan dan Agenda SDGs 2030.
”Kami optimistis Indonesia dan negara-negara sahabat bisa bergotong royong untuk mereimajinasi sistem pendidikan dan menghadirkan manfaat yang bisa dirasakan semua kalangan secara merata,” ujar Iwan.
Beri inspirasi
Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim yakin konsensus dalam pertemuan EdWG G20 yang tertuang dalam Laporan EdWG G20 dan Deklarasi Menteri Pendidikan akan menjadi tonggak penting dalam perjalanan bersama memulihkan pendidikan sebagai dasar untuk mencapai masa depan yang berkelanjutan. ”Saya sangat percaya bahwa gotong royong adalah kunci transformasi guna menciptakan pendidikan berkualitas untuk semua dan transformasi menuju masa depan yang lebih baik, lebih berkelanjutan,” kata Nadiem.
Nadiem menyerukan semangat gotong royong yang dipraktikkan Indonesia untuk memulihkan pendidikan akibat pandemi juga menjadi dasar kolaborasi para delegasi untuk berkolaborasi menuju masa depan pendidikan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan dengan adanya pendidikan berkualitas untuk semua. Indonesia percaya diri memberi inspirasi tentang peran gotong royong sebagai landasan transformasi pendidikan Indonesia melalui terobosan Merdeka Belajar sekaligus menjadi dasar agenda prioritas bidang pendidikan G20.
Indonesia melihat ke masa depan, melompat ke arah masa depan, dan tidak ingin hanya mengejar ketertinggalan.
Menurut Nadiem, ekosistem pendidikan Indonesia secara bergotong royong telah melakukan akselerasi transformasi sebagai solusi krisis pembelajaran yang sudah menahun dan diperparah oleh pandemi. Melalui berbagai terobosan Merdeka Belajar, pemulihan pembelajaran dilakukan antara lain dengan menghadirkan Kurikulum Merdeka, Asesmen Nasional, dan Program Guru Penggerak.
Fokus pemulihan pendidikan EdWG 20 yang ditawarkan Indonesia dan disepakati di pertemuan pertama menjadi bagian dari transformasi pendidikan Indonesia akibat pandemi dan peningkatan pendidikan berkualitas secara berkelanjutan. Pendidikan berkualitas untuk semua dilakukan dengan mentransformasi pembiayaan pendidikan yang lebih berkeadilan sosial, seperti dana bantuan operasional sekolah dan perluasan cakupan berbagai jenis beasiswa.
Terkait teknologi digital dalam pendidikan, Nadiem meyakini hal tersebut juga berperan dalam mentransformasi pendidikan secara berkelanjutan. Kemendikbudristek menghadirkan platform Merdeka Mengajar untuk meningkatkan kualitas guru dan tenaga kependidikan. ”Tidak seperti pandangan umum yang fokus pada aplikasi belajar daring, platform yang dirancang Kemendikbudristek berfokus untuk memberdayakan dan mendukung kepala sekolah serta guru untuk mengoptimalkan potensi mereka,” papar Nadiem.
Ada juga platform SIPLah sebagai lokapasar yang membantu sekolah mendapatkan kebutuhannya secara efisien. Selain itu, dan platform Kedaireka yang menghubungkan dunia usaha dan dunia industri, serta berbagai organisasi dengan perguruan tinggi untuk berkolaborasi menghadirkan pendidikan yang lebih relevan.
Untuk topik solidaritas dan kemitraan, lewat Merdeka Belajar digagas program organisasi penggerak dan dana padanan (matching fund) sebagai transformasi pendanaan pendidikan tinggi yang mengedepankan kerja sama lintas sektor dalam peningkatan mutu pendidikan. Adapun tentang masa depan dunia kerja pasca-Covid-19 dijawab dengan terobosan Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang mendorong mahasiswa untuk belajar di luar kelas dan mempersiapkan diri menghadapi tantangan di dunia nyata.
”Indonesia melihat ke masa depan, melompat ke arah masa depan, dan tidak ingin hanya mengejar ketertinggalan,” ujar Nadiem.