Penyair dan Aktris Perempuan Diberi Penghargaan UNESCO-Sharjah Prize for Arab Culture
UNESCO memberikan penghargaan Sharjah Prize pada 2022 kepada penyair Dunya Mikhail dan aktris Helen al-Janabi. Keduanya dinilai berperan untuk diseminasi seni budaya Arab di dunia.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
AFP/KARIM SAHIB
Kurator Sultan Sooud al-Qassem difoto saat wawancara di sela-sela Sharjah Art Museum, 24 Agustus 2020.
JAKARTA, KOMPAS – Penyair keturunan Amerika-Irak, Dunya Mikhail, dan aktris Swedia keturunan Irak-Suriah, Helen al-Janabi, akan menerima penghargaan UNESCO-Sharjah Prize for Arab Culture. Karya mereka dinilai signifikan untuk promosi kebudayaan dan seni Arab di dunia internasional.
”Melalui apa yang mereka kerjakan, keduanya mengomunikasikan isu-isu kompleks dan membuatnya dapat diakses audiens luas. Kapasitas tersebut, berikut dedikasi mereka terhadap keunggulan artistik dan dialog sosial, telah mendorong juri untuk memilih mereka sebagai penerima penghargaan Sharjah Prize,” kata dewan juri seperti dilansir melalui laman UNESCO, Minggu (8/5/2022).
Para pemenang dipilih oleh Direktur Jenderal UNESCO. Sebelumnya, dewan juri mengajukan sejumlah nama yang direkomendasikan sebagai penerima penghargaan. Orang-orang yang direkomendasikan adalah pihak yang punya kontribusi signifikan terhadap perkembangan, diseminasi, dan promosi budaya Arab di dunia.
TANGKAPAN LAYAR LAMAN UNESCO
Penyair keturunan Amerika-Irak Dunya Mikhai (kiri) dan aktris Swedia keturunan Irak-Suriah Helen Al-Janabi (kanan) akan menerima penghargaan UNESCO-Sharjah Prize for Arab Culture di Markas UNESCO, Paris pada 30 Mei 2022. Penghargaan ini diberikan kepada dua individu, kelompok, maupun organisasi yang berperan signifikan untuk diseminasi seni dan budaya Arab di dunia.
Adapun dewan juri terdiri dari lima orang ahli di bidang budaya Arab. Beberapa di antaranya adalah sutradara dan penulis skenario Tunisia Mohamed Ben Attia; Associate Professor di bidang literatur Arab di School of Philosophy and Humanities, Universidad de Chile, Maria Olga Samamé Barrera; dan Profesor dari Department of History of Art and Visual Studies Cornell University Salah M Hassan.
Penghargaan Sharjah Prize akan diberikan secara resmi di Markas UNESCO, Paris, pada 30 Mei 2022. Hadiah dari penghargaan ini adalah uang senilai 60.000 dollar AS. Hadiah itu akan dibagi sama rata untuk kedua pemenang, yaitu Dunya Mikhail dan Helen al-Janabi.
Dunya Mikhail adalah penyair kelahiran Baghdad, Irak. Ia bekerja sebagai penerjemah dan jurnalis, kemudian pindah ke Amerika Serikat. Karyanya berupa puisi, terjemahan, dan buku seperti The War Works Hard. Karya-karyanya bicara tentang kengerian perang, migrasi, kerugian negara, serta kompleksitas yang dihadapi publik akibat perang.
Sementara itu, Helen al-Janabi merupakan aktris yang bermukim di Stockholm, Swedia. Karya-karyanya bertema pengungsian, eksil paksa, bahasa, dan kohesi sosial. Tema tersebut merupakan refleksi dari pengalamannya sebagai pengungsi Suriah. Al-Janabi juga mendirikan Arabiska Teatern, sebuah kelompok teater berbahasa Arab pertama dan satu-satunya di Eropa.
Penghargaan Sharjah Prize dibentuk pada 1998 atas inisiatif Uni Emirat Arab. Ini sebagai peringatan atas ditetapkannya Sharjah sebagai Ibu Kota Kebudayaan Dunia Arab pada 1998.
Sharjah Prize yang kemudian dikelola oleh UNESCO ini memberi penghargaan kepada dua pihak (individu, kelompok, maupun organisasi) setiap tahun. Para penerima penghargaan bisa berasal dari Dunia Arab maupun di luar Arab. Penghargaan ini mulai diberikan pada 2001. Selain Mikhail dan Al-Janabi, ada 18 individu dan organisasi lain yang telah menerima penghargaan ini.
”Para penerima penghargaan merepresentasikan generasi baru peneliti, seniman, filsuf, penulis, dan penerjemah dengan keinginan mendalam untuk mencapai dialog yang tulus antara budaya Arab dan budaya lain,” kata Asisten Direktur untuk Kebudayaan UNESCO Francesco Bandarin.
Indonesia juga pernah meraih sejumlah penghargaan dari UNESCO. Salah satu penghargaan itu diberikan untuk program pemberantasan buta aksara pada 2012. Pada 2019, organisasi yang berbasis di Bali, BASAbali Wiki, mendapatkan The UNESCO Confucius Prize for Literacy atas upaya mereka untuk melestarikan bahasa daerah.