Pendidikan Diploma III Ditingkatkan Jadi Sarjana Terapan
Pendidikan vokasi diploma III ditingkatkan menjadi sarjana terapan. Perubahan ini diminati banyak perguruan tinggi.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengeluarkan 113 surat keputusan izin pembukaan program studi sarjana terapan. Perubahan pendidikan vokasi jenjang diploma III menjadi diploma IV atau sarjana terapan diminati perguruan tinggi.
Penyerahan surat keputusan (SK) izin pembukaan program studi sarjana terapan dilakukan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Wikan Sakarinto kepada enam perwakilan perguruan tinggi, yaitu Politeknik Manufaktur Bandung, Politeknik Negeri Jakarta, Politeknik Negeri Bali, Politeknik Enjinering Indorama, Politeknik Meta Industri, dan Universitas Kristen Indonesia. Penyerahan bertepatan dengan acara Sosialisasi Program Competitive Fund (CF) Vokasi 2022, Kamis (21/4/2022).
Dari 113 kampus yang mendapat SK, sebanyak 45 kampus merupakan penerima bantuan CF Vokasi 2021. Program CF Vokasi tahun lalu berhasil membantu 232 program studi di 167 perguruan tinggi, dengan total nilai sebesar Rp 114 miliar, serta memberi manfaat kepada sekitar 6.000 mahasiswa dan 2.000 dosen. Program ini juga melibatkan 344 mitra industri dan 64 mitra sekolah menengah kejuruan.
Wikan memaparkan, transformasi diploma III menjadi diploma IV/sarjana terapan dilakukan tiap perguruan tinggi bersama industri dengan skema link and match yang komprehensif, sejalan dengan semangat Kampus Merdeka. Penyerahan SK sarjana terapan diharapkan turut mendorong peningkatan mutu dunia pendidikan tinggi vokasi agar makin terpadu dengan dunia industri dan usaha.
”Peningkatan atau upgrading diploma III menjadi sarjana terapan bukan sekadar menambah satu tahun masa studi, tetapi menghadirkan program studi sarjana terapan yang kurikulumnya disusun bersama industri dan dunia kerja. Selain itu, program magang industri dirancang bersama industri serta pembelajarannya makin menguatkan aspek soft skills, kepemimpinan, kemampuan inovasi, serta karakter lulusan yang lebih siap memasuki dunia kerja. Keterampilan para sarjana terapan tidak akan kalah dari lulusan diploma tiga,” ujar Wikan.
Sampai saat ini, jumlah usulan upgrading prodi diploma III menjadi sarjana terapan masih terus bertambah dari berbagai perguruan tinggi seluruh Indonesia. Lulusan sarjana terapan nantinya bisa melanjutkan ke program studi S-2 terapan, baik di dalam maupun di luar negeri. Sarjana terapan setara dengan S-1 dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), yaitu level 6. Sarjana terapan didesain menerapkan minimal 60 persen praktik, sisanya teori.
Wikan menambahkan, dalam beberapa tahun terakhir, minat lulusan SMA, SMK, dan MA untuk masuk ke program studi sarjana terapan terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari data jumlah peminat dan pendaftar di jalur SNMPTN 2022 untuk perguruan tinggi vokasi.
Dengan demikian, perguruan tinggi vokasi akan mendapatkan calon mahasiswa baru yang lebih memiliki minat dan potensi pendidikan tinggi vokasi. Ke depan, mereka akan lebih semangat kuliah sehingga menjadi pembelajar sepanjang hayat.
”Input mahasiswa baru yang memiliki passion, minat, dan bakat yang sesuai akan lebih memperbesar peluang dirinya kelak menjelma menjadi lulusan yang berkualitas. Sebab, mereka mengikuti pendidikan dengan senang dan menyenangi pekerjaan yang kelak dipilih di masa depan,” kata Wikan.
Kehadiran praktisi dan ahli dari industri dan dunia kerja sebagai pengajar/dosen tamu di program studi sarjana terapan juga makin banyak. ”Ada ratusan praktisi industri yang mengajar, dan harapannya, semakin baik capaian pembelajaran para mahasiswa. Para ahli industri saat ini sudah mulai disiapkan dan dilatih, terutama untuk aspek pedagogi serta kesiapan menjadi pembimbing mahasiswa ketika magang di industri,” tuturnya.
Lulusan sarjana terapan nantinya bisa melanjutkan ke program studi S-2 terapan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Selain peningkatan jumlah program studi vokasi jenjang sarjana terapan, upaya peningkatan lain juga dilakukan lewat Program Diploma II Jalur Cepat. SMK berkolaborasi dengan PT vokasi untuk langsung melanjutkan ke diploma II dalam waktu yang lebih cepat dan memperkuat magang industri. Lulusan diploma II jalur cepat juga berpotensi untuk melanjutkan ke sarjana terapan.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, pelibatan mitra industri dan usaha lewat program CF Vokasi menghasilkan 464 kerja sama link and match pada aspek penyelarasan kurikulum, pemagangan mahasiswa, praktik mengajar, serta penyerapan lulusan yang sesuai kebutuhan industri. Dukungan meningkatkan mutu pendidikan vokasi juga diwujudkan dengan peluncuran program pertukaran pelajar Indonesian International Students Mobility Awards (IISMA) edisi vokasi.
”Akselerasi peningkatan kualitas pendidikan vokasi akan semakin meningkat ke depan,” ujarnya.
Menurut Nadiem, kolaborasi link and match yang menyeluruh, bukan sekadar hitam di atas putih, dibutuhkan untuk membantu para pelajar vokasi mempersiapkan diri menghadapi tantangan dunia kerja.
Pada pendanaan CF Vokasi 2022 ini, program penguatan juga ditujukan bagi program studi sarjana terapan dan diploma II yang reguler dengan syarat telah memiliki lulusan, terakreditasi, dan telah menjalankan praktik baik sistem penjaminan mutu internal. Ada dua fokus utama program, yaitu penyiapan dan penguatan.
Transformasi program studi diploma III menjadi program sarjana terapan merupakan skema pertama yang ditawarkan dalam program penyiapan. Skema lainnya adalah program pembukaan Diploma II Jalur Cepat. Dana bantuan CF Vokasi 2022 dapat dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan lokakarya, diskusi terpumpun, dan kegiatan peningkatan kompetensi SDM tidak bergelar, seperti pelatihan, sertifikasi kompetensi, dan magang industri.
Pelibatan mitra industri dan dunia kerja, lanjut Nadiem, menghasilkan 464 kerja sama link and match pada aspek penyelarasan kurikulum, pemagangan mahasiswa, praktisi mengajar, serta penyerapan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan industri.
Secara terpisah, Ketua Bidang Ketenagakerjaan dan Jaminan Sosial Asosiasi Pengusaha Indonesia Anton Supit mengatakan, Indonesia harus serius mengimplementasikan pendidikan vokasi agar bermanfaat untuk meningkatkan kemajuan bangsa. Rujukan pendidikan vokasi berkualitas sudah ada, salah satunya Jerman, Indonesia bisa meniru dengan penyesuaian.
”Keterlibatan industri harus ada dalam pendidikan vokasi, tetapi bukan sekadar terlibat jadi tempat magang. Namun, ada kewenangan yang setara dengan pemerintah/pemerintah daerah dalam mengembangkan pendidikan vokasi berbasis demand, bukan lagi supply,” kata Anton.