Teater musikal yang menceritakan Inggit Garnasih akan diselenggarakan pada 20-21 Mei 2022 di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Teater musikal tentang sosok Inggit Garnasih, mantan istri Presiden Soekarno, akan dipentaskan secara tatap muka setelah sempat tertunda selama dua tahun akibat pandemi Covid-19. Nilai-nilai yang ada pada kisah Inggit bisa dipelajari untuk generasi masa kini.
Teater monolog ini digelar oleh Titimangsa Foundation. Seniman Happy Salma akan bermonolog di teater itu. Rencananya, pertunjukan akan diselenggarakan pada 20-21 Mei 2022 di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta. Sebelumnya, teater musikal ini hendak digelar pada April 2020, tapi batal karen pandemi.
“Hampir 50 persen orang yang beli tiket tidak mau melakukan refund (pengembalian dana). Mereka bilang akan menunggu kapan saja, yang penting pentas. Selama dua tahun ini sebenarnya ada rencana membatalkan pentas, tapi sulit. Akhirnya kami berpikir bahwa sekarang saat yang tepat untuk pentas,” kata Happy saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (10/5/2022).
Teater ini merupakan produk alih wahana dari buku Kuantar Kau ke Gerbang (1981) yang ditulis Ramadhan KH. Adapun skenario teater ditulis oleh Ratna Ayu Budhiarti. Teater ini diarahkan oleh sutradara Wawan Sofwan, serta diproduseri Happy Salma dan Marsha Timothy.
Setelah produksi teater mandek selama dua tahun, teater ini kembali dihidupkan dengan naskah yang baru. Happy mengatakan, naskah sebelumnya ditulis oleh Ahda Imran (penulis naskah seri monolog Di Tepi Sejarah berjudul Sepinya Sepi dan Kacamata Sjafruddin).
Naskah baru ini disebut punya sudut pandang yang baru pula. Teater ini juga dilengkapi dengan iringan musik orkestra dan nyanyian paduan suara. Pertunjukan teater ini akan berlangsung selama dua jam.
Kecil-kecilan
Teater mengenai sosok Inggit Garnasih pertama kali dipentaskan secara kecil-kecilan di sebuah universitas pada 2011. Pertunjukan ini menerima respons positif. Pentas pun dilakukan ke sejumlah universitas lain, kemudian skala pentas meluas atas permintaan sejumlah pihak.
Teater ini bercerita tentang kehidupan masa lalu Inggit Garnasih (1888-1984), perempuan asal Bandung. Ia mendampingi Soekarno sejak suaminya masih jadi mahasiswa. Inggit turut mencukupi kebutuhan hidupnya dan Soekarno, misalnya dengan berjualan bedak dan jamu.
Inggit “mengantar” Soekarno hingga ke Istana, kemudian meminta agar Soekarno menceraikan dirinya karena Soekarno hendak menikah lagi. Ia kembali ke Bandung setelah itu.
“Dia (Inggit) mungkin satu-satunya perempuan (yang punya peran) domestik saat gagasan kebangsaan masih berupa benih. Perannya tidak bisa dimungkiri,” kata Happy. “Yang menarik lainnya dari masa itu adalah kejujuran. Bagaimana dulu apa-apa dibicarakan dan diselesaikan. Integritas dan kejujuran itu yang sulit didapat di zaman sekarang,” tambahnya.
Pertunjukan ini menerima antusiasme publik. Tiket pertunjukan untuk tanggal 21 Mei 2022 telah habis terjual. Sementara itu, tiket untuk tanggal 20 Mei 2022 tersisa sekitar 25 persen dari total tiket yang ada.
Menurut Happy, hal tersebut menunjukkan bahwa seni pertunjukan kembali bergeliat. Kendati kapasitas maksimal ruang pentas hanya 75 persen, publik tetap antusias. Pegiat seni pertunjukan pun tak patah arang.
Sebelumnya, sutradara teater musikal Hai Pemuda: The Musikal, Rama Soeprapto, mengatakan, pertunjukannya yang berlangsung pada Maret 2022 ini adalah angin segar bagi seni pertunjukan. Para seniman kerap ragu menggelar pertunjukan selama pandemi. Ini merupakan momentum menggeliatkan lagi seni pertunjukan yang “tertidur”.
Ia menambahkan, ekosistem seni pertunjukan yang kuat diharapkan terbentuk. ”Kita punya talenta-talenta untuk seni pertunjukan musikal, tetapi ekosistemnya yang tidak ada. Selain dukungan pendanaan dan fasilitas, ruang belajar baik bagi aktor, penari, hingga teknisi lighting juga mesti dibuat,” ujar Rama (Kompas, 21/3/2022).
Happy menambahkan, para pegiat seni pertunjukan butuh dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak, seperti pemerintah dan swasta. Di sisi lain, penonton perlu dididik sejak dini agar mampu menyadari dan mengapresiasi seni.