Perjalanan antarkota ataupun antarnegara membuat anak rentan terpapar penyakit. Perilaku hidup bersih dan protokol kesehatan jadi kunci pencegahan penyakit.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Anak-anak rentan terpapar penyakit setelah melakukan perjalanan luar kota ataupun luar negeri. Pencegahannya, antara lain, dengan mematuhi protokol kesehatan Covid-19, menjaga kebersihan makanan dan minuman, serta mengenali gejala penyakit sejak dini.
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, arus mudik Lebaran kemarin membuat anak-anak bertemu dengan banyak orang. Interaksi ini terjadi sepanjang perjalanan, baik dari bandara maupun halte, selama silaturahmi Idul Fitri di kampung halaman, hingga saat anak kembali dari mudik.
”Ada potensi infeksi penyakit saat anak bertemu banyak orang. Anak juga berpotensi mengalami masalah pencernaan,” kata Piprim pada diskusi daring, Selasa (10/5/2022).
Menurut Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastrohepatologi IDAI Muzal Kadim, gangguan pencernaan pada anak sangat mungkin terjadi setelah masa Lebaran. Beberapa penyebabnya, yaitu perubahan pola hidup harian yang dialami anak, kelelahan, stres, dan pola makan tidak teratur.
Gangguan pencernaan yang kerap terjadi mencakup sakit perut, diare, konstipasi, muntah, keracunan makanan, dan intoleransi makanan. Orangtua perlu mengenali gejala gangguan itu agar bisa segera ditangani. Penanganannya pun diharapkan tepat.
Anak yang mengalami diare, misalnya, akan buang air besar lebih dari tiga kali sehari. Konsistensi feses pun lembek, berlendir, dan berbau busuk.
Diare disebabkan oleh infeksi rotavirus. Infeksi virus ini umumnya berasal dari makanan dan minuman yang tercemar, buruknya kondisi jamban atau sanitasi, hingga penggunaan air yang tidak bersih. Muzal mengatakan, anak yang terinfeksi rotavirus biasanya akan mengalami demam, muntah 2-3 kali, kemudian diare.
Diare juga disebabkan adenovirus. Adapun adenovirus tipe 41F diperkirakan berhubungan dengan penyakit hepatitis akut misterius yang saat ini menjadi perhatian dunia.
”Pada orang yang mengalami hepatitis, diare biasanya lebih jarang. Mereka mengalami mual hebat, lemas, dan sakit perut di bagian kanan atas,” kata Muzal.
Sementara itu, gejala pada pasien hepatitis akut antara lain adalah penurunan kesadaran, demam, muntah, dan diare. Air kencing pasien pun berwarna pekat, feses berwarna pucat, serta pasien mengalami sakit kuning (sklera mata dan kulit berwarna kuning). Gejala lain yang mungkin muncul adalah nyeri sendi, kehilangan nafsu makan, nyeri perut, hingga kejang.
Ketua UKK Infeksi Tropik IDAI Anggraini Alam mengatakan, saat anak demam, orangtua mesti memperhatikan kondisi anak secara menyeluruh. Selain suhu badan, yang perlu diperhatikan juga, antara lain, sejak kapan anak mulai demam, bagaimana pola demam yang dialami, dan muncul ruam atau tidak pada kulit.
Anak dari segala usia mesti dibawa ke dokter atau klinik bila suhu badannya di atas 40 derajat celsius, mengalami kejang demam, demam berulang, demam disertai ruam, dan bila mengalami penyakit kronis. Anak juga harus dibawa ke rumah sakit sesegera mungkin, antara lain, jika tidak merespons saat dibangunkan, sulit bernapas, serta bibir, kuku, dan lidah tampak membiru.
Karena salah satu gejala hepatitis akut adalah demam, anak dapat diperiksa lebih lanjut di laboratorium. Namun, Anggraini menyarankan agar orangtua berkonsultasi lebih dulu dengan dokter.
Piprim menambahkan, IDAI bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan pihak lain untuk menginvestigasi penyebab hepatitis akut. Surveilans terhadap penyakit ini juga dilakukan. Ia mengimbau agar masyarakat tidak panik. Selain mematuhi protokol kesehatan, upaya pencegahan penyakit mencakup mengonsumsi makanan dan air minum matang, tidak saling berbagi alat makan, dan menjaga kebersihan.
Hepatitis akut diumumkan pertama kali oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 23 April 2022. Empat hari setelahnya, tiga dugaan kasus hepatitis akut ditemukan di Jakarta. Jumlah kasus di Indonesia hingga kini 15 kasus. Penyakit ini ditemukan pula di Inggris, Spanyol, hingga Amerika Serikat,