Pandemi Covid-19 meningkatkan kebutuhan kecakapan digital pelajar, pekerja, hingga para perempuan. Pelatihan kecakapan digital pun mulai banyak disediakan, baik secara gratis maupun berbayar.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·6 menit baca
KOMPAS/ILHAM KHOIRI
Kegiatan literasi digital digelar Facebook dan Yayasan Cinta Anak Bangsa di Jakarta, akhir Juni 2019. Generasi muda diperkenalkan pada media sosial dan bagaimana memahami informasi secara lebih kritis.
JAKARTA, KOMPAS — Peningkatan kecakapan digital yang didorong akibat pandemi Covid-19 semakin menjadi kebutuhan banyak orang saat ini. Program peningkatan kecakapan digital untuk kehidupan sehari-hari disiapkan bagi siswa, perempuan, hingga pekerja agar mampu mampu beradaptasi dengan dinamika baru di dunia kerja.
Dari laporan Amazon Web Services, Inc (AWS), anak perusahaan Amazon.com, yang dirilis akhir Maret 2022, misalnya, terpantau sebanyak 98 persen pekerja di Indonesia menyampaikan bahwa mereka butuh meningkatkan kapasitas di bidang digital dalam tugas sehari-hari mereka. Tahun depan diproyeksikan akan ada peningkatan 17,2 juta karyawan di Indonesia yang butuh mengikuti pelatihan digital untuk mendukung kinerja mereka.
Angka ini setara dengan 13 persen dari seluruh jumlah angkatan kerja di Indonesia. Meski demikian, hanya 36 persen perusahaan di Indonesia yang sudah siap menyelenggarakan pelatihan yang dibutuhkan.
Hal tersebut muncul dalam laporan bertajuk ”AWS Building Skills for the Changing Workforce” yang disiapkan oleh firma konsultan strategis dan ekonomi AlphaBeta, atas dukungan AWS. Laporan disusun berdasarkan hasil survei yang menyasar 1.035 karyawan berkecakapan digital, baik yang berkecimpung di bidang teknologi maupun nonteknologi, serta 300 orang pemberi kerja yang mewakili organisasi atau perusahaan di Indonesia dari sektor publik, swasta, ataupun nirlaba.
Direktur AlphaBeta untuk Wilayah Asia Pasifik (APAC) Genevieve Lim, Selasa (12/4/2022), menyampaikan, kebutuhan untuk peningkatan kecakapan digital mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laporan ini menunjukkan pandemi Covid-19 telah mengakselerasi munculnya kebutuhan untuk penyelenggaraan pelatihan bagi pekerja dari kalangan teknologi ataupun nonteknologi di Indonesia. Ini juga yang mendorong organisasi mempercepat terwujudnya transformasi digital untuk menjaga daya saing mereka.
”Bertransisi menuju ke perekonomian digital-first menjadi kunci dalam upaya pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19, sekaligus membangun fondasi perekonomian yang makin kuat di masa depan. Ini tentu perlu kolaborasi dan peran serta dari pemerintah bersama-sama dengan kalangan perusahaan, karyawan, penyelenggara pelatihan dalam turut mendukung terpenuhinya kebutuhan penyelenggaraan pelatihan digital yang terus meningkat saat ini,” papar Lim.
Kesenjangan jender
Peluang ekonomi digital diharapkan tidak memperlebar kesenjangan jender. Untuk itu, Lazada, salah satu platform e-commerce, meluncurkan Lazada Foundation guna memberdayakan perempuan dan kaum muda untuk mendapatkan edukasi ekonomi digital agar dapat mempersempit kesenjangan jender digital.
Lazada Foundation berkomitmen memberikan beasiswa dan menyediakan kesempatan berkarier bagi talenta muda di enam pasar di Asia Tenggara: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
General Counsel Lazada Group dan salah satu anggota di dewan pembina Lazada Foundation, Gladys Chun, mengatakan, riset bersama dengan International Finance Corporation tahun lalu menemukan bahwa pasar e-commerce atau niaga-el Asia Tenggara dapat tumbuh lebih dari 280 miliar dollar AS pada tahun 2025-2030 jika lebih banyak perempuan mendapatkan pelatihan dan dukungan finansial yang lebih baik.
”Lazada berkomitmen untuk menutup kesenjangan jender. Melalui Lazada Foundation, lebih banyak lagi perempuan di Asia Tenggara yang dapat diberdayakan secara ekonomi untuk memiliki peran lebih besar dalam ekosistem e-commerce digital,” kata Gladys.
Beasiswa Lazada Foundation dirancang untuk mendukung talenta muda mengejar pendidikan dan unggul secara akademik tanpa hambatan finansial. Selain itu, talenta muda ini juga akan memperoleh kesempatan magang dan karier, yang akan berkontribusi pada perkembangan mereka secara menyeluruh dan melengkapi mereka dengan berbagai kemampuan e-commerce untuk dunia digital masa depan.
Tahun depan diproyeksikan akan ada peningkatan 17,2 juta karyawan di Indonesia yang butuh mengikuti pelatihan digital untuk mendukung kinerja mereka.
Evelyn Yonathan Haer, Chief People Officer Lazada Indonesia, mengatakan, tahun ini Lazada menyambut 30 Lazada Forward Scholars terpilih yang akan memulai perjalanan mereka untuk menjadi talenta masa depan ekonomi. Sebagai negara dengan populasi usia produktif yang terus bertumbuh, perempuan dan kaum muda adalah penggerak masa depan ekonomi Indonesia yang penting.
Studi Lazada pada akhir tahun lalu mengenai perkembangan talenta digital menunjukkan bahwa ada empat pendekatan untuk menghasilkan talenta yang siap masuk ke dalam industri, yakni sebuah ekosistem pendidikan yang selaras dengan industri, program pengembangan untuk siap masuk industri, keberlanjutan pertumbuhan bisnis dan karier, serta pelatihan inklusif yang dapat diakses dengan mudah.
Pelajar-pelajar terpilih dari penerima Lazada Forward Scholarship akan berpartisipasi lebih jauh dalam program LazPrentice, sebuah program magang lima bulan dengan Lazada Indonesia untuk memberikan pengalaman langsung yang mendalam bagaimana bekerja dalam salah satu platform perdagangan digital terkemuka di Asia Tenggara.
Selain menggandeng talenta muda dengan keunggulan akademik yang luar biasa, Lazada Foundation juga bekerja dengan mitra strategis lokal untuk menyediakan peluang bagi perempuan dan kaum muda yang kurang mampu. Di Indonesia, unit bisnis dari Lazada, Lazada Logistics, akan menyediakan dana bantuan pendidikan, bekerja sama dengan mitra institusi pendidikan, bagi anggota keluarga potensial dari para mitra kurir melalui Gerakan Solidaritas Lazada Logistics.
KRISTIAN OKA PRASETYADI UNTUK KOMPAS
Chief Marketing Officer Lazada Indonesia Monika Rudijono (tengah) berfoto bersama artis-artis Asia Tenggara sebelum konser Lazada Super Party, Selasa (26/3/2019).
Kebutuhan pelatihan
Berdasarkan laporan Amazon Web Services, beragam pelatihan untuk peningkatan kecakapan yang dibutuhkan, seperti menggunakan peranti-peranti berbasis cloud, peranti-peranti pengembang, software komunikasi berbasis cloud, software akuntansi, dan softwarecustomer relationship management (CRM), akan menjadi yang paling banyak diminati pada tahun 2025. Kecakapan digital lainnya yang dibutuhkan adalah kecakapan di bidang keamanan siber.
Sementara program peningkatan kecakapan di bidang komputasi cloud level atas, kemampuan untuk memigrasikan fasilitas on-premises ke cloud, serta perancangan arsitektur cloud akan masuk ke dalam 10 besar jenis kecakapan digital yang paling banyak diminati di Indonesia.
Riset ini juga memprediksi bahwa jenis kecakapan lain di bidang cloud level atas, seperti machine learning, akan banyak dibutuhkan di sektor industri kesehatan, pertanian, teknologi finansial, media, hingga hiburan. Perusahaan-perusahaan juga menyampaikan banyak manfaat yang dirasakan dengan mendukung penyelenggaraan program pelatihan peningkatan kapasitas SDM di lingkungan perusahaan.
Untuk memupus dan menghadirkan solusi atas kesenjangan digital saat ini, AWS berinvestasi hingga ratusan miliar dollar AS secara global sebagai bentuk komitmennya dalam menghadirkan program pelatihan cuma-cuma untuk peningkatan kecakapan di bidang komputasi cloud yang dinikmati sekitar 29 juta peserta. AWS menawarkan lebih dari 500 program pelatihan digital gratis bagi siapa pun yang berminat untuk belajar dan punya akses internet. Dari sekian program pelatihan, 200 di antaranya adalah program pelatihan bahasa Indonesia.
Salah satu program yang sukses dijalankan adalah Laptops for Builders, yakni program pembelajaran dasar-dasar mengenai teknologi cloud secara cuma-cuma bagi siswa sekolah menengah ataupun vokasi yang diajarkan dalam bahasa Indonesia. Dari tahun 2017 hingga saat ini, AWS sudah melatih lebih dari 300.000 peserta didik Indonesia dengan kecakapan di bidang cloud.
Muhammad Naufal Khairul, siswa Madrasah Aliyah Mu'allimin Muhammadiyah, Yogyakarta, mengambil kelas pemrograman AWS secara cuma-cuma selama pandemi dan melanjutkan pelatihan mengenai komputasi cloud melalui program Laptops for Builders yang diselenggarakan di sekolahnya. Dia bermimpi bisa berkarier di bidang teknologi.
”Ketika pandemi, saya putuskan untuk lebih mendalami teknologi dan pemrograman. Saya ambil kursus daring gratis, seperti Back-End Developer Learning Path dari AWS yang ada di platform Dicoding. Kemudian melalui program Laptop for Builders, saya meneruskan mengikuti pelatihan untuk memperdalam pemahaman saya mengenai komputasi cloud. Saya ingin terus mendalami bidang teknologi informasi, dan ke depan, semoga pekerjaan saya ini nantinya bisa membawa manfaat bagi bangsa Indonesia,” kata Naufal.