Pemulihan Pendidikan Bergerak dengan Terobosan Merdeka Belajar
Pemulihan pendidikan Indonesia akibat dua tahun pandemi Covid-19 dinilai bergerak positif dengan semangat Merdeka Belajar. Terobosan ditawarkan untuk membuat dunia pendidikan bangkit bergerak maju.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
DOKUMENTASI HUMAS KEMDIKBUDRISTEK
Tangkapan layar suasana upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2022 yang dilaksanakan secara hybrid dari halaman Kantor Kemdikbudristek di Jakarta, Jumat (13/5/2022). Bertindak sebagai pembina upacara yakni Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim yang berpakaian adat Flores, Nusa Tenggara Timur (kanan).
JAKARTA, KOMPAS — Pemulihan pendidikan di tengah pandemi Covid-19 terus bergerak dengan terobosan Merdeka Belajar. Perubahan positif mulai dirasakan sebagai upaya mengurangi dampak hilangnya pembelajaran. Capaian tersebut tidak hanya dirasakan oleh para orangtua, guru, dan murid di Indonesia, tetapi sudah digaungkan sampai ke negara-negara lain melalui presidensi Indonesia di konferensi tingkat tinggi G20.
”Tahun ini, kita membuktikan bahwa kita tidak lagi hanya menjadi pengikut, tetapi pemimpin dari gerakan pemulihan dunia,” kata Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim dalam pidato di upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional secara hybrid di Jakarta, Jumat (13/5/2022). Tema peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2022 yakni ”Pimpin Pemulihan, Bergerak untuk Merdeka Belajar”.
”Kita tidak hanya mampu melewati, tetapi berdiri di garis depan untuk memimpin pemulihan dan kebangkitan,” kata Nadiem yang bertindak sebagai pembina upacara dan mengenakan pakaian adat dari Flores, Nusa Tenggara Timur.
Menurut Nadiem, di tengah hantaman ombak yang sangat besar, dunia pendidikan Indonesia terus melautkan kapal besar bernama Merdeka Belajar, yang di tahun ketiga ini telah mengarungi pulau-pulau di seluruh Indonesia. Hingga tahun ketiga pandemi, Kemendikbudristek terus melakukan berbagai terobosan dalam Merdeka Belajar yang menghasilkan perubahan positif.
Pendidikan ke depan mestinya fokus membekali anak-anak kecerdasan emosi dan sosial, serta keterampilan keseimbangan mental.
Pada masa pandemi Covid-19, Kemendikbudristek menghadirkan Kurikulum Merdeka untuk membantu guru dan murid dalam proses belajar-mengajar. Upaya tersebut mampu mengurangi dampak hilangnya pembelajaran. Kini, Kurikulum Merdeka akan diterapkan di lebih dari 140.000 satuan pendidikan di seluruh Indonesia. Ratusan ribu anak Indonesia dijanjikan akan belajar dengan cara yang jauh lebih menyenangkan dan memerdekakan.
”Anak-anak kita juga tidak perlu lagi khawatir dengan tes kelulusan karena Asesmen Nasional yang sekarang kita gunakan tidak bertujuan untuk ’menghukum’ guru atau murid, tetapi sebagai bahan refleksi agar guru terus terdorong untuk belajar. Supaya kepala sekolah termotivasi untuk meningkatkan kualitas sekolahnya menjadi lebih inklusif dan bebas dari ancaman tiga dosa besar pendidikan,” ujar Nadiem.
Semangat pemulihan, ujar Nadiem, juga hadir dari para seniman dan pelaku budaya, yang mulai bangkit dan berkarya lagi dengan lebih merdeka. ”Itu semua berkat kegigihan kita untuk melahirkan terobosan dana abadi kebudayaan dan kanal budaya pertama di Indonesia. Dampaknya, sekarang tidak ada lagi batasan ruang dan dukungan untuk berekspresi, untuk terus menggerakkan pemajuan kebudayaan,” ujar Nadiem.
Nadiem mengajak para penggerak Merdeka Belajar di seluruh Indonesia agar tidak berhenti bergerak meski sejenak. ”Kita akan terus memegang komando, memimpin pemulihan bersama, bergerak untuk Merdeka Belajar,” katanya.
Jangan hanya utak-atik
Secara terpisah, Co-Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan Novi Poespita Chandra mengingatkan agar transformasi pendidikan yang ditawarkan jangan hanya mengutak-atik kurikulum/konten dan metodologi, tetapi lupa membangun interaksi kemanusiaan peserta didik. Akibatnya, ekosistem pendidikan perlahan-lahan tidak ”bernyawa” dan membuat kering jiwa generasi muda penerus bangsa.
Novi yang juga dosen psikologi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, ini memaparkan, sejak 2010 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi naiknya angka bunuh diri dan depresi pada anak muda sebesar 20 persen per tahun. Salah satunya diakibatkan oleh ekosistem pendidikan yang tidak relevan lagi dengan kondisi kehidupan anak-anak muda di era teknologi dan digital ini.
”Pendidikan ke depan mestinya fokus membekali anak-anak kecerdasan emosi dan sosial, serta keterampilan keseimbangan mental,” ujar Novi.
KOMPAS
Setelah libur Lebaran, semua sekolah di Jakarta kembali melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan kapasitas 100 persen. Pada hari pertama PTM, Kamis (12/5/2022), pihak sekolah memperketat aturan protokol kesehatan, mulai dari penggunaan masker, mencuci tangan, hingga pengecekan suhu.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Yayasan Nusantara Sejati Eka Simanjuntak mengatakan, setiap tahun ada banyak program pendidikan yang dilaksanakan dan banyak dana yang dihabiskan. Namun, ia menilai dampaknya terhadap peningkatan proses belajar dan mengajar di lembaga-lembaga pendidikan tidak signifikan.
Persoalan utama dalam upaya mentransformasi pendidikan, menurut Eka, visi pendidikan harus dapat diterjemahkan dan disusun ke dalam rencana aksi dan dilaksanakan secara efektif dan efisien. ”Persoalan utama kita selama ini adalah lemahnya kemampuan para birokrat di pusat dan daerah dalam menerjemahkan, merencanakan, dan mengeksekusi seluruh kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk mewujudkan visi yang ditetapkan,” ujarnya.
Hadirkan kekayaan Indonesia
Upacara Hardiknas tahun ini diikuti oleh 252 peserta secara luring dengan mengenakan pakaian adat dan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 yang ketat. Upacara diselenggarakan secara terbatas mengingat wilayah Jakarta masih berada pada Level 2 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Sebanyak 2.700 orang yang terdiri dari peserta didik berprestasi, duta rumah belajar, Guru Penggerak angkatan 1 dan 2, mahasiswa Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, alumni Kemah Budaya Kaum Muda dan para pegiat budaya, serta Duta Bahasa tahun 2020-2021 turut mengikuti upacara secara daring. Mendikbudristek juga memberikan secara simbolis Satya Lencana Karya Satya kepada enam orang yang mewakili 2.740 pegawai negeri sipil Kemendikbudristek.
Upacara Hardiknas tahun ini juga menghadirkan beberapa kekayaan Indonesia, seperti budaya tenun, minuman dari rempah yang biasa dikenal dengan nama jamu, serta tempe, yaitu makanan yang telah dibudayakan masyarakat Jawa sejak abad ke-16 Masehi. Upacara ditutup dengan pertunjukan seni reog ponorogo dari Paguyuban Reog Ponorogo Jabodetabek.