Memulihkan dan Membayangkan Kembali Pendidikan Pasca-Covid-19
Dunia terus bergerak memulihkan pendidikan. Bahkan, upaya membayangkan kembali pendidikan pascapandemi Covid-19 dengan lebih membekali peserta didik dengan kecakapan dan karakter yang relevan semakin dikuatkan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·6 menit baca
Pemulihan pendidikan dan membayangkan kembali pendidikan pascapandemi Covid-19 yang lebih dari dua tahun berdampak besar mengubah tatanan kehidupan umat manusia di muka Bumi, termasuk bidang pendidikan, terus jadi pembahasan. Semangat inklusif dan berkelanjutan terus mengemuka untuk tatanan hidup normal baru guna membangun masyarakat menjadi warga negara pintar yang berperan sebagai kunci dan motor penggerak pembangunan.
Indonesia terus belajar dari negara lain dan juga memaparkan komitmen pemulihan dan membayangkan kembali (reimagine)pendidikan lewat Merdeka Belajar. Hal ini disampaikan Menteri Pedidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim dalam berbagai kesempatan. Salah satunya dalam pembahasan Kelompok Kerja Pengembangan Sumber Daya Manusia (Human Resources Development Working Group/HRDWG ke-47) dalam forum kerja sama Asia-Pacific for Economic Cooperation (APEC) pada 9-12 Mei 2022 secara hibrida di Bangkok, Thailand.
Thailand sebagai ketua kelompok kerja HRDWG mengambil tema Shaping Smart Citizens with Digitalization and Eco-Friendly Awareness. Potensi masa depan pasca-Covid-19 tak lepas pula dari upaya memulihkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kawasan Asia Pasifik, selain bergerak untuk bangkit dari krisis kesehatan dan ekonomi. Pertumbuhan jangka panjang yang tangguh, inklusif, seimbang, dan berkelanjutan untuk kawasan Asia Pasifik pun digagas dan diwujudkan.
Menteri Pendidikan Thailand Treenuch Thienthong memaparkan pendidikan yang inklusif dan berkualitas, pendidikan yang memerdekakan yang membantu mengembangkan kemampuan esensial, seperti kemampuan untuk belajar kritis dan inovatif, intra dan interpersonal, kewarganegaraan global, dan literasi media dan informasi menjadi kunci sukses di dalam menjalani abad ke-21. ”Kami ingin membangun masyarakat APEC menjadi warga negara pintar, yang berperan sebagai kunci dan motor penggerak pembangunan APEC,” katanya.
Ini saatnya adik-adik mengambil berbagai macam kesempatan untuk memperkaya dirinya dari semua jenis bidang kompetensi profil Pelajar Pancasila. (Nadiem Anwar Makarim)
Tantangan global pendidikan di antaranya kesenjangan kualitas dan akses pembelajaran, krisis iklim juga sosial, serta dampak buruk dari perkembangan teknologi. Berbagai tantangan tersebut dapat ditangani bersama melalui kolaborasi dan partisipasi yang kohesif sejalan dengan APEC Education Strategy 2030.
Tantangan pendidikan global yang kemudian diperparah oleh pandemi tidak hanya menghadang Indonesia, tetapi juga anggota ekonomi APEC dan wilayah perbatasan. Karena itu, pemulihan pendidikan diyakini memerlukan upaya bersama. Setiap pihak harus saling bahu-membahu untuk mewujudkan pemulihan pembelajaran pascapandemi dan meningkatkan kualitas pendidikan untuk semua.
APEC melaksanakan pengembangan sumber daya melalui tiga jaringan kuncinya, yakni Capacity Building Network, Education Network (EDNET), dan Labour and Social Protection Networks. EDNET sebagai jaringan pendidikan pada pertemuan tahunannya yang ke-39 ini berfokus pada pembahasan bertema pendidikan berkualitas untuk pertumbuhan berkelanjutan bagi anggota APEC yakni Thailand, Australia, China, Indonesia, Korea, Malaysia, Selandia Baru, Rusia, dan Singapura.
Tiap negara memiliki inisiatif untuk memulihkan dan membayangkan kembali pendidikan pasca-Covid-19. Australia, misalnya, menyampaikan perhatian dan inisiatif dalam menanggulangi krisis pembelajaran akibat pandemi dan menekankan peran micro-credentials dalam mengakselerasi pendidikan tinggi. Adapun Singapura, China, Selandia Baru, dan Rusia menjelaskan tentang keadilan, inklusivitas, digitalisasi pendidikan, keterampilan hijau/lingkungan (green skills), kecakapan abad 21, dan kewarganegaraan global. Sementara itu, Korea berbagi tentang inisiatif dalam mempersempit kesenjangan digital melalui praktik dan kebijakan e-learning untuk kawasan Asia Pasifik. Malaysia memaparkan tentang revitalisasi pendidikan melalui inovasi media dan penguatan komunitas guru.
Merdeka Belajar
Nadiem melalui video memaparkan inisiatif pemulihan dan transformasi pendidikan Indonesia lewat Merdeka Belajar. “Implementasi Merdeka Belajar yang sudah berjalan tiga tahun ini merupakan inisiatif yang mendorong reformasi kebijakan pendidikan bagi berbagai pemangku kepentingan utama pendidikan: guru dan murid,” tutur dia.
Nadiem menjelaskan, Merdeka Belajar bertujuan untuk memerdekakan pembelajaran anak-anak Indonesia. Selama ini pembelajaran dinilai terlalu berorientasi pada hafalan dan kurikulum mulai tertinggal dari kemajuan abad 21.
“Kita juga memerdekakan guru-guru dari beban administratif yang berlebihan, terbatasnya kesempatan pengembangan diri, dan dari kurikulum yang terlalu rinci, yang menghalangi kreativitas dan talenta guru,” kata dia, menambahkan.
Salah satu inisiatif kebijakan Merdeka Belajar yaitu Kurikulum Merdeka. Implementasi Kurikulum Merdeka juga didukung dengan hadirnya Platform Merdeka Mengajar yang dapat membantu guru memahami, mengembangkan diri, dan berbagi pengalaman Kurikulum Merdeka.
“Guru-guru kami sekarang memiliki otonomi lebih dalam mengatur pembelajaran di ruang kelas dalam mendukung capaian pembelajaran muridnya masing-masing. Gurulah yang paling memahami bagaimana murid-murid mereka. Selain itu, murid diberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan berfokus pada kemampuan esensial untuk mencapai Profil Pelajar Pancasila dan sukses menjalani kehidupan di abad 21 ini,” kata Nadiem.
Nadiem percaya bahwa pendidikan yang memerdekakan adalah cara untuk memulihkan pembelajaran dan juga membayangkan kembali pendidikan yang kuat dan membebaskan potensi sejati guru dan siswa. “Inilah cara untuk merebut kembali impian kita akan masa depan yang lebih baik dan lebih sejahtera. Kita bersama dapat mewujudkan pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan untuk semua anak-anak di kawasan dan juga seluruh dunia,” ujar Nadiem.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, dalam dialog tersebut menjelaskan area kunci reformasi pendidikan di Indonesia dan berbagi praktik baik dalam peningkatan kualitas pendidikan yang berkelanjutan. Selain Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar, Indonesia juga baru meluncurkan Rapor Pendidikan yang dapat membantu sekolah dan pemerintah daerah dalam melakukan perencanaan berbasis data untuk meningkatkan
Proyek pembelajaran
Pendidikan masa depan Indonesia dengan terobosan Merdeka Belajar, Kurikulum Merdeka, Guru Penggerak, maupun Sekolah Penggerak, muaranya yaitu menciptakan Profil Pelajar Pancasila. Ada enam profil Pelajar Pancasila, yakni beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebinekaan global, gotong royong, kreativitas, kemampuan bernalar kritis, dan kemandirian.
Pada puncak perayaan Hari Pendidikan Nasional 2022 bertema Pimpin Pemulihan Bergerak untuk Merdeka Belajar, Jumat (13/5), Nadiem yang hadir menjadi guru tamu SMP Negeri 5 Jakarta kepada para siswa memaparkan enam profil Pelajar Pancasila tersebut akan menjadi kompetensi dan profil yang terpentinguntuk masa depan, ketika mencari kerja, menjadi wirausaha, atau menjadi apapun.
Kelas Merdeka Belajar dengan tujuan besar Profil Pelajar Pancasila, digambarkan dalam acara #MasukKelas. Pembawa acara Desta yang mendampingi Nadiem di dalam kelas memberikan tugas kelompok kepada para siswa untuk mengajukan ide proyek Kurikulum Merdeka berdasarkan empat tema yaitu kebinekaan, kewirausahaan, perubahan iklim, dan proyeksi sosial.
Salah seorang siswa SMPN 5 Jakarta, Nisrina Alfa dari kelompok Climate Change, mempresentasikan proyek terkait perubahan iklim. Kelompoknya akan mengajukan gerakan Hari Kamis Pulang Naik Kendaraan Umum.
“Kita semua merasa bahwa suhu rata-rata di Jakarta itu semakin lama semakin meningkat. Bahkan tercatat di Jakarta suhu meningkat sebanyak 1,5 derajat celsius sebelum tahun 2030. Maka dari itu, kelompok saya akan mengajukan proyek Hari Kamis Pulang Naik Kendaraan Umum,” ujar Nisrina.
Nisrina memaparkan setiap hari Kamis, seluruh siswa di SMPN 5 Jakarta akan diajak untuk pulang bersama dengan transportasi umum, seperti bus sekolah atau Transjakarta. “Selain itu, kita juga bisa mengurangi polusi dan sampah dengan menggunakan konsep 3R untuk mengusung sustainable living atau kehidupan berkelanjutan,” ujar Nisrina.
Diandra dari kelompok kebinekaan memaparkan proyek tentang seni. Diandra dan kelompoknya akan mendata seluruh siswa SMP Negeri 5 berdasarkan latar belakangnya, misal dari Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, dan lain-lain. Nanti akan digelar pentas seni dengan meminta perwakilan dari setiap pulau untuk mementaskan seni pertunjukan.
“Tujuan dari pentas seni adalah mempertahankan budaya Indonesia, mempersatukan, mempererat, dan juga melestarikannya agar tetap terjaga sampai waktu yang lama. Lalu maknanya juga ada berbeda-beda tetapi tetap tetap satu jua, yaitu makna dari Bhinneka Tunggal Ika. Pentas kami akan menjadi meriah, karena kami melakukannya secara bersama-sama dalam sebuah pentas yang memiliki banyak perbedaan,” urai Diandra.
Melihat presentasi para siswa, Nadiem mengapresiasi kreativitas dan kemampuan memecahkan permasalahan yang ada saat ini. “Ini luar biasa. Ini yang namanya Merdeka Belajar. Ini saatnya adik-adik mengambil berbagai macam kesempatan untuk memperkaya dirinya dari semua jenis bidang kompetensi profil Pelajar Pancasila. Tolong jangan sia-siakan kesempatan ini, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Selalu ajak guru-guru kalian untuk mengimplementasikan Merdeka Belajar,” kata Nadiem.