Indonesia Tawarkan Gagasan Dana Global Pemulihan Kebudayaan
Presidensi G20 Indonesia bidang Kebudayaan menjadi kesempatan untuk menunjukkan kontribusi kebudayaan di era normal baru pascapandemi yang berkelanjutan dan pemulihan sektor budaya dunia.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS – Kepemimpinan Presidensi G20 Indonesia di bidang kebudayaan tidak hanya menghasilkan pernyataan bersama para pemimpin negara G20 untuk mengembangkan konsensus global dalam era normal baru pascapandemi Covid-19 yang berkelanjutan dan berbasis budaya. Dalam kesempatan ini, Indonesia mengusulkan pembentukan jaringan aksi bersama Global Arts & Culture Recovery Fund atau dana pemulihan global di bidang seni dan budaya.
Manajer G20 Culture Ministers Meeting Ananto Kusuma Seta di Bogor, Selasa (26/4/2022), menjelaskan, kepemimpinan Presidensi G20 Indonesia juga sampai pada aksi nyata untuk memulihkan kebudayaan yang diakui perannya sebagai jalan untuk normal baru yang lebih berkelanjutan. Dana global dikumpulkan secara sukarela dari anggota G20 sebagai wujud gotong-royong pemulihan dampak kebudayaan akibat pandemi bari para pelaku kebudayaan.
Pengelolaan dana yang terkumpul dari tahun 2022 hingga lima tahun ke depan akan diserahkan kepada UNESCO. Dana ini juga bisa dipakai untuk mendukung negara-negara di luar G20 yang membutuhkan.
Menurut Ananto, kekuatan kebudayaan untuk pemulihan kehidupan dunia yang berkelanjutan dan berkeadilan dibutuhkan sebagai solusi karena selama ini pendekatan yang dilakukan hanya dari sisi ekonomi, industri 4.0, dan teknologi digital. Keyakinan jalan kebudayaan untuk hidup normal baru berkelanjutan yang disepakati negara G20 juga akan dibawa ke UNESCO dalam UNESCO World Conference on Cultural Policies di Mondacult, Mexico pada September nanti.
Jalan kebudayaan menuju kehidupan berkelanjutan akan ditampilkan secara nyata di kehidupan masyarakat Indonesia pada rangkaian event budaya G20 hingga pertemuan puncak para Menteri Kebudayaan negara G20 pada September nanti di Candi Borobudur. Indonesia dengan kekuatan budaya yang dimiliki akan menawarkan pengalaman nyata bagi para peserta tentang budaya lokal di 20 desa sekitar Candi Borobudur yang mempraktikkan gaya hidup berkelanjutan, seperti tidak ada plastik, makan dengan daun, juga peristiwa budaya arak-arakan dan rapat raksasa hingga ruwat bumi.
Menurut Ananto, pemilihan Candi Bordobudur menjadi pesan kepada generasi selanjutnya tentang warisan budaya yang dipraktikkan masyarakat sekitar Borobudur. Ada relief di Candi Borobudur yang menunjukkan aktivitas seperti menanam rempah hingga membuat jamu, sebagai bagian gaya hidup berkelanjutan.
Dana abadi kebudayaan
Kebudayaan yang memiliki kekuatan untuk mendukung hidup baru yang berkelanjutan juga terus mendapat perhatian. Komitmen pemerintah Indonesia lewat dana abadi kebudayaan atau dana Indonesiana bisa menjadi inspirasi untuk global tentang pendanaan kebudayaan serta mendorong lahirnya inisiatif-inisiatif dalam mewujudkan kegiatan-kegiatan kebudayaan yang memiliki nilai kreativitas, inovasi, pewarisan nilai buaya, pelestarian kearifan lokal, memperkuat karakter bangsa, dan merawat keberagaman budaya, serta menumbuhkan sikap toleransi antarbudaya.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek Fitra Arda mengatakan, di tahun 2022 ini bunga dari dana abadi kebudayaan sebesar Rp 185 miliar akan digunakan untuk mendukung pemajuan kebudayaan. Bunga tersebut berasal dari hasil pengembangan dana abadi kebudayaan sebesar Rp 3 triliun yang diberikan pemerintah . Adanya dana abadi kebudayaan membuka kesempatan bagi pelaku dan komunitas kebudayaan untuk mengakses pendanaan dalam berkarya dan berkreativitas.
Fitra mengatakan, pemanfaatan dana Indonesiana untuk berbagai program pemajuan kebudayaan hingga riset kebudayaan sampai saat ini masih belum memenuhi kuota. Para pelaku kebudayaan umumnya mesih terkendala masalah administrasi dalam pengajuan proposal untuk sejumlah program yang sudah ditetapkan tahun ini.
“Kami terus menyosialisasikan dana Indonesiana ini dan juga memberikan pendampingan bagi individu maupun komunitas budaya yang ingin mengajukan proposal. Yang terpilih oleh tim profesional nantinya juga didampingi untuk melaporkan pertanggungjawaban. Harus diakui soal administrasi seperti akta pendirian lembaga/komunitas, pembuatan proposal program, hingga pelaporan keuangan masih jadi kendala di kalangan pelaku budaya,” ujar Fitra.