Bangun Kesadaran Kolektif Sekolah dan Orangtua untuk Cegah Kasus Hepatitis pada Anak
Masalah kesehatan pada anak akibat pandemi Covid-19 dan kini hepatitis akut perlu jadi kesadaran kolektif pihak sekolah dan orangtua. Perlu petunjuk bagi sekolah untuk meningkatkan perhatian pada masalah ini.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
KOMPAS
Hingga Sabtu (7/5/2022), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut penyebab pasti kasus hepatitis akut yang menginfeksi anak-anak masih belum diketahui.
JAKARTA, KOMPAS – Pencegahan kasus hepatitis misterius pada anak hendaknya menjadi perhatian dan kesadaran kolektif, khususnya bagi guru, siswa, dan orangtua. Pemerintah pusat dan daerah diminta untuk meningkatkan pengawasan dan mengevaluasi ketaatan protokol kesehatan di sekolah, termasuk pelaksanaan prinsip adaptasi kebiasaan baru.
Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Iman Zanatul Haeri, di Jakarta, Rabu (11/5/2022), mengatakan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Agama, dan pemerintah daerah perlu mengeluarkan surat edaran kepada sekolah, guru, siswa, orangtua, dan warga sekolah lainnya untuk tetap waspada terhadap pandemi Covid-19 ataupun hepatitis akut pada anak.
”Agar warga sekolah memiliki pemahaman yang baik, khususnya terkait kasus hepatitis misterius anak. Apa saja indikasi gejala, faktor penyebab, langkah pencegahan, serta kiat hidup bersih demi menjaga anak agar tidak tertular,” ujar Iman.
Mestinya warga sekolah jangan dulu euforia, status Covid-19 masih pandemi, belum endemi.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek Jumeri mengatakan, pihaknya menunggu respons dari Kementerian Kesehatan. ”Otoritas dari Kementerian Kesehatan untuk memberikan arahan,” ujar Jumeri.
Terkait pembelajaran tatap muka yang mulai aktif setelah libur Lebaran, Jumeri mengingatkan sekolah agar tetap melaksanakan protokol kesehatan. Panduan penyelenggaraan pembelajaran tatap muka tetap mengacu pada surat keputusan bersama empat menteri, yang mengacu pada level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Koordinator Nasional P2G Satriwan Salim mengatakan, pihaknya mendesak agar pengawasan dan evaluasi ketaatan protokol kesehatan di sekolah, termasuk pelaksanaan prinsip adaptasi kebiasaan baru, tetap dilakukan secara ketat. Sebab, P2G masih menemukan banyak pelanggaran protokol kesehatan (prokes) di sekolah setelah kebijakan pembelajaran tatap muka 100 persen dimulai beberapa bulan lalu.
”Prokes banyak dilanggar warga sekolah. Siswa maupun guru makin tak disiplin prokes. Apalagi pascamudik Lebaran ini. Mestinya warga sekolah jangan dulu euforia, status Covid-19 masih pandemi, belum endemi,” karta Satriwan.
Menurut Satriwan, langkah-langkah pencegahan penularan dan disiplin prokes di sekolah jadi upaya penting dan strategis untuk menurunkan angka sebaran Covid-19. Selain itu, juga demi mencegah penyebaran kasus hepatitis misterius anak agar tidak berubah menjadi pandemi, yang kembali akan berdampak terhadap kualitas pendidikan nasional.
Tingkatkan kewaspadaan
Sementara itu, Kementerian Kesehatan sampai saat ini masih melakukan investigasi melalui pemeriksaan panel virus lengkap dan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui lebih lanjut penyebab penyakit ini. Sejumlah daerah telah melaporkan dugaan kasus hepatitis anak kepada Kementerian Kesehatan.
Dokter spesialis anak konsultan gastro-hepatologi RSCM Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hanifah Oswari, mengatakan, meski belum diketahui pasti penyebab penyakit hepatitis akut pada anak, dugaan awal disebabkan oleh adenovirus, SARS CoV-2, virus ABV, dan lain-lain. Virus tersebut terutama menyerang saluran cerna dan saluran pernapasan.
Untuk mencegah risiko infeksi, Hanifah menyarankan agar orangtua meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan tindakan pencegahan. Langkah awal yang bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
”Untuk mencegah dari saluran pencernaan, jagalah kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi matang, tidak menggunakan alat-alat makan bersama dengan orang lain, serta menghindari kontak anak-anak kita dari orang yang sakit agar anak-anak kita tetap sehat,” papar Hanifah.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Siswa-siswi SD di Kendari, Sultra, bermain di kelas tanpa protokol ketat, Selasa (10/5/2022) . Kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak bermunculan di banyak tempat di Jawa. Meski begitu, pihak sekolah di Kendari belum mendapatkan pemahaman menyeluruh terkait kasus ini dan melaksanakan pembelajaran normal.
Pencegahan penularan hepatitis akut melalui saluran pernapasan adalah dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mengurangi mobilitas. Upaya lainnya, dengan memberi pemahaman kepada orangtua terhadap gejala awal penyakit hepatitis akut.
Perlu adanya kerja sama yang solid antara orangtua, tenaga kesehatan, dan fasilitas pelayanan kesehatan agar bisa menemukan gejala hepatitis akut sedini mungkin agar anak segera mendapatkan pertolongan medis. Secara umum, gejala awal penyakit hepatitis akut adalah mual, muntah, sakit perut, diare, dan kadang disertai demam ringan. Selanjutnya, gejala akan semakin berat, seperti air kencing berwarna pekat seperti teh dan buang air besar berwarna putih pucat.
”Bawalah anak-anak kita ke fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan) terdekat untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan. Jangan menunggu sampai gejalanya lebih berat karena kalau berat, kita kehilangan momentum untuk bisa menolong lebih cepat. Apalagi kalau sampai sudah terjadi penurunan kesadaran, kesempatan untuk menyelamatkannya sangat kecil,” tutur Hanifah.