Sebanyak 800.852 calon mahasiswa mengikuti ujian tulis berbasi komputer (UTBK) tahun 2022. Pengawasan semakin ketat untuk mencegah kecurangan yang kian canggih.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kecurangan dalam pelaksanaan ujian tertulis berbasis komputer untuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri Tahun 2022 tetap ada. Di hari kedua penyelenggaraan seleksi tertulis, Rabu (18/5/2022), upaya kecurangan yang dilakukan sejumlah peserta dengan memanfaatkan teknologi digital semakin canggih, tetapi dapat digagalkan panitia.
Dalam pemantauan pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nizam didampingi Direktur Eksekutif Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) Budi Prasetyo Widyobroto.
Pihaknya mendapat laporan ada empat peserta UTBK yang diduga berupaya curang. Saat pemeriksaan dengan metal detector (pendeteksi logam) sebelum masuk ruang ujian, ada sinyal yang mencurigakan.
”Ada empat mahasiswa yang diduga curang yang terdeteksi pengawas di ujian sesi pagi dan siang. Dari pemeriksaan awal metal detector, ada alat elektronik yang ditanam di tubuh yang bisa dipakai untuk berkomunikasi.
Mereka diamankan pengawas di ruang sekretariat dan tidak bisa ikut ujian. Empat peserta dari daerah yang berbeda ini diminta untuk membuat berita acara pemeriksaan atau BAP,” kata Wakil Rektor Bidang Akademik UNJ Suyono.
Menurut Suyono, peserta laki-laki dan perempuan yang diduga menggunakan jasa joki tersebut berasal dari daerah di Pulau Jawa dan Sumatera. Keempatnya memilih UTBK di UNJ dan memilih program studi kedokteran.
Alat elektronik yang terdeteksi metal detector melekat di tubuh peserta. Ada yang ditaruh di kuping peserta. Dari pengakuan dalam BAP, disebutkan alat elektronik tersebut untuk berkomunikasi.
Nizam menyayangkan jika peserta UTBK mencederai integritas dirinya dengan melakukan kecurangan dalam ujian. Hal tersebut merugikan diri peserta sendiri dan orang lain.
”Saya mengingatkan adik-adik peserta UTBK untuk percaya pada diri sendiri dan kemampuan sendiri. Jangan melakukan kecurangan yang mencederai integritas peserta. Tentu saja, saya mengapresiasi panitia UTBK di semua perguruan tinggi yang menjaga agar kredibilitas UTBK ini tidak dicederai kecurangan dalam bentuk apa pun yang semakin canggih,” ujarnya.
Nizam memaparkan, dengan standar operasional prosedur (SOP) yang makin ketat, dan penapisan yang baik, tiap tahun pengawas bisa mengungkap upaya kecurangan dari peserta seperti menggunakan joki saat ujian. Terbukti hingga saat ini sistem dan SOP UTBK dapat mengungkap upaya kecurangan.
Nizam mengingatkan, masuk PTN bukan segala-galanya sehingga menggunakan berbagai cara curang. Kesempatan untuk tes masuk PTN yang dimimpikan masih ada lewat seleksi mandiri atau tahun depan. Bahkan, pilihan kuliah di perguruan tinggi swasta juga terbuka. Pemerintah pun menyediakan beasiswa kuliah Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk mahasiswa di PTN dan swasta.
Nizam mengatakan secara umum pelaksanaan UTBK sampai saat ini berjalan lancar. Memang ada sejumlah gangguan teknis dalam jumlah kecil yang segera dapa diatasi dan tidak merugikan peserta. Sebagai contoh, di Kendari, Sulawesi Tenggara, sempat dilaporkan listrik padam. Ada juga koneksi internet terganggu.
”Secara umum UTBK berjalan lancar dan sistem keamanan dengan metal detector, SOP makin ketat sehingga bisa menjaga dalam ujian tidak terjadi kecurangan. Begitu ada usaha menggunakan teknologi untuk perjokian atau bantuan dari luar bisa tertangkap. Demikian pula protokol kesehatan untuk pencegahan Covd-19 dilaksanakan dengan baik,” kata Nizam.
Sementara itu, Budi mengatakan pelaksanaan UTBK memang masih semi konvensional. Peserta masih harus datang ke lokasi ujian dan diawasi. Hal ini untuk memastikan tidak ada kecurangan.
”Dengan adanya teknologi memang bisa berdampak positif dan negatif. Namun, LTMPT bersama semua PTN tiap tahun akan mencoba agar peserta kalau ke ruang ujian hanya membawa diri dan peralatan yang dibutuhkan. Secara sistem di command center Diktiristek, jika ada server yang terhubung internet akan terlacak," tuturnya.
”Kami sudah berusaha maksimal mencegah kecurangan. Namanya orang,ya tetap ada yang berusaha mencari celah. Kami memberi kepercayaan pada PTN dan mitra untuk sama-sama satu frekuensi mengamankan UTBK,” kata Budi.
Dua gelombang
Pemeriksaan yang ketat terlihat dalam pelaksanaan UTBK di Gedung IMERI, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia (UI) di Salemba, Jakarta Pusat. Peserta tidak boleh membawa tas dan telepon seluler ke ruang ujian. Mereka hanya boleh membawa kertas pengenal dan alat tulis.
Bahkan, peserta diingatkan untuk melepas benda-benda yang melekat di tubuh, seperti jam tangan, ikat pinggang, dan perhiasan. Ketika diperbolehkan masuk ke ruangan ujian, peserta harus melewati dua petugas di depan pintu ruangan.
Peserta harus mencuci tangan dengan hand sanitizer. Lalu, petugas berikutnya memeriksa tubuh peserta dengan metal detector. Ketika ada bunyi mencuriakan, petugas meminta peserta melepaskan alat yang dicurigai.
Pada 2022, sebanyak 800.852 calon mahasiswa mengikuti UTBK. Pelaksanaan UTBK dibagi dalam dua gelombang yakni pada 17-23 Mei dan gelombang kedua pada 28 Mei–3 Juni. Pada gelombang pertama sebanyak 531.709 peserta ikut ujian di 74 pusat UTBK, dan ada 34 sub pusat UTBK.
”Per sesi melayani sekitar 44.000 peserta atau sehari melayani sekiatr 88 ribu peserta. Tergantung jumlah pendaftar di lokasi UTBK,” kata Budi.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Indonesia Abdul Haris mengatakan ujian dibagi dalam dua sesi yakni pagi dan siang. Di UI ada sebanyak 1.809 komputer. Namun, pelaksanaan UTBK masih sesuai protokol kesehatan, sehingga kapasitas ruangan hanya bisa separuhnya.