Kampus Merdeka Gandeng Perguruan Tinggi Luar Negeri
Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka menguatkan peluang kerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri. Kedutaan Besar RI di sejumlah negara turut mendukung sosialisasi Kampus Merdeka di banyak negara.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pemerintah terus menguatkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka, salah satunya dengan membuka peluang kolaborasi bersama perguruan tinggi luar negeri. Dukungan kemitraan dengan perguruan tinggi luar negeri untuk mewujudkan Kampus Merdeka dilakukan perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia di sejumlah negara.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nizam, Selasa (17/5/2022), mengatakan, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk memperkuat hardskills (keterampilan teknis) dan soft kills (keterampilan non-teknis) mahasiswa lewat berbagai program, seperti magang, belajar di kampus dalam dan luar negeri, hingga kegiatan sosial dan riset.
”Kolaborasi dengan perguruan tinggi terbaik di luar negeri terus didorong untuk meningkatkan mutu institusi perguruan tinggi kita dan para mahasiswa. Semakin terbuka kesempatan bagi mahasiswa untuk bisa merasakan kuliah di luar negeri lewat salah satu program Kampus Medeka. Karena itu, kemitraan dengan kampus ternama di luar negeri semakin penting,” kata Nizam.
Jadi mitra
Di Jepang, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo menjalankan safari diplomasi pendidikan dan kebudayaan ke sejumlah perguruan tinggi di Jepang melalui program Ambassador Goes to Campus (AGTC). Salah satunya ke Keio University, perguruan tinggi yang masuk daftar Top 300 QS 2022 Ranking.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Tokyo, Yusli Wardiatno, memperkenalkan belajar di luar kampus di luar negeri sebagai salah satu program Kampus Merdeka dengan konsep MBKM dan Program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Keiko University diajak untuk menjadi mitra Kemendikbudristek dalam IISMA.
Semakin terbuka kesempatan bagi mahasiswa untuk bisa merasakan kuliah di luar negeri lewat salah satu program Kampus Merdeka. Karena itu, kemitraan dengan kampus ternama di luar negeri semakin penting.
”Kami harap dengan kunjungan ini akan lebih banyak perguruan tinggi di Negeri Sakura yang masuk menjadi mitra Kemendikbudristek. Jepang sangat maju dalam pengembangan keilmuan di perguruan tinggi. Kami ingin lebih banyak mahasiswa S-1 Indonesia yang belajar di sini untuk meningkatkan kompetensi baik soft skills maupun hard skills sehingga dapat menjadi lulusan yang siap menjadi pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian,” terang Yusli.
Wakil Rektor Bidang Kerja Sama Internasional dan Informasi Teknologi, Motohiro Tsuchiya, memaparkan, Keio University berminat untuk menjadi mitra Kemendikbudristek pada tahun 2022 agar mahasiswa S-1 Indonesia bisa memilih Keio University sebagai tempat kuliah dalam Program IISMA tahun 2023. ”Program MBKM sangat menarik dan Jepang seharusnya belajar konsep ini dari Indonesia. Kami juga ingin mengirimkan mahasiswa Keio University untuk belajar di perguruan tinggi di Indonesia. Semoga ada beasiswa khusus dari Pemerintah Indonesia,” ujar Tsuchiya.
Dalam program Ambassador Goes to Campus (AGTC), Duta Besar Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi memberikan kuliah umum dalam bahasa Indonesia dengan tema ”Indonesia-Japan: A Shared Future and History” di hadapan 60 mahasiswa Jepang yang mengambil mata pelajaran Bahasa Indonesia. Keio University merupakan universitas tertua di Jepang dan merupakan salah satu perguruan tinggi yang menawarkan mata kuliah Bahasa Indonesia.
Kemitraan dengan perguruan tinggi internasional lainnya dilakukan dengan Perancis. Salah satunya dengan Universitas Franche-Comté (UFC) yang terus membahas pengembangan dan peningkatan kerja sama dengan beberapa kampus di Indonesia, di antaranya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), IPB University, dan Universitas Lampung.
Atdikbud KBRI di Paris, Warsito, juga menyampaikan, program Merdeka Belajar dalam diversitas budaya di Indonesia. ”Program MBKM yang diusung Pemerintah Indonesia merupakan sarana kolaborasi antarperguruan tinggi di Indonesia maupun dengan sejumlah negara. Tujuan dari program MBKM mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja saat mereka lulus nanti,” ujar Warsito.
Kantor Atdikbud mencatat, UFC merupakan salah satu dari 65 institusi Perancis yang aktif bekerja sama dengan kampus di Indonesia yang siap mendukung penuh program Kampus Merdeka. Saat ini, UFC memiliki kerja sama dengan sekitar 189 perguruan tinggi di Asia dan dengan 250 perguruan tinggi di Eropa, terutama Jerman dan Swiss.
Warsito yang diterima Direktur Pusat Bahasa Terapan (Centre de Linguistique Appliqué/ CLA) Arnaud Pannier membahas topik terkait aktivitas belajar mahasiswa Indonesia dari ITS yang sedang belajar di program CLA. CLA tertarik untuk membuka kelas Bahasa Indonesia bagi dosen dan pelajar UFC serta program pengiriman mahasiswa UFC ke kampus di Indonesia. Untuk itu, UFC berkeinginan menyelenggarakan kegiatan pekan Indonesia, yang merupakan kesempatan mempromosikan Indonesia di bidang pendidikan dan kebudayaan kepada sivitas UFC dan masyarakat Besançon.