Disrupsi digital mendesak agar media massa segera bertransformasi. Kendati demikian, media tidak boleh meninggalkan perannya untuk mengedukasi publik melalui pemberitaannya.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Media massa berperan penting untuk mengedukasi publik dengan berita yang dalam dan lengkap. Kualitas tersebut diperlukan karena disrupsi digital membuat media beradu cepat memublikasikan berita tanpa memperhatikan kedalaman. Padahal, isu publik masa kini kian kompleks.
Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh, Rabu (20/4/2022), di Jakarta, mengatakan, kompleksitas sosial berkembang lebih cepat dibandingkan kemampuan manusia untuk memahami hal itu. Akibatnya, ada misteri atau black zone yang membuat manusia sulit memaknai suatu fenomena. Hal ini mendorong publik untuk menyederhanakan suatu masalah.
”Namun, saat disederhanakan, ada ribuan variabel yang harus dibuang. Kalau yang terbuang adalah hal esensial, hilang pula esensi masalahnya,” kata Nuh saat berkunjung ke kantor Kompas. ”Kompas dapat menjembatani kompleksitas sosial itu dengan (keterbatasan) kapasitas kognitif kita,” tambah dia.
Menurutnya, media massa berperan untuk menawarkan analisis mendalam akan suatu isu ke publik. Dengan demikian, publik tercerahkan, terlatih untuk berpikir kritis, dan akhirnya mampu melihat sebuah isu secara menyeluruh.
Media massa juga perlu bertransformasi agar terus relevan dengan tantangan zaman.
Kebiasaan menyederhanakan masalah juga didorong dengan peredaran berita yang menampilkan informasi secara singkat. Selain itu, berita yang bernilai penting kerap kalah bersaing dengan informasi viral di media digital. Ini memengaruhi kualitas informasi yang dikonsumsi masyarakat.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan, industri pers Indonesia mengalami berbagai tantangan selama dua tahun terakhir. Selain pandemi Covid-19, industri pers juga menghadapi disrupsi digital dan persaingan dengan platform digital raksasa asing.
Hal ini mengubah lanskap persiangan media secara signifikan. Tren media yang mengejar jumlah klik pun tumbuh. Akibatnya, informasi dan konten yang beredar sekadar mengejar popularitas atau viral, menyesatkan, bahkan mengadu domba (Kompas.id, 9/2/2022).
”Dalam kondisi penuh tekanan ini, media-media arus utama harus secepatnya bertransformasi, semakin inovatif, meningkatkan teknologi untuk mengakselerasi pertumbuhan yang sehat,” kata Presiden pada peringatan Hari Pers Nasional, Rabu (9/2/2022).
Menurut Pemimpin Redaksi Harian Kompas Sutta Dharmasaputra, masalah yang terjadi di dunia makin kompleks dan akan berdampak ke setiap individu. Ia mencontohkan, gejolak politik antara Rusia dan Ukraina pada akhirnya berdampak ke pedagang gorengan di Indonesia. Sebab, konflik tersebut menyebabkan kelangkaan minyak goreng di Indonesia.
”Ketika masalah semakin kompleks, tetapi informasi di negeri ini semakin sederhana. Hal ini akan berdampak ke banyaknya penyesatan informasi, bahkan pembodohan. Solusi yang dihasilkan juga akan keliru karena pemetaan masalahnya saja sudah salah. Di situlah jurnalisme seharusnya hadir,” ucap Sutta.
Pelaksana Tugas General Manager Litbang Kompas Kristanto Hadisaputro menambahkan, media massa juga perlu bertransformasi agar terus relevan dengan tantangan zaman. Alih media dari media konvensional ke digital diperlukan. Selain itu, mengeksplorasi konten yang menarik dan interaktif pun penting agar relevan dengan audiens dari berbagai generasi.
Dalam rangka memberikan akses berita mendalam dan berkualitas, Kompas memberikan tablet berisi aplikasi Kompas.id kepada 100 pelanggan. Akun mereka telah diatur agar dapat diakses seumur hidup.