Kuliah dengan Platform ”Metaverse” Diharapkan Ungkit Kompetensi Mahasiswa dan Dosen
Kontribusi perguruan tinggi sangat penting untuk membangun ekosistem ”metaverse” di Indonesia. Selain menjadi sumber pengetahuan dari riset-risetnya, kampus juga mempunyai sumber daya manusia melimpah lewat mahasiswanya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Perkembangan teknologi digital memacu sejumlah perguruan tinggi di Indonesia menerapkan perkuliahan menggunakan platform metaverse. Interaksi pembelajaran dalam ruang virtual itu diharapkan meningkatkan kompetensi mahasiswa dan dosen untuk berkontribusi pada pembangunan bangsa.
Berkolaborasi dengan WIR Group, Universitas Multimedia Nusantara (UMN) sedang menyiapkan konten-konten pembelajaran yang akan diaplikasikan pada teknologi metaverse. Pada tahap awal, sistem ini akan digunakan di Fakultas Seni & Desain serta Fakultas Teknik & Informatika.
”Kami selalu mendorong rekan-rekan di UMN untuk seiring dengan dinamika kemajuan teknologi, termasuk metaverse ini,” ujar Rektor UMN Ninok Leksono saat menandatangani nota kesepahaman dengan WIR Group di Kampus UMN, Gading Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (1/4/2022).
Ninok menyebutkan, metaverse memungkinkan menggabungkan ruang virtual dan nyata. Ia berharap, MOU itu menambah wawasan sivitas akademika UMN sekaligus bisa mengikuti derap kemajuan teknologi.
Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan UMN Andrey Andoko menuturkan, pihaknya mulai memproduksi sejumlah konten pembelajaran untuk digunakan dalam metaverse. Menurut dia, sejumlah bidang keahlian, seperti seni dan desain, sangat membutuhkan dukungan teknologi virtual reality (VR) dan augmented reality (AR).
Melalui kerja sama tersebut, UMN berkesempatan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman WIR Group dalam membangun ekosistem metaverse di Tanah Air. Hal ini memungkinkan sumber daya manusia di WIR Group untuk berbagi ilmu di kampus.
Andrey menilai, hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam memberdayakan praktisi mengajar di kampus. Selain itu, beragam bidang keahlian yang dibutuhkan industri dapat diakomodasi dalam kurikulum.
Kontribusi perguruan tinggi sangat penting untuk membangun eksosistem metaverse di Indonesia.
”Manfaatnya tidak hanya untuk mahasiswa, tetapi juga meningkatkan kompetensi para dosen. Dosen pun punya riset-riset yang bisa diterapkan dalam metaverse,” jelasnya.
Andrey menyebutkan, MOU dengan WIR Group akan berjalan selama tiga tahun. Sejumlah konten pembelajaran yang sudah disusun akan segera dipakai dengan platform virtual itu.
”Kami sebenarnya sudah mempunyai expertise-nya. Mungkin bukan dalam artian metaverse, melainkan komponen-komponen yang merancangnya,” ujarnya.
Chief Marketing Officer WIR Group Gupta Sitorus mengatakan, kontribusi perguruan tinggi sangat penting untuk membangun eksosistem metaverse di Indonesia. Sebab, selain menjadi sumber pengetahuan dari riset-risetnya, kampus juga mempunyai sumber daya manusia melimpah melalui mahasiswanya yang dibekali beragam keahlian.
”Harapannya, teman-teman di kampus mendapatkan gambaran kompetensinya dan mengaplikasikannya. Ini menjadi jembatan untuk melihat realitas di dunia nyata melalui ruang virtual,” jelasnya.
Gupta mengatakan, pihaknya berupaya agar teknologi metaverse berkembang secara inklusif agar dapat diakses oleh semua orang. Oleh karena itu, penggunaannya tidak hanya memakai kacamata AR dan VR yang harganya masih relatif mahal, tetapi juga ponsel pintar.
”Kami ingin membangun ekosistem metaverse yang melibatkan semua pihak. Jadi, dengan kondisi internet di Indonesia saat ini, teknologi ini diupayakan untuk tetap bisa diakses,” ujarnya.